Generasi Milenial Pengguna Transaksi e-Commerce Paling Banyak

Selasa, 27 November 2018 - 02:34 WIB
Generasi Milenial Pengguna...
Generasi Milenial Pengguna Transaksi e-Commerce Paling Banyak
A A A
JAKARTA - Hasil studi terbaru mengenai perilaku masyarakat Indonesia yang berbelanja di e-commerce menyatakan, generasi milenial paling banyak yang berbelanja di e-commerce. Besarnya generasi milenial yang berbelanja melalui e-commerce tidak terlepas dari eratnya hubungan generasi milenial dengan teknologi digital.

"Generasi milenial pembeli online condong untuk menikah dan bekerja," kata Head Of Observer IPSOS, Andi Sukma saat diskusi e-commerce outlook di Jakarta, Senin (26/11/2018). Lebih lanjut, profil masyarakat yang berbelanja di e-commerce mayoritas adalah kalangan ekonomi atas, memiliki pendapatan bulanan minimal Rp3juta, bekerja dan telah menikah.

Menurut dia, hal ini menunjukkan bahwa orang yang berbelanja online memiliki buying power untuk menentukan pembelian di e-commerce. "Sebagian besar dari mereka adalah tingkat ekonomi atas dan memiliki penghasilan pribadi," ujarnya.

Saat ini, penetrasi terhadap penggunaan internet di Indonesia mencapai 72% di daerah urban dan hampir 50% di daerah rural-urban. Artinya ada perbaikan infrastruktur internet.

Dia menuturkan, tingginya aktivitas penggunaan internet di Indonesia memunculkan fenomena bermunculan perusahaan-perusahaan e-commerce di Indonesia, baik perusahaan start up di Indonesia maupun cabang dari luar negeri. Hal ini mengubah perilaku masyarakat dari berbelanja di brick and mortar store (toko fisik) menjadi berbelanja online.

Bahkan menurut Asosiasi Penyelanggara Jasa Internet Indonesia (APJI), konsumen yang berbelanja online di e-commerce telah mencapai angka sebesar 32%. Hampir 100 juta kunjungan pada e-commerce terjadi pada kuartal I-2018.

"Antusiasme ini disambut baik oleh pelaku e-commerce Indonesia dan pada tahun 2018 yang sudah lebih dari 40 perusahaan e-commerce telah terdaftar dan beroperasi di Indonesia," pungkas dia. Managing Director IPSOS Indonesia, Soeprapto Tan, menambahkan kepercayaan terhadap perusahaan e-commerce tidak terjadi dalam sekejap.

"Pasti ada pengalaman berbelanja yang nyaman dan menyenangkan sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam berbelanja. Hal ini ditunjukkan dari jenis pembayaran yang sudah bergeser dari COD menjadi debit transfer," ujarnya.

Menurut Asosiasi E-Commerce Indonesia (IDeA) kontribusi e-commerce terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 2%. Sedangkan menurut Bank Indonesia, prediksi total transaksi e-commerce selama tahun 2018 akan mencapai angka Rp102 triliun.

Pemerintah Indonesia juga memperkirakan kontribusi e-commerce terhadap produk domestik bruto (PDB) adalah sebesar 10% pada 2020 seiring dengan target memposisikan Indonesia sebagai pusat e-commerce di ASEAN. "Hal ini dilihat memberikan pengaruh sangat Positif bagi pertumbuhan ekonomi secara digital di Indonesia," paparnya.

Oleh karena itu, sambung Soeprapto, pertumbuhan e-commerce ini sebagai sesuai yang positif baik bagi pebisnis, konsumen maupun masyarakat pada umumnya. Sementara bagi pebisnis, e-commerce berdampak pada pengurangan biaya operasional dan kesempatan memperlebar pangsa pasar.

"Konsep e-commerce ini tidak terhalang oleh jarak sehingga memberikan dorongan pada perekonomian wilayah yang lebih merata," kata Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung. Ia menambahkan potensi industri e-commerce di republik ini sangat besar.

Hal ini didukung dengan pangsa pasar dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta penduduk. "Disisi lain penetrasi internet di Tanah Air masih rendah yaitu sebesar 55% dan akan terus bertambah, jadinya potensinya masih sangat besar," imbuh Ignatius.

Investor asing melihat dua faktor yang menyebabkan industri e-commerce akan terus tumbuh. Pertama jumlah penduduk yang besar dan juga daya beli masyarakat yang juga cukup kuat. Disisi lain jumlah penduduk yang berusia produktif juga sangat banyak.

"Jadi sebenarnya pendanaan bukan masalah utama startup tutup, tapi karena model bisnis mereka yang tidak tepat, karena banyak juga startup kecil yang disuntikan modal, tapi mereka tidak berkembang," ungkapnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1616 seconds (0.1#10.140)