Laba Bank Mandiri Tumbuh 23,4% Sepanjang Kuartal I 2019
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan kinerja positif dengan pencapaian laba bersih sebesar Rp7,2 triliun sepanjang kuartal pertama 2019. Angka tersebut tumbuh 23,4% (yoy) dibandingkan kuartal pertama 2018 dengan laba sebesar Rp5,9 triliun.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan penopang utama pertumbuhan laba mengandalkan pendapatan bunga yang naik sebesar 15,05% (yoy) menjadi Rp22,0 triliun pada 2019. Sementara pendapatan bunga bersih naik 9,1% (yoy) menjadi Rp14,3 triliun.
“Laba naik berkat pertumbuhan kredit 12,4% (yoy) menjadi Rp790,5 triliun, di atas rata-rata pertumbuhan industri di kisaran 12,1% (yoy). Adapun, aset sebesar Rp1.206,0 triliun turut naik 9,8% (yoy),” kata Siddik dalam jumpa pers di Jakarta.
Di sisi lain pertumbuhan kredit juga ditopang oleh perbaikan kualitas kredit serta makin minimnya biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang dialokasikan Bank Mandiri. Rasio kredit bermasalah (NPL gross) pada 2019 tercatat di level 2,68% lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar 3,32%. Bank Mandiri juga mampu menurunkan biaya CKPN hingga 28,09% (yoy) menjadi 2,7 triliun dari kuartal I-2018 sebesar Rp3,8 triliun.
"Membaiknya rasio NPL tersebut disebabkan oleh perbaikan kualitas kredit di hampir seluruh segmen bisnis dan penguatan manajemen risiko serta keberhasilan dalam melakukan shifting portofolio kredit. Secara keseluruhan, tren penurunan ini mendorong kami semakin dekat dengan kisaran target NPL tahun ini sebesar 2,5%-2,7%" jelas Siddik
Direktur Keuangan Bank Mandiri Pandji Irawan mengatakan marjin bunga bersih alias net interest margin (NIM) Bank Mandiri justru turun menjadi 5,66%, lebih rendah 15 bps dibandingkan kuartal I-2018 sebesar 5,80%. Dia mengaku pihaknya tengah mengubah portofolio kredit, dari yang berisiko tinggi ke segmen yang punya resiko lebih rendah.
Misalnya di segmen mikro, maupun KTA payroll based yang tumbuhnya bisa mencapai 30%-50%, dengan cost of credit rendah. “Namun karena suku bunganya tidak setinggi segmen yang berisiko tinggi, makanya yield-nya juga tidak tinggi," jelas Pandji.
Segmen Kredit low risk ini pula yang akan jadi tumpuan Kredit Mandiri selanjutnya. Misalnya yang berasal dari kredit mikro, kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor. sedangkan hingga akhir tahun, Pandji menargetkan NIM Bank Mandiri bisa berada di level 5,6%-5,8%.
Total fee based income yang diraup sebesar Rp 6,24 triliun di Maret 2019. Angka itu tumbuh 3% dibandingkan posisi 2018 lalu. Bank Mandiri masih mencatat pertumbuhan dari pos provisi dan komisi, transaksi valuta asing, serta pendapatan lainnya. Sementara pos keuntungan surat berharga mencatat pertumbuhan minus 72,3%.
Sepanjang kuartal pertama perseroan mencatatkan penyaluran kredit Rp790,5 triliun tumbuh 12,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penyaluran kredit produktif tercatat sebesar Rp522,6 triliun atau 76,3% dari portofolio kredit bank only. Rinciannya, kredit modal kerja (bank only) sebesar Rp295,8 triliun atau tumbuh 7% yoy dan kredit investasi mencapai Rp226,7 triliun, naik 13,6% yoy.
Laju ekspansi perseroan itu ditopang oleh dua segmen utama, yakni Corporate dan Retail, terutama kredit micro dan consumer. Pada akhir Maret 2019, pembiayaan segmen corporate mencapai Rp301,9 triliun, tumbuh 17,9% yoy, segmen micro banking tumbuh 24,4% yoy menjadi Rp106,5 triliun, dan kredit consumer tumbuh 9,2% YoY menjadi Rp87,2 triliun.
Hingga Maret 2019, kredit infrastruktur yang telah disalurkan Bank Mandiri sebesar Rp177,8 triliun. Kredit tersebut disalurkan kepada 7 sektor utama yakni transportasi (Rp38,9 triliun), tenaga listrik (Rp 35,6 triliun), migas & energi terbarukan (Rp27,4 T), konstruksi (Rp20,5 triliun), Jalan tol (Rp17,7 triliun), telematika (Rp16,8 triliun), perumahan rakyat & fasilitas kota (Rp9,6 triliun), dan infrastruktur lainnya (Rp11,3 triliun).
Sektor infrastruktur juga direalisasikan melalui kerjasama sindikasi pembiayaan dengan lembaga keuangan lain. Tercatat, hingga Maret 2019, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sindikasi sebesar Rp66,7 triliun atau secara tahunan berhasil tumbuh 37,6%.
Penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) disalurkan mencapai Rp5,17 triliun atau sekitar 20% dari target tahun 2019. Adapun 51% dari nilai tersebut atau Rp2,64 triliun telah disalurkan kepada sektor produksi, yakni pertanian, perikanan, industri pengolahan dan jasa produksi. Sejak pertama kali disalurkan hingga Maret 2019, Bank Mandiri telah menyalurkan KUR sebesar Rp71,1 triliun kepada lebih dari 1,32 juta debitur di seluruh Indonesia.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan penopang utama pertumbuhan laba mengandalkan pendapatan bunga yang naik sebesar 15,05% (yoy) menjadi Rp22,0 triliun pada 2019. Sementara pendapatan bunga bersih naik 9,1% (yoy) menjadi Rp14,3 triliun.
“Laba naik berkat pertumbuhan kredit 12,4% (yoy) menjadi Rp790,5 triliun, di atas rata-rata pertumbuhan industri di kisaran 12,1% (yoy). Adapun, aset sebesar Rp1.206,0 triliun turut naik 9,8% (yoy),” kata Siddik dalam jumpa pers di Jakarta.
Di sisi lain pertumbuhan kredit juga ditopang oleh perbaikan kualitas kredit serta makin minimnya biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang dialokasikan Bank Mandiri. Rasio kredit bermasalah (NPL gross) pada 2019 tercatat di level 2,68% lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar 3,32%. Bank Mandiri juga mampu menurunkan biaya CKPN hingga 28,09% (yoy) menjadi 2,7 triliun dari kuartal I-2018 sebesar Rp3,8 triliun.
"Membaiknya rasio NPL tersebut disebabkan oleh perbaikan kualitas kredit di hampir seluruh segmen bisnis dan penguatan manajemen risiko serta keberhasilan dalam melakukan shifting portofolio kredit. Secara keseluruhan, tren penurunan ini mendorong kami semakin dekat dengan kisaran target NPL tahun ini sebesar 2,5%-2,7%" jelas Siddik
Direktur Keuangan Bank Mandiri Pandji Irawan mengatakan marjin bunga bersih alias net interest margin (NIM) Bank Mandiri justru turun menjadi 5,66%, lebih rendah 15 bps dibandingkan kuartal I-2018 sebesar 5,80%. Dia mengaku pihaknya tengah mengubah portofolio kredit, dari yang berisiko tinggi ke segmen yang punya resiko lebih rendah.
Misalnya di segmen mikro, maupun KTA payroll based yang tumbuhnya bisa mencapai 30%-50%, dengan cost of credit rendah. “Namun karena suku bunganya tidak setinggi segmen yang berisiko tinggi, makanya yield-nya juga tidak tinggi," jelas Pandji.
Segmen Kredit low risk ini pula yang akan jadi tumpuan Kredit Mandiri selanjutnya. Misalnya yang berasal dari kredit mikro, kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor. sedangkan hingga akhir tahun, Pandji menargetkan NIM Bank Mandiri bisa berada di level 5,6%-5,8%.
Total fee based income yang diraup sebesar Rp 6,24 triliun di Maret 2019. Angka itu tumbuh 3% dibandingkan posisi 2018 lalu. Bank Mandiri masih mencatat pertumbuhan dari pos provisi dan komisi, transaksi valuta asing, serta pendapatan lainnya. Sementara pos keuntungan surat berharga mencatat pertumbuhan minus 72,3%.
Sepanjang kuartal pertama perseroan mencatatkan penyaluran kredit Rp790,5 triliun tumbuh 12,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penyaluran kredit produktif tercatat sebesar Rp522,6 triliun atau 76,3% dari portofolio kredit bank only. Rinciannya, kredit modal kerja (bank only) sebesar Rp295,8 triliun atau tumbuh 7% yoy dan kredit investasi mencapai Rp226,7 triliun, naik 13,6% yoy.
Laju ekspansi perseroan itu ditopang oleh dua segmen utama, yakni Corporate dan Retail, terutama kredit micro dan consumer. Pada akhir Maret 2019, pembiayaan segmen corporate mencapai Rp301,9 triliun, tumbuh 17,9% yoy, segmen micro banking tumbuh 24,4% yoy menjadi Rp106,5 triliun, dan kredit consumer tumbuh 9,2% YoY menjadi Rp87,2 triliun.
Hingga Maret 2019, kredit infrastruktur yang telah disalurkan Bank Mandiri sebesar Rp177,8 triliun. Kredit tersebut disalurkan kepada 7 sektor utama yakni transportasi (Rp38,9 triliun), tenaga listrik (Rp 35,6 triliun), migas & energi terbarukan (Rp27,4 T), konstruksi (Rp20,5 triliun), Jalan tol (Rp17,7 triliun), telematika (Rp16,8 triliun), perumahan rakyat & fasilitas kota (Rp9,6 triliun), dan infrastruktur lainnya (Rp11,3 triliun).
Sektor infrastruktur juga direalisasikan melalui kerjasama sindikasi pembiayaan dengan lembaga keuangan lain. Tercatat, hingga Maret 2019, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sindikasi sebesar Rp66,7 triliun atau secara tahunan berhasil tumbuh 37,6%.
Penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) disalurkan mencapai Rp5,17 triliun atau sekitar 20% dari target tahun 2019. Adapun 51% dari nilai tersebut atau Rp2,64 triliun telah disalurkan kepada sektor produksi, yakni pertanian, perikanan, industri pengolahan dan jasa produksi. Sejak pertama kali disalurkan hingga Maret 2019, Bank Mandiri telah menyalurkan KUR sebesar Rp71,1 triliun kepada lebih dari 1,32 juta debitur di seluruh Indonesia.
(akr)