Era Baru Digitalisasi Logistik di Tengah Perang Dagang AS-China

Kamis, 04 Juli 2019 - 21:36 WIB
Era Baru Digitalisasi Logistik di Tengah Perang Dagang AS-China
Era Baru Digitalisasi Logistik di Tengah Perang Dagang AS-China
A A A
JAKARTA - Dengan adanya persaingan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, pergerakan bisnis global mulai bergerak ke wilayah ASEAN. Pergerakan ini, seiring dengan munculnya bisnis e-commerce yang meroket di Asia Tenggara hingga memunculkan kebutuhan untuk era baru digitalisasi logistik.

”Teknologi platform logistic telah terbukti dalam perekonomian seperti di Cina, Amerika dan India, namun kami tetap percaya bahwa teknologi tersebut sama dibutuhkan atau mungkin lebih di Asia Tenggara,” ujar Lok Terrance, Partner ZWC Ventures, Investor dari Ritase.com di

Lebih lanjut Ia menyoroti, bahwa salah faktor kontribusi untuk tingginya harga logistik di Indonesia adalah masih lemahnya utilisasi truk. Sebagai perbandingan rate untuk utilisasi truk di Eropa adalah 200.000 km/tahun. Thailand adalah 150.000 km/tahun dan lndonesia adalah 50.000 km/tahun.

Berkaitan dengan Ritase, Lok percaya bahwa Ritase, menjadi perusahaan yang menyediakan B2B sistem digital transportasi yang menghubungkan antara shipper dan transporter, yang dimana dapat menjadi pemain andalan yang menggiring perubahan industri truk di Indonesia.

Berdirilah Ritase, sebuah perusahaan startup yang secara aktif bergerak dalam mendigitalisasi industri trucking di Indonesia. Dalam kurun waktu 2 tahun beroperasi, Ritase mampu mencakup area trucking di Indonesia dan sekarang telah memiliki 7.500 armada truk dari 500 perusahaan truk yang melayani beberapa perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Goods) terbesar di Indonesia.

Saat ini, Ritase telah berhasil mendapatkan pendanaan Seri-A sebesar USD8,5 juta untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya sebagai pelopor digital platform industri trucking di Indonesia. Sejumlah pendanaan tersebut diberikan oleh Golden Gate Ventures (SG) sebagai investor terbesar, sebuah perusahaan venture capital yang berdiri di tahun 2011, dengan portofolio investasi pada 30 perusahaan yang tersebar di 7 negara Asia.

Investor lainnya yang tergabung dalam pendanaan ini adalah Jafco Asia dan ZWC Ventures. Sebelum adanya investasi Seri A, Ritase telah menerima penanaman modal dan sejumlah pendanaan pra-seri A sebesar USS 4.4 juta dari Insignia Ventures Partners, Mitsubishi Corporation, Beenext, Skystar Capital, Agung Ventures dan beberapa Angel Investors. "Insignia bangga menjadi pendukung awal berdirinya Ritase," ujar Tan Yinglan, Founding Managing Partner dari lnsignia Ventures Partners.

"Dukungan besar yang diraih oleh Ritase dari large shipper, transporter, dan pemerintahan lndonesia, telah membuat kami percaya bahwa industri trucking di Indonesia siap untuk digitalisasi. Kami sangat senang bahwa Ritase telah menjadi yang terbaik di pasaran dan terus mengembangkan hidup banyak pengusaha truk di Indonesia melalui optimasi rute, efisiensi harga yang lebih baik dan proses yang efektif dalam mengutilisasi truk yang belum beroperasi," sambungnya.

Hall Justin, Partner di Golden Gate Ventures (GT) dan investor utama dalam pendanaan Seri A Ritase, juga menambahkan bahwa ia sangat senang untuk menjadi bagian dari perjalanan Ritase menjadi pelopor dalam marketplace logistik di Asia Tenggara.

Sambung Hall menambahkan, ”Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terus berkembang di Indonesia, infrastruktur logistik yang ada harus digitalisasi dan memenuhi kebutuhan pengirim dan pengusaha truk yang terus bertambah. Ritase akan menjadi basis infrastruktur perusahaan logistik berbasis digital di Indonesia dan kami merasa terhormat untuk bekerja berdampingan."

Dukungan besar dari investor dan pelanggan telah memposisikan Ritase sebagai perusahaan startup di Indonesia yang mampu mengintegrasikan alur infomasi antara pengirim dan transporter melalui sarana digital terpadu. Dalam 2 tahun sejak berdirinya, Ritase telah berhasil merangkul perusahaan internasional seperti Nestle, Unilever, Universal Ribena Corporation (URC), Japfa, Signify/Phillips Lighting, Lotte dan Perfeti Van Melle.

Memberi layanan kepada perusahaan seperti Nestle terbukti sangat berharga bagi pertumbuhan Ritase dalam memperbaiki sarana dengan cara terbaik untuk melayani perusahaan FMCG. Fitur-fitur penting termasuk memberikan transparansi kepada pengirim dan transporter, digital order processing management, perencanaan muatan pengiriman dan optimasi rute.

Selain itu, sarana yang bersifat open-API dan perangkat lunak cloudbased memungkinkan pengirim untuk menikmati akses informasi real-time terkini seputar marketplace trucking dan pergerakan barang dengan lebih mudah.

Pertama kali didirikan oleh lmgn Kusnadi dan David Samuel, dengan mempekerjakan pegawai lokal dengan keahlian dalam merancang teknologi terkini, yang dapat mendukung ekosistem trucking di Indonesia dengan sangat baik. Ritase juga mendapatkan perjanjian eksklusif dengan Kementerian Perhubungan untuk mendigitalisasi beban berskala besar dalam rangka membantu mengatasi permasalahan over loading dan over dimension secara nasional.

Pada bulan Mei 2019, Ritase telah dinyatakan memiliki dua sertifikasi ISO yaitu ISO 9001:2015 untuk Quality Management, dan ISO 27001:2013 untuk information Security Management System (ISMS). Dengan dukungan sejumlah investasi saat ini, Ritase dapat terus berkembang sebagai pelopor dalam digitalisasi industri trucking di Indonesia, yang memungkinkan pelanggannya mendapatkan kejelasan end-to-end supply chain.

Selain ekspansi internasional, Ritase berharap untuk menguatkan transporter lokal dengan memberikan sarana melalui supply chain financing serta akses untuk mendapatkan suku cadang dan truk yang teriangkau, melalui sarana group buying. Pertumbuhan dan pengembangan sarana inilah yang akan menjadi batu loncatan yang memungkinkan Ritase untuk menjadi media yang akan memperkenalkan trucking bersifat semi-autonomous di Asia Tenggara.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3905 seconds (0.1#10.140)