Kondisi Stabil, Pasar Modal dan Obligasi Diprediksi Menarik di 2020

Sabtu, 25 Januari 2020 - 09:29 WIB
Kondisi Stabil, Pasar Modal dan Obligasi Diprediksi Menarik di 2020
Kondisi Stabil, Pasar Modal dan Obligasi Diprediksi Menarik di 2020
A A A
JAKARTA - Apabila investor belajar dari tahun 2019, kondisi di pasar obligasi sangat menguat hingga 14%. Sementara pasar saham Indonesia (IHSG) hanya menguat 1,7%. Penyebabnya adalah tahun lalu, suku bunga global maupun domestik turun. Ini tentu saja berkontribusi menopang pasar obligasi.

Sementara di pasar saham, sepanjang tahun kemarin, banyak sekali dinamika pasar yang membuat sentimennya tidak terlalu bagus. Bagaimana dengan tahun 2020?

Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan, mengatakan investor telah melalui tahun 2019 yang penuh dengan gejolak. Di tahun 2020 ini diperkirakan lebih baik. Terutama karena penurunan ketegangan dagang AS dengan China. Ini membuat iklim investasi lebih kondusif.

Arah kebijakan suku bunga The Fed juga diperkirakan lebih terarah dan lebih jelas. Ada kemungkinan besar The Fed akan mempertahankan suku bunganya tetap sama sepanjang tahun ini. "Karena melihat situasi ekonomi dan finansial lebih baik tahun ini," ujar Katarina, Sabtu (25/1/2020).

Karena itu dalam rekomendasinya, para investor harus melihat iklim investasi yang lebih kondusif. Maka diperkirakan arus dana dari investor global ke negara-negara di emerging market terutama di Asia, akan semakin besar. Pasar Indonesia tidak terkecuali.

"Apalagi diperkirakan pertumbuhan laba korporasi tahun ini akan lebih baik dibandingkan pertumbuhan laba di tahun 2019. Ini tentu akan mendukung pasar saham Indonesia," ujarnya.

Selain itu, masyarakat melihat adanya reformasi kebijakan yang akan dilakukan pemerintah dan ini akan menjadi katalis positif. Semakin mendukung pasar saham Indonesia, yang diperkirakan semakin membaik secara bertahap.

"Bagaimana dengan tren obligasi? Kita tahu suku bunga Indonesia salah satu yang paling menarik di dunia. Dan kondusifnya iklim makro Indonesia, seperti inflasi yang terjaga, nilai tukar rupiah yang terkendali. Hal ini akan terus mendukung menariknya pasar obligasi Indonesia," ujarnya.

Tentu masih banyak tantangan yang ada, misalnya kondisi geopolitik dimana-mana. Kemudian kondisi Indonesia sendiri defisit neraca berjalan. Dan ada beberapa tantangan yang lain. Namun secara umum, tahun ini kondisinya diperkirakan lebih baik dari 2019. Akan ada gradual recovery atau perbaikan yang bertahap.

Awal tahun disebutnya adalah saat yang tepat untuk meninjau kembali posisi investasi kita, melakukan reposisi jika perlu. Sesuaikan dengan profil risiko, tujuan investasi, dan target jangka waktu yang kita inginkan.

"Fokuslah berinvestasi, jangan mau ketinggalan dengan perbaikan iklim investasi yang semakin kondusif di tahun ini," ujarnya.

Lembaga pemeringkat utang Fitch memberikan proyeksi tekanan inflasi Indonesia diperkirakan tetap rendah pada lingkungan ekonomi saat ini. Dalam beberapa tahun terakhir, inflasi tetap terkendali dan berada dalam rentang target Bank Indonesia 3,5% ± 1%.

Dari sisi eksternal, kondisi pasar keuangan yang cukup kondusif telah mendukung peningkatan cadangan devisa hingga mencapai USD129 pada Desember 2019.

Fitch memprakirakan current account deficit (CAD) tetap berada pada level 2,7% PDB, baik pada 2019 maupun 2020, dan sedikit membaik menjadi 2,6% pada 2021, yang lebih dari setengahnya dibiayai oleh aliran masuk investasi asing langsung, dengan sisanya dibiayai oleh aliran masuk investasi portofolio.

Implementasi reformasi struktural yang kuat dan persepsi perusahaan asing terhadap perbaikan level-playing field diharapkan dapat mendorong peningkatan aliran masuk investasi asing langsung dan memperkuat kondisi keuangan eksternal Indonesia.

Fitch memandang risiko yang bersumber dari sektor perbankan Indonesia terbatas. Rasio kredit swasta terhadap PDB hanya sebesar 36% dan rasio kecukupan modal bank tetap kuat, sebesar 23,7% pada November 2019.

Eksposur pinjaman dalam valas perbankan Indonesia tercatat sekitar 15% dari total pinjaman dengan kewajiban bank dalam valas dapat diimbangi oleh aset valas atau telah dilakukan lindung nilai, serta sebagian kewajiban adalah merupakan pembiayaan yang berasal dari perusahaan induk.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4706 seconds (0.1#10.140)