50 Juta Pekerjaan Terancam Hilang Imbas Pandemi Corona
A
A
A
LONDON - Wabah virus corona (Covid-19) yang telah dinyatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pandemi, diyakini membuat jutaan karyawan di sektor travel dan pariwisata berisiko kehilangan pekerjaan. The World Travel and Tourism Council (WTTC) mengatakan, 50.000.000 pekerjaan bisa hilang karena pandemi corona
Seperti dilansir BBC, Kepala Eksekutif WTTC Gloria Guevara mengingatkan, bahwa wabah corona menghadirkan ancaman yang signifikan bagi industri. Hal ini setelah ribuan penerbangan internasional dibatalkan dan beberapa perusahaan asuransi menolak travel sebagai calon nasabahnya.
Angka baru dari WTTC menunjukkan bahwa sektor perjalanan bisa menyusut hingga 25% di 2020. Badan perdagangan menyerukan kepada pemerintah untuk mengambil beberapa langkah untuk melindungi industri, termasuk menghapus atau menyederhanakan visa jika memungkinkan serta mengurangi biaya perjalan.
Ditambah menghapus penghalang yang tidak perlu di pelabuhan dan Bandara. Serta mengurangi pajak wisatawan seperti air Passenger Duty dan ditambah tingkatkan anggaran untuk mempromosikan tujuan wisata.
Tapi Guevara menambahkan, "travel dan pariwisata memiliki kekuatan untuk mengatasi tantangan ini dan akan muncul lebih kuat."
Industri pariwisata telah terdampak secara besar-besaran oleh penyebaran virus corona, karena banyak negara telah memberlakukan pembatasan perjalanan dalam upaya untuk menahan penyebaran Covid-19. Sedangkan perusahaan kapal pesiar, Princess Cruises telah menangguhkan semua operasi selama 60 hari ke depan.
Sementara salah satu kapal pesiar miliknya ditahan oleh pelabuhan San Francisco selama lima hari setelah 21 penumpang diuji positif mengidap virus. Selanjutnya British Airways, EasyJet dan Norwegian Air memangkas penerbangan sebagai respon terhadap penyebaran wabah corona yang masif.
Korean Air bahkan memperingatkan bahwa virus corona dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Penumpang penerbangan maskapai China turun sebesar 84,5% bulan lalu, menyoroti dampak ekonomi sangat besar di negara dimana virus tersebut berasal.
Regulator penerbangan mengatakan pada tengah pekan kemarin, bahwa penurunan telah menyebabkan pendapatan turun mencapai 21 miliar yuan. Pemerhati industri perjalanan telah menyatakan keprihatinan tentang wisatawan China yang tetap berada di rumah.
Di Inggris, misalnya ada 415.000 kunjungan dari China dalam 12 bulan ke September 2019, menurut VisitBritain. Wisatawan China juga menghabiskan belanja tiga kali lebih banyak daripada rata-rata pengunjung ke Inggris yang masing-masing £1.680. Penyebaran yang skalanya semakin besar membuat angka pembatalan penerbangan juga bertambah, hingga mengancam industri ini.
Seperti dilansir BBC, Kepala Eksekutif WTTC Gloria Guevara mengingatkan, bahwa wabah corona menghadirkan ancaman yang signifikan bagi industri. Hal ini setelah ribuan penerbangan internasional dibatalkan dan beberapa perusahaan asuransi menolak travel sebagai calon nasabahnya.
Angka baru dari WTTC menunjukkan bahwa sektor perjalanan bisa menyusut hingga 25% di 2020. Badan perdagangan menyerukan kepada pemerintah untuk mengambil beberapa langkah untuk melindungi industri, termasuk menghapus atau menyederhanakan visa jika memungkinkan serta mengurangi biaya perjalan.
Ditambah menghapus penghalang yang tidak perlu di pelabuhan dan Bandara. Serta mengurangi pajak wisatawan seperti air Passenger Duty dan ditambah tingkatkan anggaran untuk mempromosikan tujuan wisata.
Tapi Guevara menambahkan, "travel dan pariwisata memiliki kekuatan untuk mengatasi tantangan ini dan akan muncul lebih kuat."
Industri pariwisata telah terdampak secara besar-besaran oleh penyebaran virus corona, karena banyak negara telah memberlakukan pembatasan perjalanan dalam upaya untuk menahan penyebaran Covid-19. Sedangkan perusahaan kapal pesiar, Princess Cruises telah menangguhkan semua operasi selama 60 hari ke depan.
Sementara salah satu kapal pesiar miliknya ditahan oleh pelabuhan San Francisco selama lima hari setelah 21 penumpang diuji positif mengidap virus. Selanjutnya British Airways, EasyJet dan Norwegian Air memangkas penerbangan sebagai respon terhadap penyebaran wabah corona yang masif.
Korean Air bahkan memperingatkan bahwa virus corona dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Penumpang penerbangan maskapai China turun sebesar 84,5% bulan lalu, menyoroti dampak ekonomi sangat besar di negara dimana virus tersebut berasal.
Regulator penerbangan mengatakan pada tengah pekan kemarin, bahwa penurunan telah menyebabkan pendapatan turun mencapai 21 miliar yuan. Pemerhati industri perjalanan telah menyatakan keprihatinan tentang wisatawan China yang tetap berada di rumah.
Di Inggris, misalnya ada 415.000 kunjungan dari China dalam 12 bulan ke September 2019, menurut VisitBritain. Wisatawan China juga menghabiskan belanja tiga kali lebih banyak daripada rata-rata pengunjung ke Inggris yang masing-masing £1.680. Penyebaran yang skalanya semakin besar membuat angka pembatalan penerbangan juga bertambah, hingga mengancam industri ini.
(akr)