Harga Minyak Dunia Menyusut di Tengah Kecemasan Perang Dagang
A
A
A
SINGA - Harga minyak mentah dunia pada perdagangan, Rabu (29/5/2019) menyusut di tengah kekhawatiran perang perdagangan antara Amerika Serikat (AS) versus China bisa memicu penurunan ekonomi global. Akan tetapi pasokan yang relatif ketat saat OPEC berkomitmen mengurangi produksi dan ketegangan politik di Timur Tengah menawarkan beberapa dukungan.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan internasional diperdagangkan pada posisi USD69,60 per barel atau lebih rendah 51 sen yang setara dengan 0,7% dari penutupan sesi terakhir. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 64 sen atau 1,1% menjadi USD58,50 per barel dibandingkan sesi sebelumnya.
"Pelemahan harga minyak mentah terjadi saat permintaan lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan pada pasokan. Investor khawatir dengan perspektif makro tentang permintaan di seluruh dunia, khususnya dalam menghadapi perang perdagangan yang berkembang antara AS dan China," ujar James Mick selaku direktur pelaksana dan manajer portofolio energi dari perusahaan investasi A.S. Tortoise.
Sedangkan analis pialang berjangka Forex.com yakni Fawad Razaqzada mengungkapkan, kekhawatiran lain yang muncul yakni bahwa "turunnya mata uang pasar negara berkembang membuat minyak mentah yang dihargai dengan mata uang dolar menjadi lebih mahal untuk dibeli negara-negara berkembang tersebut" dan bisa membuat harga minyak mentah jatuh lebih dalam.
Terlepas dari kekhawatiran ekonomi, permintaan minyak global sejauh ini bertahan dengan baik, kemungkinan rata-rata lebih dari 100 juta barel per hari (bph) tahun ini untuk pertama kalinya, menurut data dari Energy Information Administration (EIA) AS. Namun analis khawatir bahwa pengetatan kredit di tengah perlambatan ekonomi akan menghambat perdagangan komoditas.
Dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan internasional diperdagangkan pada posisi USD69,60 per barel atau lebih rendah 51 sen yang setara dengan 0,7% dari penutupan sesi terakhir. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 64 sen atau 1,1% menjadi USD58,50 per barel dibandingkan sesi sebelumnya.
"Pelemahan harga minyak mentah terjadi saat permintaan lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan pada pasokan. Investor khawatir dengan perspektif makro tentang permintaan di seluruh dunia, khususnya dalam menghadapi perang perdagangan yang berkembang antara AS dan China," ujar James Mick selaku direktur pelaksana dan manajer portofolio energi dari perusahaan investasi A.S. Tortoise.
Sedangkan analis pialang berjangka Forex.com yakni Fawad Razaqzada mengungkapkan, kekhawatiran lain yang muncul yakni bahwa "turunnya mata uang pasar negara berkembang membuat minyak mentah yang dihargai dengan mata uang dolar menjadi lebih mahal untuk dibeli negara-negara berkembang tersebut" dan bisa membuat harga minyak mentah jatuh lebih dalam.
Terlepas dari kekhawatiran ekonomi, permintaan minyak global sejauh ini bertahan dengan baik, kemungkinan rata-rata lebih dari 100 juta barel per hari (bph) tahun ini untuk pertama kalinya, menurut data dari Energy Information Administration (EIA) AS. Namun analis khawatir bahwa pengetatan kredit di tengah perlambatan ekonomi akan menghambat perdagangan komoditas.
(akr)