Target Inflasi Harga Pangan Ditetapkan 3%-5% Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menetapkan target inflasi harga pangan di kisaran 4% plus minus 1% di sepanjang 2020. Hal ini sebagai upaya untuk mengendalikan harga pangan di Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menerangkan, penetapan target itu sejalan untuk menjaga tingkat inflasi nasional dikisaran 3% plus minus 1% pada 2020. "Jadi menargetkan juga menjaga sasaran inflasi volatile food, diputuskan sasarannya adalah 4% plus minus 1%," ujar Iskandar di Jakarta.
Dia menyatakan, volatile food perlu dijaga mengingat sumbangannya pada inflasi nasional cukup tinggi. Menurutnya inflasi yang rendah dan stabil dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkesinambungan menuju Indonesia maju.
Berdasarkan data BPS, pada 2019 inflasi nasional tercatat sebesar 2,72% (year on year/yoy), disumbang dengan peningkatan inflasi volatite food 4,3% yoy. Sedangkan inflasi inti sebesar 3,02% yoy dan administered prices 0,51% yoy.
"Karena kita tahu faktor penyumbang terbesar adalah bahan makanan yang umumnya volatile food. Ini jadi perhatian pemerintah dalam rangka jaga daya beli dan kesejahteraan masyarakat," jelasnya.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo meyakini, inflasi tahun 2020 akan terjaga di kisaran 3 plus minus 1%. Proyeksi tersebut sudah memperhitungkan risiko yang muncul, baik dari isu global seperti penyebaran virus korona dan harga komoditas yang naik."Itu sudah kami hitung. Termasuk risiko domestik apabila ada penyesuaian harga yang diatur pemerintah," katanya .
Berdasarkan target tersebut, terdapat beberapa langkah strategis yang akan dilakukan oleh pemerintah dan BI untuk menjaga inflasi. Pertama menjaga inflasi volatile food dengan fokus menurunkan disparitas harga antar waktu dan antar wilayah.
Selain itu, dengan menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, terutama menjelang hari besar keagamaan nasional. Juga memperkuat kelembagaan pertanian, disertai peningkatan kapasitas, pembiayaan, dan pengembangan ekosistem pertanian digital.Strategi lainnya melalui peningkatan efektivitas program-program perlindungan sosial dan penyaluran subsidi tepat sasaran. Hal ini untuk menjaga daya beli masyarakat tetap terjaga. Selain itu dilakukan juga strategi memperkuat sinergi komunikasi untuk mendukung pengelolaan ekspektasi masyarakat. Serta dilakukan penguatan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menerangkan, penetapan target itu sejalan untuk menjaga tingkat inflasi nasional dikisaran 3% plus minus 1% pada 2020. "Jadi menargetkan juga menjaga sasaran inflasi volatile food, diputuskan sasarannya adalah 4% plus minus 1%," ujar Iskandar di Jakarta.
Dia menyatakan, volatile food perlu dijaga mengingat sumbangannya pada inflasi nasional cukup tinggi. Menurutnya inflasi yang rendah dan stabil dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkesinambungan menuju Indonesia maju.
Berdasarkan data BPS, pada 2019 inflasi nasional tercatat sebesar 2,72% (year on year/yoy), disumbang dengan peningkatan inflasi volatite food 4,3% yoy. Sedangkan inflasi inti sebesar 3,02% yoy dan administered prices 0,51% yoy.
"Karena kita tahu faktor penyumbang terbesar adalah bahan makanan yang umumnya volatile food. Ini jadi perhatian pemerintah dalam rangka jaga daya beli dan kesejahteraan masyarakat," jelasnya.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo meyakini, inflasi tahun 2020 akan terjaga di kisaran 3 plus minus 1%. Proyeksi tersebut sudah memperhitungkan risiko yang muncul, baik dari isu global seperti penyebaran virus korona dan harga komoditas yang naik."Itu sudah kami hitung. Termasuk risiko domestik apabila ada penyesuaian harga yang diatur pemerintah," katanya .
Berdasarkan target tersebut, terdapat beberapa langkah strategis yang akan dilakukan oleh pemerintah dan BI untuk menjaga inflasi. Pertama menjaga inflasi volatile food dengan fokus menurunkan disparitas harga antar waktu dan antar wilayah.
Selain itu, dengan menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, terutama menjelang hari besar keagamaan nasional. Juga memperkuat kelembagaan pertanian, disertai peningkatan kapasitas, pembiayaan, dan pengembangan ekosistem pertanian digital.Strategi lainnya melalui peningkatan efektivitas program-program perlindungan sosial dan penyaluran subsidi tepat sasaran. Hal ini untuk menjaga daya beli masyarakat tetap terjaga. Selain itu dilakukan juga strategi memperkuat sinergi komunikasi untuk mendukung pengelolaan ekspektasi masyarakat. Serta dilakukan penguatan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah.
(akr)