Zara Jadi Target Kemarahan Orang China di Tengah Gejolak Hong Kong

Kamis, 05 September 2019 - 16:11 WIB
Zara Jadi Target Kemarahan Orang China di Tengah Gejolak Hong Kong
Zara Jadi Target Kemarahan Orang China di Tengah Gejolak Hong Kong
A A A
HONG KONG - Perusahaan ritel asal Spanyol, Zara jadi sasaran kemarahan warga China setelah menutup sebagian tokonya pada hari ketika aksi protes bakal melanda Hong Kong. Ribuan warganet China menyerukan boikot terhadap Zara, serta menuding peritel pakaian itu mendukung karyawannya yang ingin bergabung dengan aksi mogok.

Terkait dengan keterlibatannya dalam kontroversi dengan warga China, pihak Zara memberikan penjelasan bahwa penutupan itu dilakukan guna memastikan toko-tokonya tidak kekurangan staf ketika layanan moda transportasi mengalami gangguan. Akan tetapi alasan tersebut tidak banyak membantu untuk membendung kemarahan warga China.

Seperti diketahui gelombang protes di Hong Kong telah berlangsung lebih dari sebulan, diikuti dengan kemarahan para pengunjuk rasa terkait pengaruh daratan China di Hong Kong. Banyak perusahaan mendapati diri mereka menjadi sasaran kemarahan dari warga China atas apa yang dilakukan dianggap mendukung protes atau menantang kedaulatan China.

Jadi bagaimana penutupan beberapa toko yang dilakukan Zara, membuatnya menjadi target terbaru kemarahan netizen China? Kemarahan dimulai setelah empat toko Zara tutup sementara pada Senin, lalu. Pada hari itu, menurut para penyelenggara unjuk rasa, sekitar 10.000 siswa dari 200 sekolah menengah memboikot hari pertama semester baru guna berpartisipasi dalam demonstrasi.

Sejumlah kalangan di Hong Kong bersiap mengantisipasi aksi itu yang disebut-sebut bakal berlangsung selama dua hari, walau belakangan terlihat tidak mendapat banyak dukungan. Harian Hong Kong, Ming Pao menerbitkan artikel yang menampilkan foto selembar pemberitahuan di salah satu toko Zara berisi pengumuman bahwa toko tersebut tutup.

Harian itu kemudian berspekulasi apakah penutupan itu disebabkan para stafnya mendukung pemogokan dan boikot. Tak lama kemudian, pemberitaan ini beredar di media sosial Weibo. Banyak warganet pun berasumsi Zara mendukung aksi protes sehingga mereka menyerukan pemboikotan terhadap peritel asal Spanyol tersebut.

Zara -yang dimiliki perusahaan induk Inditex- langsung melontarkan pernyataan singkat pada akun resminya di Weibo yang berisi klarifikasi bahwa Zara "tidak ternah terlibat dalam pemogokan apapun". Zara, menurut pernyataan itu, mendukung "satu negara, dua sistem" yang menggolongkan Hong Kong sebagai bagian China. Namun, kemarahan di jagat maya tidak bisa diredam.

Tagar #ZaraStatement lantas menjadi viral di Weibo yang disaksikan lebih dari 330 juta kali. Banyak di antara warganet China menyebut pernyataan itu tidak tulus. "Ini benar-benar formalitas. Jika Anda memang ingin mengatakannya dengan sangat tulus, katakanlah dengan cara (yang sepantasnya). Jika Anda tidak tulus, jangan katakan apapun," kata seorang pengguna Weibo.

Gelombang kemarahan ini kemudian dipanaskan oleh media pemerintah China, Global Times, dengan artikel opini yang mendesak Zara memberikan "penjelasan tulus". Zara disebut memberikan "contoh yang sangat negatif".

Selanjutnya Zara kembali mengklarifikasi bahwa pembukaan toko-tokonya "ditunda" pada Senin karena para karyawan kesulitan mencapai tempat kerja sehubungan masalah transportasi yang disebabkan aksi protes.

Ini bukan pertama kalinya Zara berada dalam sorotan di China. Tahun lalu, brand fashion terkenal tersebut dikritik di media sosial China karena mengategorikan Taiwan -yang dianggap China sebagai bagian dari wilayahnya- sebagai negara terpisah.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5196 seconds (0.1#10.140)