Harga Minyak Dunia Ambruk di Tengah Kecemasan Virus Corona China
A
A
A
TOKYO - Harga minyak mentah dunia ambruk pada perdagangan, Kamis (23/1/2020) menuju ke level terendah dalam tujuh pekan seiring dengan meningkatnya kecemasan atas penyebaran viruscorona China yang kabarnya telah mencapai Amerika Serikat (AS). Wabah virus tersebut diprediksi bisa menurunkan permintaan bahan bakar.
Pada saat yang sama laporan terbaru menunjukkan persediaan minyak di Amerika Serikat naik minggu lalu. Sementara itu coronavirus disebutkan telah menewaskan 17 orang sejauh ini, setelah penyakit pernapasan itu muncul pertama kali di kota Wuhan, China akhir tahun lalu.
Kondisi tersebut menimbulkan potensi kasus serupa seperti sindrom pernapasan akut (SARS) yang epidemi pada periode 2002 hingga 2003, lalu dimana China juga menjadi permulaan dari semuanya. Kala itu menyebabkan pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu tergerus dan menyebabkan kemerosotan tajam dalam sektor pariwisata.
Di sisi lain harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan Internasional turun lebih rendah USD1,05 atau 1,7% untuk berada di level USD62,16 per barel pada pukul 01.25 GMT. Dimana sebelumnya sempat turun ke level terendah sejak 4 Desember, setelah jatuh 2,1% dalam sesi sebelumnya.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas intermediate (WTI) juga menyusut sebesar 95 sen yang setara dengan 1,7% menjadi USD55,78/barel. Hal ini melanjutkan tren negatif sejak kemarin yang anjlok ke posisi terburuk sejak 3 Desember dengan pelemahan mencapai 2,7% pada hari Rabu, kemarin.
Sementara itu coronavirus disebut telah muncul lebih dari 540 kasus di Wuhan, dan pihak otoritas telah menutup jaringan transportasi dan mendesak warga untuk tidak berpergian dalam upaya membantu mencegah penyebaran.
"Kami memperkirakan pelemahan harga hingga USD5 (barel) jika krisis berkembang menjadi epidemi seperti SARS berdasarkan pergerakan harga minyak secara historis," kata JPM Commodities Research dalam sebuah catatan. Bank AS mempertahankan perkiraan untuk Brent dengan rata-rata USD67 per barel pada kuartal pertama dan USD64,50/barel sepanjang 2020.
Pada saat yang sama laporan terbaru menunjukkan persediaan minyak di Amerika Serikat naik minggu lalu. Sementara itu coronavirus disebutkan telah menewaskan 17 orang sejauh ini, setelah penyakit pernapasan itu muncul pertama kali di kota Wuhan, China akhir tahun lalu.
Kondisi tersebut menimbulkan potensi kasus serupa seperti sindrom pernapasan akut (SARS) yang epidemi pada periode 2002 hingga 2003, lalu dimana China juga menjadi permulaan dari semuanya. Kala itu menyebabkan pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu tergerus dan menyebabkan kemerosotan tajam dalam sektor pariwisata.
Di sisi lain harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan Internasional turun lebih rendah USD1,05 atau 1,7% untuk berada di level USD62,16 per barel pada pukul 01.25 GMT. Dimana sebelumnya sempat turun ke level terendah sejak 4 Desember, setelah jatuh 2,1% dalam sesi sebelumnya.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas intermediate (WTI) juga menyusut sebesar 95 sen yang setara dengan 1,7% menjadi USD55,78/barel. Hal ini melanjutkan tren negatif sejak kemarin yang anjlok ke posisi terburuk sejak 3 Desember dengan pelemahan mencapai 2,7% pada hari Rabu, kemarin.
Sementara itu coronavirus disebut telah muncul lebih dari 540 kasus di Wuhan, dan pihak otoritas telah menutup jaringan transportasi dan mendesak warga untuk tidak berpergian dalam upaya membantu mencegah penyebaran.
"Kami memperkirakan pelemahan harga hingga USD5 (barel) jika krisis berkembang menjadi epidemi seperti SARS berdasarkan pergerakan harga minyak secara historis," kata JPM Commodities Research dalam sebuah catatan. Bank AS mempertahankan perkiraan untuk Brent dengan rata-rata USD67 per barel pada kuartal pertama dan USD64,50/barel sepanjang 2020.
(akr)