Bangun Wirausaha di Masyarakat, Pemerintah Dorong Pesantrenprenuer
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah mendorong pengembangan wirausaha di Tanah Air dari berbagai lini. Salah satunya di kalangan pesantren yang menjadi bagian elemen masyarakat.
Langkah tersebut dilakukan Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dengan menggelar Workshop Pesantrenpreneur di Pondok Pesantren Nurul Ibad, Jakarta Timur.
Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora, Asrorun Niam Soleh, mengungkapkan pesantren sebagai model dan basis pendidikan khas Indonesia tertua terus meng-update diri menjadi salah satu wahana pengembangan kewirausahaan muda.
Dia menuturkan, tema yang diangkat pada workshop kali ini, yakni "Peran Pesantren Dalam Menumbuhkembangkan Entreprenuer Muda Global yang Beradab", sangat cocok dengan kondisi zaman begitu cepat mengalami perubahan.
"Pesantren tidak saja mendidik para santri untuk pandai mengaji kitab, tetapi saatnya pesantren yang merupakan basis dan model pendidikan khas Indonesia tertua untuk mengembangkan minat dan bakat para pemuda santri berwirausaha dan mandiri," ujarnya dalam keterangan pers, Jumat (2/11/2018).
Pesantren menurut Niam dikenal dengan kemandiriannya. Pesantren juga membuktikan kepunyaannya pada Tanah Air dan Bangsa.
"Salah satu syarat kemandirian sebagai bangsa adalah mandiri di bidang ekonomi. Buktikan cinta kalian pada negara dan bangsa. Kalau ingin menjadi bangsa mandiri, jadilah wirausahawan. Setinggi-tingginya posisi karyawan dia tetap diatur. Serendah-rendahnya pelaku wirausahawan, dia mandiri terhadap dirinya sendiri," katanya.
Semua pihak yang terkait terutama pemerintah mempunyai tanggung jawab besar terhadap masa depan para pemuda dan sebagai wujud nyata Kemenpora menggelinding program pelatihan dan pemberian modal di luar permodalan perbankan dan nonperbankan sebagai daya ungkit pengembangan lebih besar dan berdampak luas di tengah masyarakat secara umum dan untuk pelatihan kali ini dikhususkan kalangan pesantren.
Dalam kesempatan membuka workshop, Deputi menanyakan kepada peserta, apakah sudah ada yang memulai usaha. Ada salah seorang peserta yang bernama Ainul Yaqin dari Klender, Jakarta Timur mengatakan sudah memulai usaha kuliner berjualan pisang keju, mie pedas, ceker mercon, dan saat ini beromzet Rp6-8 juta per bulan.
"Luar biasa, sudah memulai usaha dan beromzet Rp6 juta-Rp8 juta, apakah ingin mengembangkan usaha?" tanya Niam.
"Iya Pak ingin berkembang, tapi terkendala minimnya pengetahuan dan cost (permodalan)," jawab Ainul.
Niam menjelaskan ini merupakan bagian tanggung jawab pemerintah, karena biasanya untuk pengusaha yang mengawali usaha masih terkendala akses permodalan dari perbankan maupun nonperbankan yang mensyaratkan berbagai hal yang belum siap bagi para wirausaha pemula.
"Ini menjadi tanggung jawab pemerintah, maka untuk Saudara Ainul Yaqin karena sudah berani memulai, Kemenpora berikan bantuan permodalan Rp15 juta dari Program Wirausaha Muda Pemula, nanti syarat administrasi silakan diurus melalui Pak Imam Gunawan selaku Asdep Kewirausahaan Muda," ujarnya.
Langkah tersebut dilakukan Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dengan menggelar Workshop Pesantrenpreneur di Pondok Pesantren Nurul Ibad, Jakarta Timur.
Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora, Asrorun Niam Soleh, mengungkapkan pesantren sebagai model dan basis pendidikan khas Indonesia tertua terus meng-update diri menjadi salah satu wahana pengembangan kewirausahaan muda.
Dia menuturkan, tema yang diangkat pada workshop kali ini, yakni "Peran Pesantren Dalam Menumbuhkembangkan Entreprenuer Muda Global yang Beradab", sangat cocok dengan kondisi zaman begitu cepat mengalami perubahan.
"Pesantren tidak saja mendidik para santri untuk pandai mengaji kitab, tetapi saatnya pesantren yang merupakan basis dan model pendidikan khas Indonesia tertua untuk mengembangkan minat dan bakat para pemuda santri berwirausaha dan mandiri," ujarnya dalam keterangan pers, Jumat (2/11/2018).
Pesantren menurut Niam dikenal dengan kemandiriannya. Pesantren juga membuktikan kepunyaannya pada Tanah Air dan Bangsa.
"Salah satu syarat kemandirian sebagai bangsa adalah mandiri di bidang ekonomi. Buktikan cinta kalian pada negara dan bangsa. Kalau ingin menjadi bangsa mandiri, jadilah wirausahawan. Setinggi-tingginya posisi karyawan dia tetap diatur. Serendah-rendahnya pelaku wirausahawan, dia mandiri terhadap dirinya sendiri," katanya.
Semua pihak yang terkait terutama pemerintah mempunyai tanggung jawab besar terhadap masa depan para pemuda dan sebagai wujud nyata Kemenpora menggelinding program pelatihan dan pemberian modal di luar permodalan perbankan dan nonperbankan sebagai daya ungkit pengembangan lebih besar dan berdampak luas di tengah masyarakat secara umum dan untuk pelatihan kali ini dikhususkan kalangan pesantren.
Dalam kesempatan membuka workshop, Deputi menanyakan kepada peserta, apakah sudah ada yang memulai usaha. Ada salah seorang peserta yang bernama Ainul Yaqin dari Klender, Jakarta Timur mengatakan sudah memulai usaha kuliner berjualan pisang keju, mie pedas, ceker mercon, dan saat ini beromzet Rp6-8 juta per bulan.
"Luar biasa, sudah memulai usaha dan beromzet Rp6 juta-Rp8 juta, apakah ingin mengembangkan usaha?" tanya Niam.
"Iya Pak ingin berkembang, tapi terkendala minimnya pengetahuan dan cost (permodalan)," jawab Ainul.
Niam menjelaskan ini merupakan bagian tanggung jawab pemerintah, karena biasanya untuk pengusaha yang mengawali usaha masih terkendala akses permodalan dari perbankan maupun nonperbankan yang mensyaratkan berbagai hal yang belum siap bagi para wirausaha pemula.
"Ini menjadi tanggung jawab pemerintah, maka untuk Saudara Ainul Yaqin karena sudah berani memulai, Kemenpora berikan bantuan permodalan Rp15 juta dari Program Wirausaha Muda Pemula, nanti syarat administrasi silakan diurus melalui Pak Imam Gunawan selaku Asdep Kewirausahaan Muda," ujarnya.
(ven)