Banyak Pabrik Gula Baru, Target Swasembada Bisa Dicapai Lebih Awal
Kamis, 07 Februari 2019 - 15:25 WIB

Banyak Pabrik Gula Baru, Target Swasembada Bisa Dicapai Lebih Awal
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong minat investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi gula guna mencapai target swasembada nasional. Kementan mencatat, terdapat tiga pabrik gula baru yang sudah mulai operasional dengan kapasitas produksi masing-masing 10.000 TCD (ton cane per day) dengan tingkat rendemen 9-12%.
Tiga pabrik tersebut rata-rata akan menghasilkan 3.000 ton gula per hari. Ketiga pabrik gula yang baru beroperasi tersebut berada di Blitar, Ogan Komering Ulu, dan Bombana,
"Tingginya minat investasi pada produksi gula menunjukkan bahwa peluang dicapainya swasembada gula sangat besar," kata Peneliti pada Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementan Hermanto di Jakarta, Kamis (7/2/2019).
Tiga pabrik baru itu merupakan bagian dari sembilan pabrik gula yang sudah menyatakan komitmen berinvestasi. Ditargetkan pada tahun 2021 akan berdiri lagi sejumlah pabrik gula dengan kapasitas 10.000 TCD yakni di Seram, NTT dan Indramayu.
Berdasarkan kajian Hermanto terhadap data produksi gula kristal putih (GKP) tahun 2017 dan 2018 masing-masing mampu memenuhi 72,35% dan 67,41% jumlah konsumsi. Karena itu, jika merujuk pada kriteria FAO bahwa suatu negara dinyatakan swasembada jika produksinya minimal mencapai 90% dari kebutuhan nasionalnya, Hermanto optimistis swasembada bisa diraih lebih cepat.
"Hadirnya beberapa industri gula baru sejak tahun 2017, peremajaan pabrik gula lama, khususnya pabrik gula milik BUMN yang hampir semuanya peninggalan Belanda serta akan dilakukannya perluasan lahan tebu diharapkan swasembada gula dapat tercapai pada tahun 2019," jelas Hermanto.
Hermanto menerangkan bahwa Indonesia diketahui memiliki keunggulan komparatif dalam mengembangkan agroindustri gula. Pengembangan agroindustri tersebut secara nasional akan mendorong percepatan pencapaian swasembada gula dan sekaligus akan memberikan dampak nyata dan dirasakan hasilnya oleh petani, maupun masyarakat konsumen.
Karena itu, menurutnya, diperlukan adanya strategi kebijakan yang komprehensif baik dalam upaya mencapai swasembada gula maupun menjaring investasi untuk pengembangan agroindustri gula.
"Dalam upaya meningkatkan kapasitas produksi, perlu diperhatikan misalnya permanfaatan varietas unggul baru dan teknologi yang lebih efisien, perbaikan infrastruktur, hingga pembenahan SDM. Kita sudah identifikasi dan siapkan semuanya," kata Hermanto
Terkait revitalisasi pabrik gula yang sudah ada, imbuh dia, langkah yang dilakukan mencakup rehabilitasi, regrouping, membangun pabrik baru atau mengganti lama yang tidak efisien, dan membangun baru di areal baru.
Tiga pabrik tersebut rata-rata akan menghasilkan 3.000 ton gula per hari. Ketiga pabrik gula yang baru beroperasi tersebut berada di Blitar, Ogan Komering Ulu, dan Bombana,
"Tingginya minat investasi pada produksi gula menunjukkan bahwa peluang dicapainya swasembada gula sangat besar," kata Peneliti pada Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementan Hermanto di Jakarta, Kamis (7/2/2019).
Tiga pabrik baru itu merupakan bagian dari sembilan pabrik gula yang sudah menyatakan komitmen berinvestasi. Ditargetkan pada tahun 2021 akan berdiri lagi sejumlah pabrik gula dengan kapasitas 10.000 TCD yakni di Seram, NTT dan Indramayu.
Berdasarkan kajian Hermanto terhadap data produksi gula kristal putih (GKP) tahun 2017 dan 2018 masing-masing mampu memenuhi 72,35% dan 67,41% jumlah konsumsi. Karena itu, jika merujuk pada kriteria FAO bahwa suatu negara dinyatakan swasembada jika produksinya minimal mencapai 90% dari kebutuhan nasionalnya, Hermanto optimistis swasembada bisa diraih lebih cepat.
"Hadirnya beberapa industri gula baru sejak tahun 2017, peremajaan pabrik gula lama, khususnya pabrik gula milik BUMN yang hampir semuanya peninggalan Belanda serta akan dilakukannya perluasan lahan tebu diharapkan swasembada gula dapat tercapai pada tahun 2019," jelas Hermanto.
Hermanto menerangkan bahwa Indonesia diketahui memiliki keunggulan komparatif dalam mengembangkan agroindustri gula. Pengembangan agroindustri tersebut secara nasional akan mendorong percepatan pencapaian swasembada gula dan sekaligus akan memberikan dampak nyata dan dirasakan hasilnya oleh petani, maupun masyarakat konsumen.
Karena itu, menurutnya, diperlukan adanya strategi kebijakan yang komprehensif baik dalam upaya mencapai swasembada gula maupun menjaring investasi untuk pengembangan agroindustri gula.
"Dalam upaya meningkatkan kapasitas produksi, perlu diperhatikan misalnya permanfaatan varietas unggul baru dan teknologi yang lebih efisien, perbaikan infrastruktur, hingga pembenahan SDM. Kita sudah identifikasi dan siapkan semuanya," kata Hermanto
Terkait revitalisasi pabrik gula yang sudah ada, imbuh dia, langkah yang dilakukan mencakup rehabilitasi, regrouping, membangun pabrik baru atau mengganti lama yang tidak efisien, dan membangun baru di areal baru.
(fjo)