Peter Shearer: Impian Mulia dari Tuhan
A
A
A
Impian Peter cukup unik, yaitu ingin menjadi pengusaha sukses yang bisa masuk majalah ternama sekelas Fortune, Forbes,dan Time.
Tidak seperti teman-temannya yang lain, selepas SMA bukan kuliah yang menjadi tujuan pria 34 tahun ini, melainkan bekerja di luar negeri demi mengumpulkan modal usaha yang akan dibangunnya di Indonesia. “Saat yang lain mengisi pendaftaran universitas, saya juga mengisi form.Tapi, itu form visa, he he he,” kenang Peter, sembari terkekeh.
Keinginan Peter mungkin bagi sebagian orang dianggap terlalu naif. Namun, mimpi itulah yang menjadikannya tidak pantang menyerah saat ujian datang, ketika dirinya benar-benar menjadi seorang pengusaha.
Selama bertahun-tahun ada banyak bisnis yang telah dibangunnya, tapi selalu bangkrut. Hingga pada 2015, saat Peter memiliki bisnis digital AR&CO, ia didaulat masuk daftar 40 Under 40 versi majalah Fortune.Ketika itu usianya 31 tahun.
Impian Peter selama ini bisa terwujud. Kesuksesan tersebut menjadi titik baliknya untuk membuat sebuah bisnis yang bukan hanya ingin mencari keuntungan diri sendiri, tapi juga memberikan dampak bagi banyak orang. Terlahir dari ibu yang seorang pengusaha katering membuat Peter paham bagaimana aktivitas sehari-hari para pengusaha kuliner.
“Bangun pagi, belanja ke pasar, angkut belanjaan, masak, lalu kirim makanan. Kalau warung makan, menunggu pelanggan datang,” ujarnya, mengingat kegiatan sang ibunda sejak dulu.
Selama lima tahun Peter melakukan survei hingga menemukan jawabannya dan terciptalah Wahyoo. Mendirikan bisnis sosial juga menjadi impian dia selanjutnya di tengah kesuksesan yang telah direngkuh. Banyak orang mengatakan, kejarlah mimpi. Namun, bagi Peter mimpi itu spesial karena Tuhan yang memberinya secara personal. “Pasti Tuhan punya alasan mengapa mimpi itu ada pada diri kita. Artinya, Tuhan percaya bahwa kita mampu mewujudkannya.
Setelah diberi mimpi, saya harus bekerja keras karena tidak semua orang yang diberikan mimpi mau mewujudkannya,” beber Peter.
Seakan tidak mau berhenti bermimpi, Wahyoo pun ingin dikembangkan oleh Peter agar menjadi seperti usaha katering. Tujuannya untuk memudahkan para pekerja di Jakarta mendapatkan makan siang melalui warung makan yang sudah bergabung dengan Wahyoo. “Goalpaling akhir Wahyoo ada di luar negeri. Restoran yang menyajikan masakan Indonesia dapat diketahui oleh seluruh masyarakat dunia,” harapnya.
Pesan Peter bagi generasi muda, sadarilah makna hidup Anda sebagai manusia. “Hidup jangan sekadar hidup. Sayang sekali kalau seperti itu. Jangan bekerja atau membuat usaha hanya ingin membuat bisnis, tetapi harus ada tujuannya,” pungkas Peter. (Ananda Nararya)
Tidak seperti teman-temannya yang lain, selepas SMA bukan kuliah yang menjadi tujuan pria 34 tahun ini, melainkan bekerja di luar negeri demi mengumpulkan modal usaha yang akan dibangunnya di Indonesia. “Saat yang lain mengisi pendaftaran universitas, saya juga mengisi form.Tapi, itu form visa, he he he,” kenang Peter, sembari terkekeh.
Keinginan Peter mungkin bagi sebagian orang dianggap terlalu naif. Namun, mimpi itulah yang menjadikannya tidak pantang menyerah saat ujian datang, ketika dirinya benar-benar menjadi seorang pengusaha.
Selama bertahun-tahun ada banyak bisnis yang telah dibangunnya, tapi selalu bangkrut. Hingga pada 2015, saat Peter memiliki bisnis digital AR&CO, ia didaulat masuk daftar 40 Under 40 versi majalah Fortune.Ketika itu usianya 31 tahun.
Impian Peter selama ini bisa terwujud. Kesuksesan tersebut menjadi titik baliknya untuk membuat sebuah bisnis yang bukan hanya ingin mencari keuntungan diri sendiri, tapi juga memberikan dampak bagi banyak orang. Terlahir dari ibu yang seorang pengusaha katering membuat Peter paham bagaimana aktivitas sehari-hari para pengusaha kuliner.
“Bangun pagi, belanja ke pasar, angkut belanjaan, masak, lalu kirim makanan. Kalau warung makan, menunggu pelanggan datang,” ujarnya, mengingat kegiatan sang ibunda sejak dulu.
Selama lima tahun Peter melakukan survei hingga menemukan jawabannya dan terciptalah Wahyoo. Mendirikan bisnis sosial juga menjadi impian dia selanjutnya di tengah kesuksesan yang telah direngkuh. Banyak orang mengatakan, kejarlah mimpi. Namun, bagi Peter mimpi itu spesial karena Tuhan yang memberinya secara personal. “Pasti Tuhan punya alasan mengapa mimpi itu ada pada diri kita. Artinya, Tuhan percaya bahwa kita mampu mewujudkannya.
Setelah diberi mimpi, saya harus bekerja keras karena tidak semua orang yang diberikan mimpi mau mewujudkannya,” beber Peter.
Seakan tidak mau berhenti bermimpi, Wahyoo pun ingin dikembangkan oleh Peter agar menjadi seperti usaha katering. Tujuannya untuk memudahkan para pekerja di Jakarta mendapatkan makan siang melalui warung makan yang sudah bergabung dengan Wahyoo. “Goalpaling akhir Wahyoo ada di luar negeri. Restoran yang menyajikan masakan Indonesia dapat diketahui oleh seluruh masyarakat dunia,” harapnya.
Pesan Peter bagi generasi muda, sadarilah makna hidup Anda sebagai manusia. “Hidup jangan sekadar hidup. Sayang sekali kalau seperti itu. Jangan bekerja atau membuat usaha hanya ingin membuat bisnis, tetapi harus ada tujuannya,” pungkas Peter. (Ananda Nararya)
(nfl)