Bisnis Sejak 1992 Kini Omzet Capai Rp1 Miliar per Bulan
A
A
A
BEKASI - BISNIS karoseri bak truk pada zaman sekarang ini masih menjanjikan. Kebanyakan usaha tersebut didominasi perorangan, terkadang ada juga yang hanya perpanjangan atau perwakilan dari karoseri bak truk lainnya. Model bak terbuka bervariasi baik berbahan kayu maupun logam.
Di Kabupaten Bekasi, terdapat karoseri CV Cibitung Raya II milik Rahmat Hidayat, 46. Karoseri yang digelutinya sejak 1992 itu kini menghasilkan omzet hingga Rp1 miliar setiap bulannya.
Tak heran usaha karoseri yang berlokasi di Kampung Gardu Sawah, Desa Kalijaya, Cikarang Barat dan Jalan Lama Citarik, Lemahabang, Cikarang Utara ini kerap kebanjiran order. Setiap bulan dia bisa membuat pesanan bak truk sebanyak 15-20 unit. "Bisnis karoseri masih stabil dalam dua tahun terakhir ini," kata Rahmat, kemarin.
Pengerjaan bak truk membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Di bengkel usahanya yang nyempil tersebut terlihat beberapa pekerja mengerjakan berbagai jenis bak truk. Ada yang sedang menghampelas, memotong kayu, mengecat, serta menyelesaikan tahap akhir.
Bapak yang dikaruniai tiga anak ini merintis bisnis warisan keluarga sejak 1992. Saat itu Rahmat melanjutkan usaha orangtuanya dengan workshop masih berada di Jalan Imam Bonjol, Cibitung. Dia mulai membantu dan belajar secara autodidak. Bakatnya mengembangkan bisnis bak terbuka berbuah manis persisnya pada 1997 dia membuka tempat usaha sendiri.
Tak jauh dari lokasi di lahan seluas 1.000 meter di Kampung Gardu Sawah, dia mulai menggeluti usaha bak truk. Bisnisnya mulai berkembang dan membuka tempat baru di Lemahabang, Cikarang Utara dengan luas lahan 2.500 meter. "Awalnya saya meneruskan usaha orang tua, tapi setelah itu saya mandiri hingga kini," tutur suami Yuli Sriharyati ini.
Selama menjalankan usahanya banyak rintangan yang dihadapi. Karena sudah dididik mandiri sejak muda oleh orangtuanya akhirnya rintangan itu dapat dilewati dan bisnisnya terus berkembang. "Kondisi lesu terjadi pada 1998 dan 2008, tapi kita bisa melewatinya," katanya.
Agar bisnisnya dapat eksis, dia berusaha meningkatkan kualitas produknya sehingga pelanggan lama tak berpaling ke perusahaan lain. Melalui terobosan dan ilmu baru juga membuat pelanggan mulai berdatangan. Dibutuhkan kreativitas dan ide-ide segar dalam menjalankan bisnis karoseri bak terbuka. Terpenting dalam mendapatkan kepercayaan pelanggan adalah harga yang bersaing dan pengerjaan tepat waktu, selain mutu diutamakan.
Saat ini, Rahmat memperkerjakan 20 orang yang handal di bidangnya masing-masing. Mereka harus menguasai bagian perencanaan, pembangunan rangka/sasis, hingga finishing. Ada juga karyawan yang bertugas pembuat desain dan gambar serta menerbitkan desain-desain bak truk terbaru. Setiap bulannya sekitar 10 – 15 bak truk berhasil diproduksi.
Harga yang ditawarkan bervariasi mulai Rp15 juta-Rp100 juta. Biasanya bak truk dari bahan kayu yang paling banyak dipesan seharga Rp15 juta-Rp20 juta. Sedangkan, bak truk berbahan besi mencapai Rp40 juta-Rp100 juta tergantung selera pelanggan. "Semuanya tergantung tipe dan ukuran," kata anggota Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo) ini.
Selama ini Rahmat banyak belajar dari pengalaman dan mengamati ajang pameran karoseri. "Yang jelas kita berikan pelayanan terbaik," ucapnya.
Menurut dia, bisnis bak terbuka berkorelasi dengan pemerintah yang terus membangun infrastruktur dimana untuk mendukung pesatnya infrastruktur dibutuhkan transporter yang baik. "Bisnis ini sangat menjanjikan dan terus tumbuh karena sangat dibutuhkan," kata Rahmat.
Maka itu, karoseri Cibitung Raya II tetap bertahan dengan terus berinovasi. Apalagi kompetisi di dunia karoseri terbilang tinggi. Salah satu cara terus berkembang demi memuaskan pelanggan yakni konsisten dengan kualitas. (Abdullah M Surjaya)
Di Kabupaten Bekasi, terdapat karoseri CV Cibitung Raya II milik Rahmat Hidayat, 46. Karoseri yang digelutinya sejak 1992 itu kini menghasilkan omzet hingga Rp1 miliar setiap bulannya.
Tak heran usaha karoseri yang berlokasi di Kampung Gardu Sawah, Desa Kalijaya, Cikarang Barat dan Jalan Lama Citarik, Lemahabang, Cikarang Utara ini kerap kebanjiran order. Setiap bulan dia bisa membuat pesanan bak truk sebanyak 15-20 unit. "Bisnis karoseri masih stabil dalam dua tahun terakhir ini," kata Rahmat, kemarin.
Pengerjaan bak truk membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Di bengkel usahanya yang nyempil tersebut terlihat beberapa pekerja mengerjakan berbagai jenis bak truk. Ada yang sedang menghampelas, memotong kayu, mengecat, serta menyelesaikan tahap akhir.
Bapak yang dikaruniai tiga anak ini merintis bisnis warisan keluarga sejak 1992. Saat itu Rahmat melanjutkan usaha orangtuanya dengan workshop masih berada di Jalan Imam Bonjol, Cibitung. Dia mulai membantu dan belajar secara autodidak. Bakatnya mengembangkan bisnis bak terbuka berbuah manis persisnya pada 1997 dia membuka tempat usaha sendiri.
Tak jauh dari lokasi di lahan seluas 1.000 meter di Kampung Gardu Sawah, dia mulai menggeluti usaha bak truk. Bisnisnya mulai berkembang dan membuka tempat baru di Lemahabang, Cikarang Utara dengan luas lahan 2.500 meter. "Awalnya saya meneruskan usaha orang tua, tapi setelah itu saya mandiri hingga kini," tutur suami Yuli Sriharyati ini.
Selama menjalankan usahanya banyak rintangan yang dihadapi. Karena sudah dididik mandiri sejak muda oleh orangtuanya akhirnya rintangan itu dapat dilewati dan bisnisnya terus berkembang. "Kondisi lesu terjadi pada 1998 dan 2008, tapi kita bisa melewatinya," katanya.
Agar bisnisnya dapat eksis, dia berusaha meningkatkan kualitas produknya sehingga pelanggan lama tak berpaling ke perusahaan lain. Melalui terobosan dan ilmu baru juga membuat pelanggan mulai berdatangan. Dibutuhkan kreativitas dan ide-ide segar dalam menjalankan bisnis karoseri bak terbuka. Terpenting dalam mendapatkan kepercayaan pelanggan adalah harga yang bersaing dan pengerjaan tepat waktu, selain mutu diutamakan.
Saat ini, Rahmat memperkerjakan 20 orang yang handal di bidangnya masing-masing. Mereka harus menguasai bagian perencanaan, pembangunan rangka/sasis, hingga finishing. Ada juga karyawan yang bertugas pembuat desain dan gambar serta menerbitkan desain-desain bak truk terbaru. Setiap bulannya sekitar 10 – 15 bak truk berhasil diproduksi.
Harga yang ditawarkan bervariasi mulai Rp15 juta-Rp100 juta. Biasanya bak truk dari bahan kayu yang paling banyak dipesan seharga Rp15 juta-Rp20 juta. Sedangkan, bak truk berbahan besi mencapai Rp40 juta-Rp100 juta tergantung selera pelanggan. "Semuanya tergantung tipe dan ukuran," kata anggota Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo) ini.
Selama ini Rahmat banyak belajar dari pengalaman dan mengamati ajang pameran karoseri. "Yang jelas kita berikan pelayanan terbaik," ucapnya.
Menurut dia, bisnis bak terbuka berkorelasi dengan pemerintah yang terus membangun infrastruktur dimana untuk mendukung pesatnya infrastruktur dibutuhkan transporter yang baik. "Bisnis ini sangat menjanjikan dan terus tumbuh karena sangat dibutuhkan," kata Rahmat.
Maka itu, karoseri Cibitung Raya II tetap bertahan dengan terus berinovasi. Apalagi kompetisi di dunia karoseri terbilang tinggi. Salah satu cara terus berkembang demi memuaskan pelanggan yakni konsisten dengan kualitas. (Abdullah M Surjaya)
(nfl)