Terus Berkembang dengan Mendengar Permintaan Pasar
A
A
A
Marketplace asal Singapura, Shopee, telah berkembang pesat di Indonesia dalam empat tahun terakhir. Sejak diluncurkan pada tahun 2015, Shopee Indonesia terus mengepakkan sayap bisnisnya di Tanah Air.
Saat pertama kali diluncurkan, Shopee Indonesia belum banyak dikenal masyarakat. Direktur Shopee Christin Djuarto mengaku cukup sulit untuk mendekati penjual di saat nama Shopee belum dikenal luas. Apalagi pada saat itu hanya ada beberapa karyawan saja yang bekerja di Shopee. Namun, berkat kerja keras seluruh tim, Shopee Indonesia mampu berkembang hingga saat ini. Lalu bagaimana strategi dan tantangan perusahaan kedepan? Berikut petikan wawancara KORAN SINDO dengan Direktur Shopee Christin Djuarto di Jakarta, belum lama ini.
Bisa diceritakan awal mula Anda terjun ke industri e-commerce?
Awalnya saya tertarik di internet, memang suka teknologi dari kecil. Saya anak ketiga. Kakak-kakak saya sempat les komputer, namun saya tidak. Tapi saya suka memperhatikan mereka. Akhirnya bisa sendiri. Waktu kuliah sempat mikir mau kuliah di bagian IT. Saya pun memutuskan kuliah di Nanyang Technological University Singapura dan menjadi sarjana ekonomi. Walaupun belajar ekonomi, saya tetap tertarik ke IT. Kemudian saya masuk ke industri ini di tahun 2012. Waktu itu belum terlalu ramai seperti sekarang.
Saat itu mungkin sudah mulai berkembang secara profesional di online gaming dulu. tapi e-commerce belum. Pada saat itu saya bertemu dengan CEO Shopee yaitu Bapak Chris Feng. Dia masih handle beberapa perusahaan tapi belum ada e-commerce. Akhirnya pada saat ada rencana membuka e-commerce, Bapak Chris Feng tanya ke saya. Dia lagi cari tim untuk buat e-commerce dan saya pun tertarik karena ini sesuatu yang baru. Apalagi saya suka teknologi baru, inovasi baru. Bahkan awalnya saya berpikir kenapa pekerjaan saya itu bagus karena pekerjaan saya dulu ngga pilih-pilih.
Pada saat itu belum ada aplikasinya bahkan hanya ada idenya saja. Kita sudah selesai riset kalau market Asia Tenggara ini cocok untuk pertumbuhan e-commerce. Tinggal menunggu waktu yang tepat. Tapi belum ada aksesnya, desainnya seperti apa, jadi akhirnya pertama kali saya fokus membangun di aplikasi seperti apa. Nanti metode pembayarannya seperti apa.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan sebelum Shopee diluncurkan?
Dari awal sampai launching itu cuma sekitar empat bulan. Awalnya yang mengerjakan itu kurang dari 20 orang. Waktu itu saya masih berada di Singapura. Jadi ini rencananya kan buat semua negara karena kalau skema dasarnya mirip. Akhirnya saya bilang ke Bapak Chris Feng bahwa saya mau pulang ke Indonesia. Dia setuju dan saya balik ke sini. Saat saya pulang ke Indonesia belum ada siapa-siapa. Jadi saya bekerja apa saja, yang penting bisa bantu bisnis ini. Kadang saya merangkap HRD karena belum ada, marketing bisnis masih sedikit. Tapi itu waktu yang bagus untuk bekerja.
Menurut Anda bagaimana proyeksi perkembangan industri e-commerce ke depan?
Ke depan perkembangan e-commerce masih akan sangat besar. Kalau kita lihat di kuartal II/2018 kenaikan order kami masih berkembang hampir 100%. Jadi per tahun masih bisa double digit. Berarti tahun depan saya merasa trennya masih sangat positif. Untuk beberapa industri yang sudah mature bisa dapat tumbuh double digit, sepertinya itu sudah luar biasa. Kita masih hampir 100% dari angka regional kita. Untuk kontribusi Shopee Indonesia yang paling besar diantara Singapura, Malaysia, Thailand, Taiwan, Vietnam, Filipina. Tapi untuk secara persentase kita ngga bisa share, yang pasti Indonesia paling besar dari semua negara.
Tantangan apa yang Anda hadapi di industri e-commerce?
Jadi tantangannya ada dua. Pertama, masih banyak populasi yang belum menggunakan e-commerce dan edukasi itu masih harus kita lakukan. Memang sudah lebih gampang karena kita sudah punya market yang lebih bagus, strukturnya sudah ada, cara edukasinya ada. Shopee juga punya Kampus Shopee, ekspektasi dari pembeli sudah mulai naik juga. Jadi semakin penting kita bekerja sama dengan pemain-pemain di ekosistem, bekerja sama untuk menaikkan user experience yang dibutuhkan. Paling penting adalah pembayaran.
Kedua, logistik. Dari awal kita sudah bekerja sama dengan berbagai mitra pembayaran dan juga logistik, tapi ini semakin penting lagi. Misalnya, beberapa tahun yang lalu untuk delivery di hari yang sama mungkin belum terlalu diapresiasikan oleh pembeli, namun sekarang mulai meningkat. Sedangkan logistic partner kita juga masih berkembang. Kita punya kesempatan untuk kerja sama bareng. Sementara untuk pembayaran semakin lama orang maunya yang instan, jadi harus semakin canggih.
Bagaimana dengan kinerja di kuartal III/2019?
Kuartal II/2019 total order kita mencapai 246 juta untuk satu kloter. Ini peningkatannya memang hampir 100%, dari jumlah order secara keseluruhan. Tapi ini regionalnya, kalau di Indonesia saja saya ngga boleh share. Gross merchandise value sekitar USD3,8 juta untuk kuartal II/2019. Ini kenaikannya 72% dibandingkan tahun lalu. Jadi memang masih double digit. Mudah-mudahan kuartal III/2019 bisa kita share.
Lalu, apa strategi bisnis Shopee Indonesia kedepan?
Kita mau ulang tahun bulan Desember ini yang keempat. Itu akan ada hal menarik yang paling besar. Sedangkan di event 11.11 kemarin, kita kasih gratis ongkos kirim, tidak ada minimum belanja. Sekarang juga berjalan tapi pasti nanti di hari H event 12.12 dan HUT Shopee akan lebih banyak lagi promo untuk gratis ongkos kirim. Berbeda dari yang lain, penyelenggaraan 11.11 kita lebih menekankan setiap hari ada diskon 50% dan kita sudah make sure ada setiap hari. Ada barang yang setengah harga, supaya setiap hari banyak dikunjungi. Dari Shopee biasanya ada kalender promo setiap hari, hanya saja penawarannya berbeda-beda.
Sebagai pemimpin, bagaimana Anda membangun komunikasi dengan karyawan?
Memang rata-rata usia karyawan Shopee itu berkisar antara 24-25 tahun. Kalau saya, trick-nya menempatkan diri sebagai milenial juga. Mungkin umur saya dengan yang muda bedanya hampir 10 tahun. Tapi itu yang paling gampang menurut saya dan efektif. Saya mau mengerti apa sih pembahasan di kalangan milenial sekarang. Mulai dari yang simpel, seperti sehari-hari di sosial medianya. Apa yang biasanya mereka lakukan saat weekend. Ini bagus karena saya juga mau lihat dari luar kantor, selama ini interaksi cuma di kantor saja dan belum tahu sebenarnya orangnya seperti apa. Jadi saya coba mengerti sosoknya seperti apa, bisa memberikan advice di luar dari hanya pekerjaan. Mereka juga lebih berani memberikan saran karena jaraknya jadi lebih dekat.
Kemudian bagaimana mengakomodir ide-ide dari karyawan?
Dulu mungkin karyawan masih 10 orang, sehingga lebih mudah. Asal ada ide nanti kita diskusikan bersama perusahaan maunya seperti apa, kemduia kita bikin plan. Sekarang sudah banyak karyawannya, sudah lebih dari 3.000 karyawan. Kita berubah ke sistem yang baru, contohnya di tim business development. Di tim tersebut terdapat ratusan staf dan mereka banyak berinteraksi dengan penjual. Banyak sekali input dari market. Kita mulai berubah dengan membangun channel baru supaya mereka bisa mengumpulkan input tersebut. Kita membangun sistem agar bisa langsung input ke satu sistem. Ibaratnya kita mendapat masukan dari karyawan yang merepresentatifkan dari market. Menurut saya ini sangat penting sekali karena pada awalnya Shopee berkembang itu mendengar dari pembeli. Sekarang kami memakai inovasi, teknologi untuk membantu itu semua.
Terakhir, bagaimana pesan untuk generasi milenial dalam menghadapi era digital ini?
Pesan saya simple, jangan takut dan jangan dipilih-pilih. Apalagi kalau wanita kadang urusannya banyak takutnya. Itu yang paling penting. Ibaratnya perang dengan diri sendiri mesti ditaklukan. Jadi jangan takut dengan sesuatu yang baru. Jangan takut mengambil kesempatan lebih banyak karena asal kita bekerja keras pasti ada hasilnya. Menurut saya, sekarang banyak perubahan di pasar, industri semua berubah, industri tradisional juga praktiknya banyak berubah. Mungkin ada yang pakai sistem baru, jadi ada tantangannya masing-masing. Di industri teknologi juga pasti lebih berubah lagi dan kita perlu inovasi baru yang orang lain belum lakukan. Jadi ambil saja semua kesempatan karena kita tidak tahu bagusnya di mana karena potensi kita belum terasa full. (Oktiani Endarwati)
Saat pertama kali diluncurkan, Shopee Indonesia belum banyak dikenal masyarakat. Direktur Shopee Christin Djuarto mengaku cukup sulit untuk mendekati penjual di saat nama Shopee belum dikenal luas. Apalagi pada saat itu hanya ada beberapa karyawan saja yang bekerja di Shopee. Namun, berkat kerja keras seluruh tim, Shopee Indonesia mampu berkembang hingga saat ini. Lalu bagaimana strategi dan tantangan perusahaan kedepan? Berikut petikan wawancara KORAN SINDO dengan Direktur Shopee Christin Djuarto di Jakarta, belum lama ini.
Bisa diceritakan awal mula Anda terjun ke industri e-commerce?
Awalnya saya tertarik di internet, memang suka teknologi dari kecil. Saya anak ketiga. Kakak-kakak saya sempat les komputer, namun saya tidak. Tapi saya suka memperhatikan mereka. Akhirnya bisa sendiri. Waktu kuliah sempat mikir mau kuliah di bagian IT. Saya pun memutuskan kuliah di Nanyang Technological University Singapura dan menjadi sarjana ekonomi. Walaupun belajar ekonomi, saya tetap tertarik ke IT. Kemudian saya masuk ke industri ini di tahun 2012. Waktu itu belum terlalu ramai seperti sekarang.
Saat itu mungkin sudah mulai berkembang secara profesional di online gaming dulu. tapi e-commerce belum. Pada saat itu saya bertemu dengan CEO Shopee yaitu Bapak Chris Feng. Dia masih handle beberapa perusahaan tapi belum ada e-commerce. Akhirnya pada saat ada rencana membuka e-commerce, Bapak Chris Feng tanya ke saya. Dia lagi cari tim untuk buat e-commerce dan saya pun tertarik karena ini sesuatu yang baru. Apalagi saya suka teknologi baru, inovasi baru. Bahkan awalnya saya berpikir kenapa pekerjaan saya itu bagus karena pekerjaan saya dulu ngga pilih-pilih.
Pada saat itu belum ada aplikasinya bahkan hanya ada idenya saja. Kita sudah selesai riset kalau market Asia Tenggara ini cocok untuk pertumbuhan e-commerce. Tinggal menunggu waktu yang tepat. Tapi belum ada aksesnya, desainnya seperti apa, jadi akhirnya pertama kali saya fokus membangun di aplikasi seperti apa. Nanti metode pembayarannya seperti apa.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan sebelum Shopee diluncurkan?
Dari awal sampai launching itu cuma sekitar empat bulan. Awalnya yang mengerjakan itu kurang dari 20 orang. Waktu itu saya masih berada di Singapura. Jadi ini rencananya kan buat semua negara karena kalau skema dasarnya mirip. Akhirnya saya bilang ke Bapak Chris Feng bahwa saya mau pulang ke Indonesia. Dia setuju dan saya balik ke sini. Saat saya pulang ke Indonesia belum ada siapa-siapa. Jadi saya bekerja apa saja, yang penting bisa bantu bisnis ini. Kadang saya merangkap HRD karena belum ada, marketing bisnis masih sedikit. Tapi itu waktu yang bagus untuk bekerja.
Menurut Anda bagaimana proyeksi perkembangan industri e-commerce ke depan?
Ke depan perkembangan e-commerce masih akan sangat besar. Kalau kita lihat di kuartal II/2018 kenaikan order kami masih berkembang hampir 100%. Jadi per tahun masih bisa double digit. Berarti tahun depan saya merasa trennya masih sangat positif. Untuk beberapa industri yang sudah mature bisa dapat tumbuh double digit, sepertinya itu sudah luar biasa. Kita masih hampir 100% dari angka regional kita. Untuk kontribusi Shopee Indonesia yang paling besar diantara Singapura, Malaysia, Thailand, Taiwan, Vietnam, Filipina. Tapi untuk secara persentase kita ngga bisa share, yang pasti Indonesia paling besar dari semua negara.
Tantangan apa yang Anda hadapi di industri e-commerce?
Jadi tantangannya ada dua. Pertama, masih banyak populasi yang belum menggunakan e-commerce dan edukasi itu masih harus kita lakukan. Memang sudah lebih gampang karena kita sudah punya market yang lebih bagus, strukturnya sudah ada, cara edukasinya ada. Shopee juga punya Kampus Shopee, ekspektasi dari pembeli sudah mulai naik juga. Jadi semakin penting kita bekerja sama dengan pemain-pemain di ekosistem, bekerja sama untuk menaikkan user experience yang dibutuhkan. Paling penting adalah pembayaran.
Kedua, logistik. Dari awal kita sudah bekerja sama dengan berbagai mitra pembayaran dan juga logistik, tapi ini semakin penting lagi. Misalnya, beberapa tahun yang lalu untuk delivery di hari yang sama mungkin belum terlalu diapresiasikan oleh pembeli, namun sekarang mulai meningkat. Sedangkan logistic partner kita juga masih berkembang. Kita punya kesempatan untuk kerja sama bareng. Sementara untuk pembayaran semakin lama orang maunya yang instan, jadi harus semakin canggih.
Bagaimana dengan kinerja di kuartal III/2019?
Kuartal II/2019 total order kita mencapai 246 juta untuk satu kloter. Ini peningkatannya memang hampir 100%, dari jumlah order secara keseluruhan. Tapi ini regionalnya, kalau di Indonesia saja saya ngga boleh share. Gross merchandise value sekitar USD3,8 juta untuk kuartal II/2019. Ini kenaikannya 72% dibandingkan tahun lalu. Jadi memang masih double digit. Mudah-mudahan kuartal III/2019 bisa kita share.
Lalu, apa strategi bisnis Shopee Indonesia kedepan?
Kita mau ulang tahun bulan Desember ini yang keempat. Itu akan ada hal menarik yang paling besar. Sedangkan di event 11.11 kemarin, kita kasih gratis ongkos kirim, tidak ada minimum belanja. Sekarang juga berjalan tapi pasti nanti di hari H event 12.12 dan HUT Shopee akan lebih banyak lagi promo untuk gratis ongkos kirim. Berbeda dari yang lain, penyelenggaraan 11.11 kita lebih menekankan setiap hari ada diskon 50% dan kita sudah make sure ada setiap hari. Ada barang yang setengah harga, supaya setiap hari banyak dikunjungi. Dari Shopee biasanya ada kalender promo setiap hari, hanya saja penawarannya berbeda-beda.
Sebagai pemimpin, bagaimana Anda membangun komunikasi dengan karyawan?
Memang rata-rata usia karyawan Shopee itu berkisar antara 24-25 tahun. Kalau saya, trick-nya menempatkan diri sebagai milenial juga. Mungkin umur saya dengan yang muda bedanya hampir 10 tahun. Tapi itu yang paling gampang menurut saya dan efektif. Saya mau mengerti apa sih pembahasan di kalangan milenial sekarang. Mulai dari yang simpel, seperti sehari-hari di sosial medianya. Apa yang biasanya mereka lakukan saat weekend. Ini bagus karena saya juga mau lihat dari luar kantor, selama ini interaksi cuma di kantor saja dan belum tahu sebenarnya orangnya seperti apa. Jadi saya coba mengerti sosoknya seperti apa, bisa memberikan advice di luar dari hanya pekerjaan. Mereka juga lebih berani memberikan saran karena jaraknya jadi lebih dekat.
Kemudian bagaimana mengakomodir ide-ide dari karyawan?
Dulu mungkin karyawan masih 10 orang, sehingga lebih mudah. Asal ada ide nanti kita diskusikan bersama perusahaan maunya seperti apa, kemduia kita bikin plan. Sekarang sudah banyak karyawannya, sudah lebih dari 3.000 karyawan. Kita berubah ke sistem yang baru, contohnya di tim business development. Di tim tersebut terdapat ratusan staf dan mereka banyak berinteraksi dengan penjual. Banyak sekali input dari market. Kita mulai berubah dengan membangun channel baru supaya mereka bisa mengumpulkan input tersebut. Kita membangun sistem agar bisa langsung input ke satu sistem. Ibaratnya kita mendapat masukan dari karyawan yang merepresentatifkan dari market. Menurut saya ini sangat penting sekali karena pada awalnya Shopee berkembang itu mendengar dari pembeli. Sekarang kami memakai inovasi, teknologi untuk membantu itu semua.
Terakhir, bagaimana pesan untuk generasi milenial dalam menghadapi era digital ini?
Pesan saya simple, jangan takut dan jangan dipilih-pilih. Apalagi kalau wanita kadang urusannya banyak takutnya. Itu yang paling penting. Ibaratnya perang dengan diri sendiri mesti ditaklukan. Jadi jangan takut dengan sesuatu yang baru. Jangan takut mengambil kesempatan lebih banyak karena asal kita bekerja keras pasti ada hasilnya. Menurut saya, sekarang banyak perubahan di pasar, industri semua berubah, industri tradisional juga praktiknya banyak berubah. Mungkin ada yang pakai sistem baru, jadi ada tantangannya masing-masing. Di industri teknologi juga pasti lebih berubah lagi dan kita perlu inovasi baru yang orang lain belum lakukan. Jadi ambil saja semua kesempatan karena kita tidak tahu bagusnya di mana karena potensi kita belum terasa full. (Oktiani Endarwati)
(nfl)