Berinvestasi Harus Aman dan Nyaman
A
A
A
INVESTASI adalah salah satu cara membuat simpanan dana menjadi lebih produktif, sekaligus alternatif mendapatkan pendapatan tambahan. Namun, sebelum berinvestasi hendaknya mengenali produk investasi tersebut agar tidak malah merugi.
Banyak sekali orang yang bekerja sambil berinvestasi dengan tujuan beragam. Yang terpenting, dengan berinvestasi perencanaan keuangan untuk masa depan sudah bisa tergambarkan.
"Banyak sekali keuntungan dari berinvestasi, salah satunya adalah mempersiapkan diri agar tetap mempunyai pendapatan setelah memasuki masa pensiun dari suatu pekerjaan. Namun harus diingat tidak semua investasi dapat memberikan hasil maksimal," ungkap pengamat ekonomi, David Sumual.
Menurutnya, agar masyarakat tidak salah pilih investasi, ada baiknya tentukan dahulu modal yang dimiliki. Dengan menentukan modal, berarti mereka sedang menghitung berapa banyak dana yang dimiliki.
”Jika modal yang kita punya sedikit, sebaiknya memilih investasi reksadana, yang bisa dibeli dari minimal ratusan ribu rupiah saja, berjenjang hingga jutaan rupiah. Misalnya saja ORI (Obligasi Ritel Indonesia) yang membutuhkan dana minimal Rp5 juta," ujar David.
Meskipun saat ini bayak sekuritas yang menawarkan program investasi menarik, yaitu membuka rekening dengan dana yang kecil, namun paling tidak masyarakat membutuhkan dana Rp10 juta untuk membeli saham pertama.
"Langkah selanjutnya adalah menentukan dahulu tujuan berinvestasi. Misalnya, jika memilih investasi untuk tabungan anak jangka panjang, maka investasi saham jangka panjang atau reksa dana adalah pilihan tepat," jelas David.
Setelah tahu jenis investasi apa yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah memastikan jenis investasi tersebut apakah sudah terjamin dan diawasi oleh regulator dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau belum.
"Kita itu kan berinvestasi menaruh investasi kita ke orang lain. Jadi, seharusnya kita jangan melihat return (imbalan) saja. Yang dilihat siapa yang terima uang kita, dan orang itu bisa mengembalikan uang kita saat dibutuhkan," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto. Menurutnya, saat ini banyak orang yang ingin berinvestasi dengan melihat imbalan atau hasil yang menggiurkan. Padahal, banyak yang harus dipertimbangkan selain keuntungan.
"Kita harus melihat siapa penerbitnya, bagaimana pengalamannya. Jadi, bukan hanya keuntungannya saja, jika hal ini dilihat tentunya tidak akan terjadi investasi bodong," jelas Eko.
Yang jelas, pada dasarnya semua investasi mengandung risiko. Namun, masyarakat Indonesia memiliki impian tinggi, yakni memiliki risiko rendah dengan return yang tinggi.
"Jika return tinggi, tentunya risikonya juga tinggi. Kalau return-nya rendah, pasti risikonya rendah. Itu sudah menjadi hukum alam. Impian investor ingin instrumen dengan return tinggi, namun risiko rendah," ungkapnya
Eko menyarankan, investasi yang paling aman adalah dengan menanamkan uang di pasar modal. Hanya, keuntungannya tidak langsung dirasakan dalam jangka pendek.
Yang pasti, ada baiknya masyarakat lebih teliti dan detail dalam berinvestasi. Jangan mudah terkecoh dengan iming-iming tingkat pengembalian investasi yang menjanjikan.
"Harus diteliti perusahaannya, harus diawasi oleh lembaga resmi terkait seperti OJK. Cara paling gampang untuk mengetahuinya, dengan melihat website resmi, apakah ada tanda diawasi oleh OJK atau tidak, dan didaftarkan. Ini merupakan cara mudah untuk mengetahui aman tidaknya lembaga invetasi tersebut," tuturnya. (Aprilia S Andyna)
Banyak sekali orang yang bekerja sambil berinvestasi dengan tujuan beragam. Yang terpenting, dengan berinvestasi perencanaan keuangan untuk masa depan sudah bisa tergambarkan.
"Banyak sekali keuntungan dari berinvestasi, salah satunya adalah mempersiapkan diri agar tetap mempunyai pendapatan setelah memasuki masa pensiun dari suatu pekerjaan. Namun harus diingat tidak semua investasi dapat memberikan hasil maksimal," ungkap pengamat ekonomi, David Sumual.
Menurutnya, agar masyarakat tidak salah pilih investasi, ada baiknya tentukan dahulu modal yang dimiliki. Dengan menentukan modal, berarti mereka sedang menghitung berapa banyak dana yang dimiliki.
”Jika modal yang kita punya sedikit, sebaiknya memilih investasi reksadana, yang bisa dibeli dari minimal ratusan ribu rupiah saja, berjenjang hingga jutaan rupiah. Misalnya saja ORI (Obligasi Ritel Indonesia) yang membutuhkan dana minimal Rp5 juta," ujar David.
Meskipun saat ini bayak sekuritas yang menawarkan program investasi menarik, yaitu membuka rekening dengan dana yang kecil, namun paling tidak masyarakat membutuhkan dana Rp10 juta untuk membeli saham pertama.
"Langkah selanjutnya adalah menentukan dahulu tujuan berinvestasi. Misalnya, jika memilih investasi untuk tabungan anak jangka panjang, maka investasi saham jangka panjang atau reksa dana adalah pilihan tepat," jelas David.
Setelah tahu jenis investasi apa yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah memastikan jenis investasi tersebut apakah sudah terjamin dan diawasi oleh regulator dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau belum.
"Kita itu kan berinvestasi menaruh investasi kita ke orang lain. Jadi, seharusnya kita jangan melihat return (imbalan) saja. Yang dilihat siapa yang terima uang kita, dan orang itu bisa mengembalikan uang kita saat dibutuhkan," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto. Menurutnya, saat ini banyak orang yang ingin berinvestasi dengan melihat imbalan atau hasil yang menggiurkan. Padahal, banyak yang harus dipertimbangkan selain keuntungan.
"Kita harus melihat siapa penerbitnya, bagaimana pengalamannya. Jadi, bukan hanya keuntungannya saja, jika hal ini dilihat tentunya tidak akan terjadi investasi bodong," jelas Eko.
Yang jelas, pada dasarnya semua investasi mengandung risiko. Namun, masyarakat Indonesia memiliki impian tinggi, yakni memiliki risiko rendah dengan return yang tinggi.
"Jika return tinggi, tentunya risikonya juga tinggi. Kalau return-nya rendah, pasti risikonya rendah. Itu sudah menjadi hukum alam. Impian investor ingin instrumen dengan return tinggi, namun risiko rendah," ungkapnya
Eko menyarankan, investasi yang paling aman adalah dengan menanamkan uang di pasar modal. Hanya, keuntungannya tidak langsung dirasakan dalam jangka pendek.
Yang pasti, ada baiknya masyarakat lebih teliti dan detail dalam berinvestasi. Jangan mudah terkecoh dengan iming-iming tingkat pengembalian investasi yang menjanjikan.
"Harus diteliti perusahaannya, harus diawasi oleh lembaga resmi terkait seperti OJK. Cara paling gampang untuk mengetahuinya, dengan melihat website resmi, apakah ada tanda diawasi oleh OJK atau tidak, dan didaftarkan. Ini merupakan cara mudah untuk mengetahui aman tidaknya lembaga invetasi tersebut," tuturnya. (Aprilia S Andyna)
(nfl)