Marketing Outlook 2020 (3): The LEAP Strategies

Sabtu, 04 Januari 2020 - 07:32 WIB
Marketing Outlook 2020 (3): The LEAP Strategies
Marketing Outlook 2020 (3): The LEAP Strategies
A A A
SELAMA empat minggu ini saya akan menguraikan kajian akhir tahun Inventure mengenai Marketing Outlook 2020. Tulisannya akan terbagi menjadi tiga bagian.

Pertama adalah “The 3 Market MEGASHIFT” mengenaizz tiga kekuatan dahsyat yang mendisrupsi pasar Indonesia. Kedua, “The FALL & the RISE of the Industries” mengenai industri-industri yang porak-poranda oleh tiga kekuatan disrupsi di atas. Dan ketiga, “The LEAP Strategies” mengenai strategi untuk sukses di era MEGASHIFT.

Berikut ini adalah bagian ketiga yaitu: The LEAP Strategies. Di dalam ebook Marketing Outlook 2020 (bisa diunduh di: bit.ly/MarketingOutlook2020 saya menguraikan 7 LEAP Strategies namun karena keterbatasan ruang saya uraikan tiga di antaranya. Strategi pertama saya uraikan minggu ini, dua sisanya pekan depan.

I. Reinvent Your Industry
Strategi pertama adalah menemukan kembali industri yang sudah terdisrupsi dengan menggunakan pendekatan yang sama sekali baru, yang saya sebut “Digital Way of Thinking”. Ada sembilan perubahan pola pikir dalam menyikapi bisnis di era Market MEGASHIFTS yaitu:

#1. Dari Fulfilment ke COCREATION
Partner kini berperan tak hanya menjadi enabler pemenuhan kebutuhan konsumen, tapi secara strategis melakukan kokreasi untuk memberikan solusi terbaik ke konsumen.

#2. Dari Efficiency ke INTELLIGENCE
Google dan Tesla tidak mengejar efisiensi, tapi intelijen. Semakin banyak kita menggunakan mesin pencari Google, makin ia akan semakin pintar. Begitu pula semakin banyak kita menggunakan mobil Tesla, maka mobil itu akan semakin cerdas. Welcome to the era of artificial intelligence.

#3. Dari Ownership ke ACCESS
Logika lama mengatakan, untuk memenangkan persaingan perusahaan harus menguasai dan memiliki aset dan sumber daya. Namun aset jika tidak dikelola mumpuni justru menjadi beban overhead yang berat. Bisnis zaman now justru menggunakan prinsip asset-light dimana akses lebih penting dari kepemilikan aset.

#4. Dari Product ke PLATFORM
Android tidak menawarkan produk tapi platform yang memungkinkan pihak lain yaitu para pengembang aplikasi berkreasi mengembangkan beragam varian produk yang memenuhi kebutuhuhan unik/customized dari setiap pengguna smartphone.

#5. Dari Loyalty ke EMPOWERMENT
Era customer loyalty telah lewat. Cara terbaik untuk mempertahankan konsumen kini justru dengan membebaskan dan membuat mereka berdaya (empowered). Google AdSense misalnya, membuat para pemilik blog berdaya dalam mendatangkan trafik. Ini good untuk mereka, dan tentu good untuk Google.

#6. Dari Intermediary ke ECOSYSTEM
GoJek menjangkau konsumennya dengan pendekatan ekosistem. Itu sebabnya GoJek begitu agile bergerak dari layanan transportasi penumpang ke pengiriman barang, pengiriman makanan, layanan pijat, penjualan tiket, hingga sistem pembayaran.

#7. Dari Customer ke PROSUMER
Wikipedia tidak menulis sendiri jutaan konten bermutu yang disajikan ke kita. Wikipedia menyerahkan penulisan itu kepada kita semua. Artinya, kita tidak hanya menjadi konsumen Wikipedia, tapi sekaligus juga produsen. Istilah kerennya: Prosumer.

#8. Dari Low Cost ke ZERO COST
Model bisnis free tercipta karena teknologi digital memungkinkan beberapa konsumen mengonsumsi produk digital secara bersamaan dengan marginal cost yang mendekati nol. Belajar online (MOOC: Massive Open Online Course) misalnya, bisa dilakukan bersamaan oleh jutaan mahasiswa tanpa ada tambahan biaya berarti.

#9. Dari Direct ke INDIRECT
Google, Facebook, atau Twitter menggratiskan layanannya ke konsumen. Kita tak perlu membayar untuk memakai Google Search, Gmail, atau Google Map. Lalu dari mana Google dapat duit? Dari pengiklan (indirect).

Yuswohady
Managing Partner Inventure


(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5926 seconds (0.1#10.140)