Konsumsi Rumah Tangga Jadi Andalan Pertumbuhan Ekonomi
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis ekonomi Indonesia pada kuartal I/2019 tumbuh sebesar 5,07% (yoy), meningkat dibanding kuartal I/2018 yang sebesar 5,06%.
Pertumbuhan ekonomi tersebut masih dipicu oleh besarnya konsumsi rumah tangga yang mencapai 56,82% dari total struktur pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) menurut pengeluaran.
BPS mengungkapkan, perekonomian Indonesia berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku kuartal I/2019 mencapai Rp3.782,4 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.625,0 triliun.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2019 lebih bagus dibandingkan tahun lalu, bahkan pada tahun-tahun sebelumnya. Pada kuartal I/2017 ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01%, dan kuartal I/2016 yang sebesar 4,94%.
"Jadi angka ini jauh lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya. Kita berharap kuartal II/2019 semakin bagus karena banyak faktor pemicu pertumbuhan ekonomi terutama konsumsi rumah tangga pada puasa dan lebaran," ujarnya di Jakarta kemarin.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Perusahaan sebesar 10,36%. Dari sisi Pengeluaran dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga yang tumbuh 16,93%.
Sementara ekonomi Indonesia kuartal I/2019 terhadap kuartal sebelumnya turun sebesar 0,52% (q-to-q). Dari sisi produksi, penurunan disebabkan oleh kontraksi yang terjadi pada beberapa lapangan usaha. Sementara dari sisi pengeluaran, penurunan disebabkan antara lain oleh kontraksi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto, dan Ekspor.
"Secara kuartal selalu dipengaruhi faktor musiman, Pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi berasal dari pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 14,10%. Ini karena pada kuartal IV/2018 terjadi musim tanam dan pada kuartal I/2019 itu puncak panen. Jadi ini sesuatu yang biasa di sektor pertanian dilihat dari q-to-q," kata Suhariyanto.
Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2019 (yoy), sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari lapangan usaha industri pengolahan sebesar 0,83%, diikuti perdagangan sebesar 0,70%, konstruksi sebesar 0,59%, dan informasi dan komunikasi sebesar 0,47%. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia dari lapangan usaha lainnya sebesar 2,48%.
Sementara, berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2019 (yoy), sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 2,75%, diikuti Komponen PMTB sebesar 1,65%. Sementara sumber pertumbuhan ekonomi dari komponen lainnya sebesar 0,67%
Suhariyanto mengatakan, konsumsi rumah tangga pada kuartal I/2019 tumbuh 5,01%, meningkat dibandingkan kuartal I/2018 yang sebesar 4,94%. Hal ini karena penjualan eceran tumbuh 8,10%, menguat dibanding kuartal I/2018 yang tumbuh 0,70%. Penguatan antara lain terjadi pada penjualan makanan dan minuman, perlengkapan rumah tangga, dan barang lainnya.
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi pada kuartal I/2019 tumbuh 5,03%, melambat dibanding kuartal I/2018 yang sebesar 7,94%. Komponen konsumsi pemerintah tumbuha 5,21%, lebih tinggi dibanding kuartal I/2018 yang sebesar 2,71%.
"Adanya kenaikan realisasi belanja barang dan jasa, belanja pegawai, dan kenaikan bantuan sosial tuani menyebabkan konsumsi perintah bergerak sangat bagus pada kuartal I/2019," katanya.
Komponen ekspor barang dan jasa pada kuartal I/2019 mengalami kontraksi -2,08%. Ekspor barang terkontraksi sebesar -1,70%, begitu pula dengan ekspor jasa sebesar -5,25%. Komoditas utama nonmigas mengalami penurunan ekspor baik dari sisi nilai maupun volume. Impor barang dan jasa pada kuartal I/2019 juga mengalami kontraksi -7,75%.
Sementara komponen Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) pada kuartal I/2019 tumbuh cukup tinggi sebesar 16,93%. Pertumbuhan ini dipicu oleh aktivitas kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan umum.
"Dengan adanya pemilu, pilpres, dan kegiatan partai politik dan organisasi berskala nasional membuat LNPRT tumbuh sebesar 16,93%. Meski begitu, share dari LNPRT terhadap perekonomian masih kecil," tutur Suhariyanto.
Secara spasial, struktur ekonomi Indonesia pada kuartal I/2019 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB Indonesia, yakni sebesar 59,03%, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,36%, Pulau Kalimantan sebesar 8,26%, dan Pulau Sulawesi sebesar 6,14%, serta Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3,02%.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menilai pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2019 cukup baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. "Pertumbuhan kali ini masih ditopang oleh konsumsi masyarakat sehingga mendorong sektor perdagangan. Ke depannya, hal ini saya lihat masih cukup baik karena kemarin dengan kondisi kampanye pilpres saja konsumsi masih cukup tinggi meskipun memang investasinya melambat," ujarnya.
Shinta menuturkan, konsumsi masyarakat pada kuartal II/2019 juga akan meningkat arena adanya Ramadan dan Lebaran. Sementara untuk investasi, pemerintah perlu menarik investasi lebih banyak lagi setelah Pilpres masih banyak investor yang wait and see. "Selain itu untuk mendorong sektor konsumsi pemerintah juga harus memperbaiki sektor hulu agar mampu menopang pertumbuhan permintaan masyarakat sekaligus mengurangi impor," tuturnya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, pertumbuhan ekonomi triwulan I/2019 yang sebesar 5,07% sesuai dengan perkiraan CORE berkisar antara 5-5,1%.
"Pertumbuhan ini dipicu oleh stabilnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kisaran 5% dan peningkatan belanja pemerintah serta menyempitnya defisit perdagangan, walaupun pertumbuhan investasi melambat," ungkapnya. (Oktiani Endarwati)
Pertumbuhan ekonomi tersebut masih dipicu oleh besarnya konsumsi rumah tangga yang mencapai 56,82% dari total struktur pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) menurut pengeluaran.
BPS mengungkapkan, perekonomian Indonesia berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku kuartal I/2019 mencapai Rp3.782,4 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.625,0 triliun.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2019 lebih bagus dibandingkan tahun lalu, bahkan pada tahun-tahun sebelumnya. Pada kuartal I/2017 ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01%, dan kuartal I/2016 yang sebesar 4,94%.
"Jadi angka ini jauh lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya. Kita berharap kuartal II/2019 semakin bagus karena banyak faktor pemicu pertumbuhan ekonomi terutama konsumsi rumah tangga pada puasa dan lebaran," ujarnya di Jakarta kemarin.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Perusahaan sebesar 10,36%. Dari sisi Pengeluaran dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga yang tumbuh 16,93%.
Sementara ekonomi Indonesia kuartal I/2019 terhadap kuartal sebelumnya turun sebesar 0,52% (q-to-q). Dari sisi produksi, penurunan disebabkan oleh kontraksi yang terjadi pada beberapa lapangan usaha. Sementara dari sisi pengeluaran, penurunan disebabkan antara lain oleh kontraksi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto, dan Ekspor.
"Secara kuartal selalu dipengaruhi faktor musiman, Pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi berasal dari pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 14,10%. Ini karena pada kuartal IV/2018 terjadi musim tanam dan pada kuartal I/2019 itu puncak panen. Jadi ini sesuatu yang biasa di sektor pertanian dilihat dari q-to-q," kata Suhariyanto.
Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2019 (yoy), sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari lapangan usaha industri pengolahan sebesar 0,83%, diikuti perdagangan sebesar 0,70%, konstruksi sebesar 0,59%, dan informasi dan komunikasi sebesar 0,47%. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia dari lapangan usaha lainnya sebesar 2,48%.
Sementara, berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2019 (yoy), sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 2,75%, diikuti Komponen PMTB sebesar 1,65%. Sementara sumber pertumbuhan ekonomi dari komponen lainnya sebesar 0,67%
Suhariyanto mengatakan, konsumsi rumah tangga pada kuartal I/2019 tumbuh 5,01%, meningkat dibandingkan kuartal I/2018 yang sebesar 4,94%. Hal ini karena penjualan eceran tumbuh 8,10%, menguat dibanding kuartal I/2018 yang tumbuh 0,70%. Penguatan antara lain terjadi pada penjualan makanan dan minuman, perlengkapan rumah tangga, dan barang lainnya.
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi pada kuartal I/2019 tumbuh 5,03%, melambat dibanding kuartal I/2018 yang sebesar 7,94%. Komponen konsumsi pemerintah tumbuha 5,21%, lebih tinggi dibanding kuartal I/2018 yang sebesar 2,71%.
"Adanya kenaikan realisasi belanja barang dan jasa, belanja pegawai, dan kenaikan bantuan sosial tuani menyebabkan konsumsi perintah bergerak sangat bagus pada kuartal I/2019," katanya.
Komponen ekspor barang dan jasa pada kuartal I/2019 mengalami kontraksi -2,08%. Ekspor barang terkontraksi sebesar -1,70%, begitu pula dengan ekspor jasa sebesar -5,25%. Komoditas utama nonmigas mengalami penurunan ekspor baik dari sisi nilai maupun volume. Impor barang dan jasa pada kuartal I/2019 juga mengalami kontraksi -7,75%.
Sementara komponen Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) pada kuartal I/2019 tumbuh cukup tinggi sebesar 16,93%. Pertumbuhan ini dipicu oleh aktivitas kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan umum.
"Dengan adanya pemilu, pilpres, dan kegiatan partai politik dan organisasi berskala nasional membuat LNPRT tumbuh sebesar 16,93%. Meski begitu, share dari LNPRT terhadap perekonomian masih kecil," tutur Suhariyanto.
Secara spasial, struktur ekonomi Indonesia pada kuartal I/2019 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB Indonesia, yakni sebesar 59,03%, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,36%, Pulau Kalimantan sebesar 8,26%, dan Pulau Sulawesi sebesar 6,14%, serta Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3,02%.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menilai pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2019 cukup baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. "Pertumbuhan kali ini masih ditopang oleh konsumsi masyarakat sehingga mendorong sektor perdagangan. Ke depannya, hal ini saya lihat masih cukup baik karena kemarin dengan kondisi kampanye pilpres saja konsumsi masih cukup tinggi meskipun memang investasinya melambat," ujarnya.
Shinta menuturkan, konsumsi masyarakat pada kuartal II/2019 juga akan meningkat arena adanya Ramadan dan Lebaran. Sementara untuk investasi, pemerintah perlu menarik investasi lebih banyak lagi setelah Pilpres masih banyak investor yang wait and see. "Selain itu untuk mendorong sektor konsumsi pemerintah juga harus memperbaiki sektor hulu agar mampu menopang pertumbuhan permintaan masyarakat sekaligus mengurangi impor," tuturnya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, pertumbuhan ekonomi triwulan I/2019 yang sebesar 5,07% sesuai dengan perkiraan CORE berkisar antara 5-5,1%.
"Pertumbuhan ini dipicu oleh stabilnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kisaran 5% dan peningkatan belanja pemerintah serta menyempitnya defisit perdagangan, walaupun pertumbuhan investasi melambat," ungkapnya. (Oktiani Endarwati)
(nfl)