Angkat Kejayaan Kakao, Mentan Canangkan Revitalisasi di Kolaka Utara
A
A
A
KOLAKA - Jelang pergantian tahun, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melakukan gerakan revitalisasi kakao di Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya Kementerian Pertanian untuk mengembalikan kejayaan komoditas perkebunan Indonesia dengan membagikan bibit unggul gratis kepada petani.
Amran secara langsung memberikan bantuan Benih Unggul tanaman kakao sebanyak 1.5 juta batang untuk 1.500 hektare kepada kelompok tani di kolaka utara. Bantuan kakao tersebut merupakan terbesar di Sulawesi tenggara yang totalnya 3,8 juta batang untuk 3.785 hektare.
"Tidak ada cara lain, pertanian Indonesia harus meningkatkan produktivitasnya dengan bibit unggul. Karena itu kita anggarkan 5,5 triliun untuk perkebunan dan horti termasuk kakao, cengkeh, lada, kopi dan lain-lain untuk seluruh Indonesia," kata Amran kepada petani yang hadir di Desa Kalahunde, Kecamatan Pakue Tengah, Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara pada Kamis (27/12/2018).
Tak ingin kehilangan momentum, Menteri Amran yang hadir setelah menempuh perjalanan darat perjalanan darat 5 jam dari Bandar Udara Sangia Nibandera di Kolaka memberikan semangat kepada seribu petani yang hadir. Amran menyampaikan sejumlah program-program Kementan yang mendukung petani, mulai alokasi anggaran yang berpihak ke petani, hingga penindakan para mafia yang menainkan bibit, benih dan harga.
"Kami ingin, saudaraku petani terus berproduksi. Meningkatkan produktivitas, dan kualitas. Bila perlu prosesingnya ke depan ditangan para petani, sehingga nilai tambahnya bisa didapatkan. Kesejahteraan petani bisa meningkat," pinta Amran.
Kolaka Utara merasakan masa keemasan untuk tanaman kakao pada tahun 1997. Bahkan ketika krisis ekonomi tengah melanda, petani kakao sejahtera karena harganya juga terkerek naik. Namun, sejak maraknya hama penyakit tanaman di tahun 2000-an, kakao tidak lagi menjadi primadona buat petani. Tanaman juga sudah berumur tua dan tidak produktif lagi.
Data Dinas Pertanian setempat menyebutkan, potensi kakao di Kolaka Utara mencapai 87 ribu hektare, dan 43 ribu harus segera direvitalisasi. Jika berhasil, maka akan bisa mengangkat kehidupan yang 80% masyatakatnya tergantung pada perkebunan kakao.
"Bibit Kakao Sambung Pucuk yang kita bagikan ini adalah yang terbaik dan sudah tersertifikasi. Produktivitasnya 3,5 ton per hektare, atau 7 kali lipat dari yang ada saat ini. Usia 10 bulan sudah berbunga dan 18 bulan sudah berbuah," jelas Amran. "Kita harus hati-hati memilih bibit terutama perkebunan, karena jika salah, kerugiannya bisa hingga 20 tahun," tambah Amran.
Selain membagikan bibit kakao, Amran juga memikirkan bagaimana menjaga semamangat petani Kolaka Utara di sela proses revitalisasi kakao. Menurutnya, selama masa proses peremajaan mulai penebangan, penanaman kembali, hingga berbuah, ada waktu sela selama sekitar 2 tahun, petani diminta menanam jagung.
Kementan, menurut Amran bagikan bibit jagung gratis untuk ditanam oleh petani, luasnya ditambah dari semula 3 ribu hektare menjadi 5 ribu hektare. "Harga jagung saat ini sedang bagus dan sangat cocok untuk ditanam petani di sini. Awal pemerintahan kita sudah buat aturan lewat Perpres terkait harga jagung yakni minimal Rp3.150 per kilogram, sekarang harganya bahkan sudah mencapai Rp4.500 per kilogram," ungkap Amran yang juga berkesempatan memanen jagung di lahan seluas 22 hektare jagung pada acara tersebut.
Menurut Amran, sejauh harga komoditas yang ditanam petani menguntungkan, maka petani akan bersemangat berproduksi. Tahun 2018 ini, ekspor jagung bahkan sudah dilakukan, dan pasarnya masih besar terutama ke Filipina dan Malaysia. Padahal tahun 2013, Indonesia pernah mengimpor jagung hingga 3,5 juta ton dengan nilai sekitar Rp10 triliun.
Bupati Kolaka Utara Nur Rahman Umar menyatakan bahwa memang perlu langkah kongkrit untuk menunggu revitalisasi berjalan dengan baik, dengan menanam tanaman sela. Data Dinas Pertanian Kolaka Utara menunjukkan, sepanjang tahun 2018 ini, Kolaka Utara meralisasikan luas tanam sebanyak 6.601 hektare.
"Terima kasih bagi Mentan yang sudah jeli dan mau membantu petani di sini. Pilihan kami, yang terbaik adalah jagung. Kami sudah berhasil mengembangkan pertanaman jagung bahkan sudah panen, namun perlu upaya lebih keras untuk perluasan," terang Nur Rahmat.
Ke depan, Kolaka Utara diharapkan mampu mengembalikan kejayaan perkebunan kakao, dan tidak berhenti di sana, dengan industri pengolahan petani tidak lagi menjual biji tapi produk siap konsumsi sehingga kesejahteraan petani meningkat dan menjaga kesinambungan perkebunan kakao di Kolaka Utara. Selain bantuan bibit kakao dan jagung, Kementan juga membagikan bibit kelapa, pupuk dan sejumlah alat mesin pertanian (alsintan) berupa hand tractor, traktor roda empat, combine harvester, hingga excavator.
Amran secara langsung memberikan bantuan Benih Unggul tanaman kakao sebanyak 1.5 juta batang untuk 1.500 hektare kepada kelompok tani di kolaka utara. Bantuan kakao tersebut merupakan terbesar di Sulawesi tenggara yang totalnya 3,8 juta batang untuk 3.785 hektare.
"Tidak ada cara lain, pertanian Indonesia harus meningkatkan produktivitasnya dengan bibit unggul. Karena itu kita anggarkan 5,5 triliun untuk perkebunan dan horti termasuk kakao, cengkeh, lada, kopi dan lain-lain untuk seluruh Indonesia," kata Amran kepada petani yang hadir di Desa Kalahunde, Kecamatan Pakue Tengah, Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara pada Kamis (27/12/2018).
Tak ingin kehilangan momentum, Menteri Amran yang hadir setelah menempuh perjalanan darat perjalanan darat 5 jam dari Bandar Udara Sangia Nibandera di Kolaka memberikan semangat kepada seribu petani yang hadir. Amran menyampaikan sejumlah program-program Kementan yang mendukung petani, mulai alokasi anggaran yang berpihak ke petani, hingga penindakan para mafia yang menainkan bibit, benih dan harga.
"Kami ingin, saudaraku petani terus berproduksi. Meningkatkan produktivitas, dan kualitas. Bila perlu prosesingnya ke depan ditangan para petani, sehingga nilai tambahnya bisa didapatkan. Kesejahteraan petani bisa meningkat," pinta Amran.
Kolaka Utara merasakan masa keemasan untuk tanaman kakao pada tahun 1997. Bahkan ketika krisis ekonomi tengah melanda, petani kakao sejahtera karena harganya juga terkerek naik. Namun, sejak maraknya hama penyakit tanaman di tahun 2000-an, kakao tidak lagi menjadi primadona buat petani. Tanaman juga sudah berumur tua dan tidak produktif lagi.
Data Dinas Pertanian setempat menyebutkan, potensi kakao di Kolaka Utara mencapai 87 ribu hektare, dan 43 ribu harus segera direvitalisasi. Jika berhasil, maka akan bisa mengangkat kehidupan yang 80% masyatakatnya tergantung pada perkebunan kakao.
"Bibit Kakao Sambung Pucuk yang kita bagikan ini adalah yang terbaik dan sudah tersertifikasi. Produktivitasnya 3,5 ton per hektare, atau 7 kali lipat dari yang ada saat ini. Usia 10 bulan sudah berbunga dan 18 bulan sudah berbuah," jelas Amran. "Kita harus hati-hati memilih bibit terutama perkebunan, karena jika salah, kerugiannya bisa hingga 20 tahun," tambah Amran.
Selain membagikan bibit kakao, Amran juga memikirkan bagaimana menjaga semamangat petani Kolaka Utara di sela proses revitalisasi kakao. Menurutnya, selama masa proses peremajaan mulai penebangan, penanaman kembali, hingga berbuah, ada waktu sela selama sekitar 2 tahun, petani diminta menanam jagung.
Kementan, menurut Amran bagikan bibit jagung gratis untuk ditanam oleh petani, luasnya ditambah dari semula 3 ribu hektare menjadi 5 ribu hektare. "Harga jagung saat ini sedang bagus dan sangat cocok untuk ditanam petani di sini. Awal pemerintahan kita sudah buat aturan lewat Perpres terkait harga jagung yakni minimal Rp3.150 per kilogram, sekarang harganya bahkan sudah mencapai Rp4.500 per kilogram," ungkap Amran yang juga berkesempatan memanen jagung di lahan seluas 22 hektare jagung pada acara tersebut.
Menurut Amran, sejauh harga komoditas yang ditanam petani menguntungkan, maka petani akan bersemangat berproduksi. Tahun 2018 ini, ekspor jagung bahkan sudah dilakukan, dan pasarnya masih besar terutama ke Filipina dan Malaysia. Padahal tahun 2013, Indonesia pernah mengimpor jagung hingga 3,5 juta ton dengan nilai sekitar Rp10 triliun.
Bupati Kolaka Utara Nur Rahman Umar menyatakan bahwa memang perlu langkah kongkrit untuk menunggu revitalisasi berjalan dengan baik, dengan menanam tanaman sela. Data Dinas Pertanian Kolaka Utara menunjukkan, sepanjang tahun 2018 ini, Kolaka Utara meralisasikan luas tanam sebanyak 6.601 hektare.
"Terima kasih bagi Mentan yang sudah jeli dan mau membantu petani di sini. Pilihan kami, yang terbaik adalah jagung. Kami sudah berhasil mengembangkan pertanaman jagung bahkan sudah panen, namun perlu upaya lebih keras untuk perluasan," terang Nur Rahmat.
Ke depan, Kolaka Utara diharapkan mampu mengembalikan kejayaan perkebunan kakao, dan tidak berhenti di sana, dengan industri pengolahan petani tidak lagi menjual biji tapi produk siap konsumsi sehingga kesejahteraan petani meningkat dan menjaga kesinambungan perkebunan kakao di Kolaka Utara. Selain bantuan bibit kakao dan jagung, Kementan juga membagikan bibit kelapa, pupuk dan sejumlah alat mesin pertanian (alsintan) berupa hand tractor, traktor roda empat, combine harvester, hingga excavator.
(fjo)