Harapan Tim Ekonomi Diisi Anak Muda, Nadiem Makarim Disebut Layak Jadi Menteri

Senin, 21 Oktober 2019 - 06:07 WIB
Harapan Tim Ekonomi...
Harapan Tim Ekonomi Diisi Anak Muda, Nadiem Makarim Disebut Layak Jadi Menteri
A A A
JAKARTA - Tantangan perekonomian Indonesia kedepan, membuat kalangan investor menginginkan sosok menteri dari kalangan muda di tim ekonomi Kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Karena sekarang, ekonomi digital memainkan peran besar dalam pertumbuhan ekonomi banyak negara.

Wakil Presiden ke-10 dan 12, Jusuf Kalla, mengatakan sistem ekonomi dunia saat ini mengalami perubahan besar-besaran. Karena itu, perusahaan raksasa di dunia tidak lagi didominasi oleh perusahaan yang berkecimpung dalam sektor energi atau perbankan, seperti Saudi Aramco, ExxonMobil, dan CitiBank.

"Saat ini, perusahaan-perusahaan raksasa dunia justru yang berkecimpung dalam ekonomi digital seperti Facebook, Apple, Microsoft, Amazon, dan sebagainya. Jadi, sekarang pengusaha yang paling besar dan yang paling kaya itu Microsoft, Apple, Amazon, Facebook. Artinya, energi dikalahkan oleh ekonomi digital," tuturnya dalam perpisahan dengan para ekonom di Hotel Westin.

Hasil survei Katadata Investor Confidence Index (KICI) yang dilakukan terhadap 272 responden investor, menyatakan investor ingin sosok menteri dari kalangan muda. Dari survei melalui wawancara telepon pada 12-26 September 2019, dimana 21% responden ingin menteri ekonomi dari kalangan usia 31-40 tahun.

"Harapan agar menteri ekonomi di Kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin berusia di bawah 50 tahun, disebabkan pandangan bahwa orang yang berusia muda bisa cepat adaptasi dengan situasi yang kurang kondusif saat ini, termasuk situasi ekonomi global," terang Wahyu dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu (20/10/2019).

KIC berpendapat sosok menteri dari kalangan muda bisa menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, bisa menghadapi disrupsi seiring perkembangan teknologi digital yang sangat pesat.

Terkait perkembangan teknologi dan ekonomi digital ini, pendiri dan CEO Gojek Indonesia, Nadiem Makarim, dinilai banyak kalangan layak untuk mengisi menteri di tim ekonomi Jokowi-Ma'ruf Amin.

Ekonom Universitas Indonesia, Fitra Faisal, mengatakan Nadiem Makarim memiliki kemampuan manajemen, mampu mengeksekusi program, serta dapat mengikuti perubahan zaman dengan cepat. Terbukti dengan Gojek menjadi perusahaan startup skala Decacorn, dan termasuk terbesar di Asia Tenggara.

"Dengan kredibilitas Nadiem dalam membangun Gojek, perusahaan rintisan yang telah menjadi Decacorn, atau punya valuasi di atas USD10 miliar, Nadiem bisa diberi kepercayaan untuk beberapa bidang karena kemampuan eksekusi yang mumpuni," ujar Fitra kepada wartawan pada Jumat (18/10/2019).

Fitra pun menyebut ada beberapa pos yang layak diisi oleh Nadiem, seperti investasi, digital, maupun bidang pendidikan. "Tapi yang saya ingin tekankan, adalah bagaimana digitalisasi menjadi tuntutan dunia saat ini. Semua bidang akan terkait dengan digitalisasi dan juga tehnologi, makanya digital sangat penting. Menurut saya, Nadiem punya kapasitas dalam hal itu," ujarnya.

Ia pun berharap pemerintahan kedua Jokowi, dapat memilih menteri yang mampu membuat deregulasi, sekaligus sebagai eksekutor itu sangat penting.

Masalah deregulasi ini juga ditekankan oleh Presiden Joko Widodo dalam pelantikan Presiden dan Wakil Presiden dalam Sidang MPR RI di Kompleks Parlemen, Minggu (20/10/2019).

Jokowi mengatakan ada lima fokus untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045. Yaitu pembangunan sumber daya manusia, melanjutkan pembangunan infrastruktur, penyederhanaan regulasi (deregulasi), penyederhanan birokrasi, dan transformasi.

Poin ketiga deregulasi dan transformasi yang tidak bergantung dari sumber daya alam, melainkan daya saing manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi, selaras dengan peningkatan ekonomi digital.

Dilansir dari Wikipedia, berikut profil singkat Nadiem Anwar Makarim:
Nadiem Anwar Makarim lahir di Singapura, 4 Juli 1984. Ia adalah seorang pengusaha Indonesia. Nadime merupakan pendiri serta CEO Gojek, sebuah perusahaan transportasi dan penyedia jasa berbasis online.

Latar belakang
Nadiem Anwar Makarim adalah putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ayahnya adalah seorang aktivis dan pengacara terkemuka yang berketurunan Minang-Arab. Sedangkan ibunya merupakan penulis lepas, putri dari Hamid Algadri, salah seorang perintis kemerdekaan Indonesia.

Pendidikan
Nadiem menjalani proses pendidikan dasar hingga SLTA berpindah-pindah dari Jakarta ke Singapura.Sehabis menyelesaikan pendidikan SMA-nya di Singapura, pada tahun 2002 ia mengambil jurusan Hubungan Internasional di Brown University, Amerika Serikat.

Setelah memperoleh gelar sarjana pada tahun 2006, tiga tahun kemudian ia mengambil pasca-sarjana dan meraih gelar Master of Business Administration di Harvard Business School.

Karier dan bisnis

Pada tahun 2006, Nadiem memulai kariernya sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company. Setelah memperoleh gelar MBA, ia terjun sebagai pengusaha dengan mendirikan Zalora Indonesia.Di perusahaan tersebut ia juga menjabat sebagai Managing Editor.

Setelah keluar dari Zalora, ia kemudian menjabat sebagai Chief Innovation Officer (CIO) Kartuku, sebelum akhirnya fokus mengembangkan Gojek yang telah ia rintis sejak tahun 2010. Saat ini, Go-Jek merupakan perusahaan rintisan terbesar di Indonesia, dan menjadi salah satu dari 19 decacorn di dunia, dengan valuasi Gojek mencapai USD10 miliar.

Tidak hanya itu, Gojek telah bertransformasi menjadi super app, menyediakan lebih dari 20 layanan, mulai dari transportasi, pengantaran makanan, kebutuhan sehari-hari, pijat, bersih-bersih rumah, logistik hingga platform pembayaran digital yang dikenal dengan GoPay.

Bulan Agustus 2016, perusahaan ini memperoleh pendanaan sebesar USD550 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun dari konsorsium yang terdiri dari KKR, Sequoia Capital, Capital Group, Rakuten Ventures, NSI Ventures, Northstar Group, DST Global, Farallon Capital Management, Warburg Pincus, dan Formation Group.

Penghargaan
Tahun 2016, Nadiem menerima penghargaan The Straits Times Asian of the Year, dan merupakan orang Indonesia pertama yang menerima penghargaan tersebut sejak pertama kali didirikan pada tahun 2012.

Penghargaan Asian of the Year diberikan kepada individu atau kelompok yang secara signifikan berkontribusi pada meningkatkan kesejahteraan orang di negara mereka atau Asia pada umumnya.

Beberapa penerima sebelumnya termasuk pendiri Singapura, Lee Kuan Yew, Perdana Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Presiden Republik Rakyat China Xi Jinping dan Presiden Myanmar Thein Sein.

Penghargaan tersebut datang karena perusahaan berfokus pada peningkatan kesejahteraan sektor informal. Pada saat yang sama, ini dapat membantu menyediakan mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia dengan mengubah pasar dan model bisnis tradisional.

Pada Mei 2019, Nadiem menjadi tokoh termuda se-Asia yang menerima penghargaan Nikkei Asia Prize ke-24 untuk Inovasi Ekonomi dan Bisnis.

Penghargaan diberikan kepada individu atau organisasi yang berkontribusi bagi pengembangan kawasan Asia dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Asia. Penghargaan ini berkaitan dengan kontribusi Gojek dalam mendorongpertumbuhan ekonomi, memudahkan keseharian pengguna hingga meningkatkan pendapatan mitranya.

Gojek berkontribusi Rp55 triliun terhadap perekonomian Indonesia, dengan penghasilan rata-rata mitra Go-Ride dan Go-Car naik 45% dan 42% setelah bergabung dengan Gojek, dan volume transaksi UMKM Kuliner naik 3.5 kali lipat semenjak menjadi mitra GoFood.

Tahun 2017, Gojek masuk dalam Fortune’s Top 50 Companies That Changed The World, dan mendapatkan peringkat 17. Pada 2019, Gojek kembali menjadi satu-satunya perusahaan Asia Tenggara yang masuk ke daftar Fortune’s 50, dan naik ke peringkat 11 dari 52 perusahaan kelas dunia.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1661 seconds (0.1#10.140)