Riset Jadi Faktor Kunci Genjot Pertumbuhan Ekonomi
A
A
A
JAKARTA - Sebagai bagian dari strategi jangka menengah dan panjang pemerintah Indonesia untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai ekonomi maju pada tahun 2045. Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) sempat menekankan pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mendukung penelitian dan inovasi untuk menjadi faktor kunci menggenjot pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Kaitan antara penelitian dan ekonomi dibahas dalam sesi fokus “Penelitian: Sumber Pertumbuhan Ekonomi” pada Indonesia Data and Economic Conference (IDE Katadata 2020). Wakil Duta Besar Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Allaster Cox menyatakan pada pidato pembukannya bahwa Australia senang melihat komitmen Pemerintah Indonesia untuk riset dan pengembangan.
Hal itu terang dia terlihat dari adanya Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek), pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Dana Abadi Penelitian. “Reformasi ini penting untuk transisi Indonesia ke ekonomi berbasis pengetahuan dengan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh transfer dan produk iptek,” kata Wakil Duta Besar Cox.
Selain itu, para pakar seperti Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI, Tri Nuke Pudjiastuti dan Co-founder & President BukaLapak, Fajrin Rasyid diundang untuk memberikan pandangan terkait iklim riset yang terjadi saat ini dan implikasinya terhadap sektor masing-masing.
Investasi di bidang riset dan pengembangan, baik oleh pemerintah maupun swasta, merupakan pendorong penting bagi pertumbuhan ekonomi. Maka dukungan untuk penelitian dan inovasi dalam kebijakan pembangunan nasional esensial untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan nilai tambah.
Sebagai pembanding, dana penelitian di tiga kekuatan ekonomi teratas dunia, yakni Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang, adalah lebih dari 2% dari total PDB. Sementara di Indonesia, dana penelitian baru sekitar 0,25% dari PDB. Sesi Fokus ini berharap pemerintah dan industri dapat mendukung pengembangan riset dan inovasi sebagai agenda bersama, sementara terus menekankan pentingnya aspek sosial dan lingkungan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kaitan antara penelitian dan ekonomi dibahas dalam sesi fokus “Penelitian: Sumber Pertumbuhan Ekonomi” pada Indonesia Data and Economic Conference (IDE Katadata 2020). Wakil Duta Besar Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Allaster Cox menyatakan pada pidato pembukannya bahwa Australia senang melihat komitmen Pemerintah Indonesia untuk riset dan pengembangan.
Hal itu terang dia terlihat dari adanya Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek), pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Dana Abadi Penelitian. “Reformasi ini penting untuk transisi Indonesia ke ekonomi berbasis pengetahuan dengan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh transfer dan produk iptek,” kata Wakil Duta Besar Cox.
Selain itu, para pakar seperti Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI, Tri Nuke Pudjiastuti dan Co-founder & President BukaLapak, Fajrin Rasyid diundang untuk memberikan pandangan terkait iklim riset yang terjadi saat ini dan implikasinya terhadap sektor masing-masing.
Investasi di bidang riset dan pengembangan, baik oleh pemerintah maupun swasta, merupakan pendorong penting bagi pertumbuhan ekonomi. Maka dukungan untuk penelitian dan inovasi dalam kebijakan pembangunan nasional esensial untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan nilai tambah.
Sebagai pembanding, dana penelitian di tiga kekuatan ekonomi teratas dunia, yakni Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang, adalah lebih dari 2% dari total PDB. Sementara di Indonesia, dana penelitian baru sekitar 0,25% dari PDB. Sesi Fokus ini berharap pemerintah dan industri dapat mendukung pengembangan riset dan inovasi sebagai agenda bersama, sementara terus menekankan pentingnya aspek sosial dan lingkungan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
(akr)