Cermat Berinvestasi Agar Tidak Merugi

Sabtu, 28 Desember 2019 - 10:18 WIB
Cermat Berinvestasi Agar Tidak Merugi
Cermat Berinvestasi Agar Tidak Merugi
A A A
Saat ini masih banyak masyarakat yang bingung menempatkan dana mereka dalam sebuah investasi. Bagi Anda yang ingin memulai itu, produk investasi reksadana dan saham bisa menjadi salah satu alternatif.

Investasi unitlink merupakan salah satu turunan dari asuransi. Hanya, unitlink terbilang praktis karena produk yang dimiliki nasabah dikemas dengan dua manfaat sekaligus.

Menurut perencana keuangan, Tejasari Assad, unitlink merupakan program turunan dari asuransi jiwa. Maka, sebaiknya kebutuhan asuransi nasabahlah yang harus diutamakan.

Karena unitlink merupakan produk perkawinan silang dari asuransi dan investasi, maka Anda perlu memahami bahwa seluruh dana yang disetor tidak selalu lari ke keranjang investasi. ”Sebetulnya investasi di unitlink bisa diturunkan dalam dua jenis, yaitu reksadana dan saham," jelas Tejasari.

‎Bila dibandingkan dengan beberapa produk investasi lainnya yang juga dikeluarkan perbankan, reksadana dan saham menjadi produk yang memiliki kelebihan tersendiri dalam berinvestasi.

"Reksadana dan saham menjadi investasi yang paling diminati karena memiliki yield yang bagus dan relatif lebih aman. Terlebih lagi investasi ini masih sesuai dengan horizon bisnis asuransi yang sifatnya untuk jangka panjang," ungkap Tejasari.

Reksadana juga bisa menjadi salah satu pilihan investasi menarik untuk para pemula. Jenis investasi ini memiliki pengertian bahwa investor membeli unit penyertaan reksadana dengan mempercayakannya kepada seorang untuk mengelola dalam berbagai produk. Di antaranya obligasi, deposito, dan saham.

”Investasi reksadana sangat pas untuk para pemula, terlebih untuk anak muda zaman sekarang. Nilai awal untuk melakukan investasi ini juga cukup rendah sekitarRp 10.000. Bayangkan, nilainya sangat rendah dari dana makan sehari-hari," jelas Tejasari saat dihubungi KORAN SINDO.

Dengan modal awal yang rendah, masyarakat pun tidak perlu khawatir merugi bila belum lihai dalam berinvestasi. Karena sifat reksadana yang transparan memudahkan Anda untuk memantaunya.

"Jangan takut tertipu, kita bisa memantau keuntungan, biaya, serta risikonya setiap saat secara online," kata Tejasari.

Sementara risiko yang akan dihadapi dari jenis investasi ini adalah nilai reksadana yang bisa naik turun. Tentunya ini berdasarkan aset dasar reksa dana tersebut.

Perencana keuangan, Safir Senduk, menjelaskan, masyarakat banyak yang belum mengetahui jika fluktuasi reksadana pasar uang tidak terlalu besar, namun hal ini menggambarkan jika keuntungan yang diperoleh juga terbatas. Sebaliknya, reksadana saham fluktuasinya tinggi, namun menawarkan keuntungan yang besar.

"Kalau berbicara reksadana saham berarti ikut sifat potensi keuntungan dan volatilitas saham. Saat kondisi market turun otomatis portofolio kita turun, itu sudah risiko," jelas Safir.

Bila reksadana dikelola oleh manajer investasi, investasi saham dikelola secara langsung oleh investor. Namun tetap harus berhati-hati dalam memilih produk investasi, karena jika salah langkah Anda bukan mendapatkan keuntungan, yang ada malah kerugian.

"Investasi saham merupakan pilihan terbaik, karena investasi ini dapat menjadi pilihan yang aman di tengah kondisi ekonomi seperti apa pun," jelas Safir.

Namun, yang harus diingat, selama berinvestasi di saham harus diniatkan untuk mencari keuntungan jangka panjang. Karena beberapa investor pasar modal di Indonesia hanya mencari keuntungan yang pendek.

"Investasi paling baik itu adalah membeli saham di pasar modal dengan mengharapkan dividen. Kita beli saham seperti memiliki bisnis sampingan tanpa harus repot mengurusnya," ungkap Safir.

Safir menambahkan, yang harus dicermati dari investasi ini adalah memilih perusahaan yang bonafit. Hal ini karena besarnya keuntungan dari dividen yang investor dapatkan tiap tahunnya sangat bergantung pada keuntungan yang didapat perusahaan tersebut.

"Cari perusahaan yang benar-benar bagus meski keadaan ekonomi seperti apa pun, pemiliknya siapa, bisnisnya transparan atau tidak," jelas Safir.

Dia juga menyarankan bahwa saat ini sebaiknya memilih jenis investasi saham dari perusahaan yang bergerak di sektor konsumsi atau infrastruktur. Pasalnya, sektor konsumsi tidak akan pernah mati bagaimanapun kondisi ekonomi global dan domestik. Sedangkan infrastruktur masih akan terus berjalan selama pemerintahan mencanangkan pembangunan.

"Investasi tidak ada yang bagus karena tidak ada yang tahu ke depannya ekonomi seperti apa. Contohnya, siapa yang menyangka perusahaan sekelas Jiwasaraya dan Bumiputra mengalami masalah yang serius. Hal ini karena lemahnya tata kelola internal dan pengawasan dari regulator," tutur Safir.

Safir menambahkan, hanya karena salah memilih saham untuk investasinya, Jiwasaraya pun harus merugi hingga Rp13 triliun. Alhasil, asuransi milik pemerintah itu pun tidak mampu mengembalikan polis kepada nasabahnya.

"Saya melihat, tata kelola internal perusahaan yang lemah dan pengawasan yang tidak jalan saat sudah ada indikasi akan gagal bayar," ungkapnya.

Safir menyarankan, dua perusahaan ini harus benar-benar mendapatkan "perawatan" yang baik agar kepercayaan para investor bisa kembali, sekaligus dapat menyelesaikan pembayaran klaim yang mendesak. (Aprilia S Andyna)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5332 seconds (0.1#10.140)