Sistem Kelistrikan Sulsel-Sultra Tersambung, PLN Siap Sambut Investor
A
A
A
MAKASSAR - PT PLN (Persero) telah merealisasikan interkoneksi sistem kelistrikan antara Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui jaringan transmisi bertegangan 150 kilovolt (kV) dari Wotu hingga Kendari.
Interkoneksi tersebut selain meningkatkan keandalan dan efiensi sistem kelistrikan Sulawesi Tenggara, juga memungkinkan PLN memasok surplus daya sebesar 400 MW di Sulsel untuk memenuhi kebutuhan investor di Sultra.
"Interkoneksi ini selain menjadikan sistem kelistrikan di Sultra semakin andal juga diharapkan mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan pasokan yang dibutuhkan industri di sana," ungkap General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Sulawesi Bagian Selatan I Putu Riasa, Selasa (15/10/2019) malam.
Putu mengatakan, sistem kelistrikan Sultra yang kekurangan akan dapat ditambah pasokannya dari Sulsel. Hal itu diyakini akan menunjang perkembangan industri, khususnya fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) yang akan tumbuh pesat dalam 5-6 tahun ke depan di Sultra. "Sekarang PLN siap support investasi di sulawesi tenggara," tegasnya.
General Manager Unit Induk Wilayah Sulselrabar Ismail Deu menambahkan, interkoneksi tersebut akan menambah jumlah pelanggan PLN di Sulawesi. PLN memproyeksikan potensi pelanggan potensial sebanyak 3.484,37 MW yang 70% diantaranya berada di Sultra dari industri smelter.
"Tahun 2020 bulan Desember kami akan layani satu smelter besar kurang lebih 118 MVA, lalu 2021 tambahan sebanyak 250 MVA, jadi total 350 MW hanya untuk satu pelanggan saja," tuturnya.
Sementara, lanjut dia, calon pelanggan yang sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk Sultra total sebanyak 1.467 MW. "Ini potensi kita ke depan yang akan kita nyalakan," jelasnya.
Lebih lanjut, GM Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran Sulawesi Suroso mengatakan, sistem kelistrikan di Sulawesi sudah interkoneksi namun belum satu kesatuan. Kendati begitu, selesainya interkoneksi listrik Sulsel-Sultra ini menurutnya merupakan sebuah langkah maju.
"Manfaat utama tentunya bisa menekan BPP Sulbagsel dari Rp1.187/kwh dan kendari dari Rp2.219/kwh menjadi Rp1.096/kwh. Kita juga bisa operasikan sistem interkoneksi secara lebih efisien karena cadangan bisa dimanfaatkan bersama," tuturnya.
Manager Unit Pelaksana Proyek Pembangkit dan Jaringan Hidbar Saragih menambahkan, interkoneksi ini merupakan buah dari penyelesaian pembangunan yang meliputi 1.265 menara jaringan transmisi dan enam gardu induk, yang membentang dari Wotu, Malili, Lasusua, Kolaka, Unaaha hingga Kendari.
Dalam waktu singkat, Hidbar menambahkan, pengoperasian tegangan akan dilanjutkan terhadap jalur kedua. Interkoneksi Sulawesi ini diharapkan dapat terwujud di akhir tahun 2019.
Interkoneksi tersebut selain meningkatkan keandalan dan efiensi sistem kelistrikan Sulawesi Tenggara, juga memungkinkan PLN memasok surplus daya sebesar 400 MW di Sulsel untuk memenuhi kebutuhan investor di Sultra.
"Interkoneksi ini selain menjadikan sistem kelistrikan di Sultra semakin andal juga diharapkan mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan pasokan yang dibutuhkan industri di sana," ungkap General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Sulawesi Bagian Selatan I Putu Riasa, Selasa (15/10/2019) malam.
Putu mengatakan, sistem kelistrikan Sultra yang kekurangan akan dapat ditambah pasokannya dari Sulsel. Hal itu diyakini akan menunjang perkembangan industri, khususnya fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) yang akan tumbuh pesat dalam 5-6 tahun ke depan di Sultra. "Sekarang PLN siap support investasi di sulawesi tenggara," tegasnya.
General Manager Unit Induk Wilayah Sulselrabar Ismail Deu menambahkan, interkoneksi tersebut akan menambah jumlah pelanggan PLN di Sulawesi. PLN memproyeksikan potensi pelanggan potensial sebanyak 3.484,37 MW yang 70% diantaranya berada di Sultra dari industri smelter.
"Tahun 2020 bulan Desember kami akan layani satu smelter besar kurang lebih 118 MVA, lalu 2021 tambahan sebanyak 250 MVA, jadi total 350 MW hanya untuk satu pelanggan saja," tuturnya.
Sementara, lanjut dia, calon pelanggan yang sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk Sultra total sebanyak 1.467 MW. "Ini potensi kita ke depan yang akan kita nyalakan," jelasnya.
Lebih lanjut, GM Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran Sulawesi Suroso mengatakan, sistem kelistrikan di Sulawesi sudah interkoneksi namun belum satu kesatuan. Kendati begitu, selesainya interkoneksi listrik Sulsel-Sultra ini menurutnya merupakan sebuah langkah maju.
"Manfaat utama tentunya bisa menekan BPP Sulbagsel dari Rp1.187/kwh dan kendari dari Rp2.219/kwh menjadi Rp1.096/kwh. Kita juga bisa operasikan sistem interkoneksi secara lebih efisien karena cadangan bisa dimanfaatkan bersama," tuturnya.
Manager Unit Pelaksana Proyek Pembangkit dan Jaringan Hidbar Saragih menambahkan, interkoneksi ini merupakan buah dari penyelesaian pembangunan yang meliputi 1.265 menara jaringan transmisi dan enam gardu induk, yang membentang dari Wotu, Malili, Lasusua, Kolaka, Unaaha hingga Kendari.
Dalam waktu singkat, Hidbar menambahkan, pengoperasian tegangan akan dilanjutkan terhadap jalur kedua. Interkoneksi Sulawesi ini diharapkan dapat terwujud di akhir tahun 2019.
(ind)