Perry Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 dari 3,1% menjadi 3,0%. Namun untuk tahun depan, ia memproyeksikan meningkat menjadi 3,4% dari prakiraan semula 3,2%.
Perry menjelaskan penurunan proyeksi ini seiring dengan kondisi pasar keuangan global yang tertekan akibat virus corona. Covid-19 telah meningkatkan risiko sehingga mendorong penyesuaian aliran dana global dari negara berkembang kepada aset keuangan dan komoditas yang dianggap aman, serta memberikan tekanan kepada mata uang negara berkembang.
"Ke depan, upaya penanggulangan Covid-19 perlu terus dicermati karena dapat memengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi, volume perdagangan, dan harga komoditas dunia, serta pergerakan aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia," ujar Perry di Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Dia melanjutkan proses pemulihan ekonomi global tertahan setelah Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) merebak akhir Januari 2020. Kesepakatan tahap pertama perundingan perdagangan Amerika Serikat-China sempat meredakan ketidakpastian global dan meningkatkan optimisme pelaku ekonomi terhadap prospek pemulihan ekonomi global.
"Sejumlah indikator dini ekonomi global seperti keyakinan pelaku ekonomi, Purchasing Manager Index (PMI) dan pesanan ekspor menunjukan perbaikan pada Desember 2019-Januari 2020. Optimisme berubah setelah terjadinya Covid-19 yang diprakirakan menekan perekonomian China dan menghambat keberlanjutan pemulihan ekonomi global, setidaknya pada kuartal I 2020," terangnya.
Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal, serta memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi.
"Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dan otoritas terkait terus diperkuat guna mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta mempercepat reformasi struktural, termasuk dalam memitigasi dampak Covid-19," jelasnya.
Perry menjelaskan penurunan proyeksi ini seiring dengan kondisi pasar keuangan global yang tertekan akibat virus corona. Covid-19 telah meningkatkan risiko sehingga mendorong penyesuaian aliran dana global dari negara berkembang kepada aset keuangan dan komoditas yang dianggap aman, serta memberikan tekanan kepada mata uang negara berkembang.
"Ke depan, upaya penanggulangan Covid-19 perlu terus dicermati karena dapat memengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi, volume perdagangan, dan harga komoditas dunia, serta pergerakan aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia," ujar Perry di Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Dia melanjutkan proses pemulihan ekonomi global tertahan setelah Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) merebak akhir Januari 2020. Kesepakatan tahap pertama perundingan perdagangan Amerika Serikat-China sempat meredakan ketidakpastian global dan meningkatkan optimisme pelaku ekonomi terhadap prospek pemulihan ekonomi global.
"Sejumlah indikator dini ekonomi global seperti keyakinan pelaku ekonomi, Purchasing Manager Index (PMI) dan pesanan ekspor menunjukan perbaikan pada Desember 2019-Januari 2020. Optimisme berubah setelah terjadinya Covid-19 yang diprakirakan menekan perekonomian China dan menghambat keberlanjutan pemulihan ekonomi global, setidaknya pada kuartal I 2020," terangnya.
Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal, serta memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi.
"Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dan otoritas terkait terus diperkuat guna mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta mempercepat reformasi struktural, termasuk dalam memitigasi dampak Covid-19," jelasnya.
(ven)