Perry Paparkan Tiga Kunci Hadapi Tantangan Ekonomi Global
A
A
A
JAKARTA - Tantangan ekonomi global di tahun depan semakin berat. Masih adanya perang dagang, geopolitik, serta ancaman resesi seiring melambatnya perekonomian beberapa negara maju bisa menjadi sandungan bagi target pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Gubernur BI Perry Warjiyo memaparkan tiga kunci untuk menjaga Indonesia dari ancaman ketidakpastian ekonomi global dan digitalisasi yang semakin maju. Ketiga kunci itu adalah sinergi, transformasi, dan inovasi.
"Sinergi, transformasi, dan inovasi adalah tiga kata kunci untuk memperkuat ketahanan dan pertumbuhan menuju Indonesia maju," ujar Perry di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis, (28/11/2019).
Dia menjelaskan sinergi yang dimaksud adalah sinergi dalam bauran kebijakan makro sistem keuangan antara pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
"Kebijakan moneter belum tentu selalu efektif kalau bekerja sendiri," jelasnya.
Saat ini, kata Perry, Indonesia harus bersyukur karena rapor ekonomi Indonesia dinilai cukup baik dengan inflasi yang rendah, nilai tukar rupiah stabil, defisit transaksi berjalan yang terkendali, defisit fiskal aman, serta stabilitas sistem keuangan yang terjaga.
"Kita perlu melakukan suatu transformasi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional lebih tinggi lagi. Inovasi itu dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber lain untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional seperti pengembangan manufaktur, pariwisata, maritim, pertanian dan UMKM," pungkasnya.
Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Gubernur BI Perry Warjiyo memaparkan tiga kunci untuk menjaga Indonesia dari ancaman ketidakpastian ekonomi global dan digitalisasi yang semakin maju. Ketiga kunci itu adalah sinergi, transformasi, dan inovasi.
"Sinergi, transformasi, dan inovasi adalah tiga kata kunci untuk memperkuat ketahanan dan pertumbuhan menuju Indonesia maju," ujar Perry di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis, (28/11/2019).
Dia menjelaskan sinergi yang dimaksud adalah sinergi dalam bauran kebijakan makro sistem keuangan antara pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
"Kebijakan moneter belum tentu selalu efektif kalau bekerja sendiri," jelasnya.
Saat ini, kata Perry, Indonesia harus bersyukur karena rapor ekonomi Indonesia dinilai cukup baik dengan inflasi yang rendah, nilai tukar rupiah stabil, defisit transaksi berjalan yang terkendali, defisit fiskal aman, serta stabilitas sistem keuangan yang terjaga.
"Kita perlu melakukan suatu transformasi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional lebih tinggi lagi. Inovasi itu dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber lain untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional seperti pengembangan manufaktur, pariwisata, maritim, pertanian dan UMKM," pungkasnya.
(ven)