Saudi Aramco Dalam Jalur IPO Terbesar dengan Nilai USD1,7 Triliun
A
A
A
DUBAI - Saudi Aramco berada dalam jalur IPO (Initial Public Offering atau penawaran umum perdana) terbesar di dunia usai menetapkan nilainya mencapai sebesar USD1,71 triliun atau setara dengan Rp23.927 triliun (kurs Rp14.075/USD). Meski begitu angka tersebut lebih rendah dari target yang ditetapkan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman yakni mencapai USD2 triliun.
Selain tidak dapat memenuhi nilai IPO yang ditargetkan, Aramco juga menurunkan besaran saham dijual dari 5% menjadi 1,5% dengan nilai USD24-25,6 miliar. Aramco tidak dapat menjual sahamnya langsung kepada investor di Amerika Serikat dan pasar lainnya, ketika IPO dibatasi untuk orang Saudi serta lembaga asing yang diizinkan untuk berinvestasi di pasar saham kerajaan.
Nilai IPO yang ditetapkan Saudi Aramco bisa mengalahkan raksasa e-commerce asal China yang mencetak rekor USD25 miliar yang memulai debutnya di pasar saham New York pada 2014, lalu. Ukuran IPO Aramco bisa lebih besar jika ada cukup permintaan mencapai 15% dari yang telah dijatahkan.
"Kami berencana untuk berlangganan IPO dalam dana yang kami kelola," kata Zachary Cefaratti, Chief Executive Officer dari Dubai dalma Capital Management Ltd, sembari menambahkan bahwa penilaian awal "sejalan dengan harapan kita".
Aramco memulai rangkaian IPO pada 3 November, setelah sebelumnya sempat beberapa kali tertunda. Putra mahkota Mohammed bin Salman, melayang ide ini hampir empat tahun yang lalu, sebagai upaya meningkatkan investasi miliaran dolar ke industri non-minyak, menciptakan lapangan kerja dan diversifikasi eksportir minyak mentah untuk tidak lagi mengandalkan bahan bakar fosil.
Sejak gagasan IPO pertama diumumkan pada 2016, progresnya menjadi tertunda lama karena nilai IPO sebesar USD2 triliun yang diinginkan Pangeran Mohammed telah menuai pandangan skeptisisme dari investor dan analis. IPO ini menjadi bagian penting dari rencana untuk menghentikan ketergantungan ekonomi dari minyak mentah dengan menyuntikkan dana ke proyek-proyek besar dan industri non-energi.
Selain tidak dapat memenuhi nilai IPO yang ditargetkan, Aramco juga menurunkan besaran saham dijual dari 5% menjadi 1,5% dengan nilai USD24-25,6 miliar. Aramco tidak dapat menjual sahamnya langsung kepada investor di Amerika Serikat dan pasar lainnya, ketika IPO dibatasi untuk orang Saudi serta lembaga asing yang diizinkan untuk berinvestasi di pasar saham kerajaan.
Nilai IPO yang ditetapkan Saudi Aramco bisa mengalahkan raksasa e-commerce asal China yang mencetak rekor USD25 miliar yang memulai debutnya di pasar saham New York pada 2014, lalu. Ukuran IPO Aramco bisa lebih besar jika ada cukup permintaan mencapai 15% dari yang telah dijatahkan.
"Kami berencana untuk berlangganan IPO dalam dana yang kami kelola," kata Zachary Cefaratti, Chief Executive Officer dari Dubai dalma Capital Management Ltd, sembari menambahkan bahwa penilaian awal "sejalan dengan harapan kita".
Aramco memulai rangkaian IPO pada 3 November, setelah sebelumnya sempat beberapa kali tertunda. Putra mahkota Mohammed bin Salman, melayang ide ini hampir empat tahun yang lalu, sebagai upaya meningkatkan investasi miliaran dolar ke industri non-minyak, menciptakan lapangan kerja dan diversifikasi eksportir minyak mentah untuk tidak lagi mengandalkan bahan bakar fosil.
Sejak gagasan IPO pertama diumumkan pada 2016, progresnya menjadi tertunda lama karena nilai IPO sebesar USD2 triliun yang diinginkan Pangeran Mohammed telah menuai pandangan skeptisisme dari investor dan analis. IPO ini menjadi bagian penting dari rencana untuk menghentikan ketergantungan ekonomi dari minyak mentah dengan menyuntikkan dana ke proyek-proyek besar dan industri non-energi.
(akr)