Arus Modal Asing ke Indonesia Turun Drastis Terjangkit Corona
A
A
A
JAKARTA - Aliran modal asing yang masuk ke Tanah Air hingga 17 Maret 2020 hanya mencapai USD360 juta, turun drastis dari posisi akhir Februari 2019 sebesar USD5,1 miliar akibat derasnya aliran modal asing yang keluar di tengah pandemi corona.
"Investasi portofolio masuk yang secara neto pada Februari 2020 tercatat sebesar USD5,1 miliar kemudian turun pada bulan Maret. Angka ini lebih rendah dari perkembangan triwulan IV 2019 yang secara neto tercatat USD6,59 miliar," ujar Gubernur Bank Indonesia ( BI) Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (19/3/2020).
Kondisi ini turut berdampak pada nilai tukar rupiah. Guna menghadapi kondisi tersebut, Bank Indonesia pun memastikan mekanisme pasar dapat terjaga dan aktif melakukan intervensi tiga lapis atau triple intervention.
Perry juga mengutarakan, pasar keuangan saat ini sedang menghadapi tekanan yang tinggi akibat kekhawatiran pandemi virus corona. Bursa saham AS anjlok dan premi risiko melonjak.
"Semua negara menghadapi investor global melepas aset, sekarang adalah cash is the king, mereka pindah ke aset aman. Bukan masalah fundamental dan ekonomi tapi kepanikan," ujar Perry dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur melalui streaming video.
Sementara inflasi diterangkan olehnya tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian. Inflasi IHK pada Februari 2020 tercatat 0,28% (mtm), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,39% (mtm).
Perkembangan ini dipengaruhi oleh kelompok inflasi inti yang rendah, kelompok administered prices yang kembali mencatat deflasi, serta inflasi volatile food yang melambat. "Inflasi inti yang tetap rendah tidak terlepas dari konsistensi Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya," jelasnya
Ke depan, Dia menekankan Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengendalikan inflasi tetap rendah dan stabil dalam kisaran sasaran 3,0% ±1% pada 2020 dan 2021.
"Investasi portofolio masuk yang secara neto pada Februari 2020 tercatat sebesar USD5,1 miliar kemudian turun pada bulan Maret. Angka ini lebih rendah dari perkembangan triwulan IV 2019 yang secara neto tercatat USD6,59 miliar," ujar Gubernur Bank Indonesia ( BI) Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (19/3/2020).
Kondisi ini turut berdampak pada nilai tukar rupiah. Guna menghadapi kondisi tersebut, Bank Indonesia pun memastikan mekanisme pasar dapat terjaga dan aktif melakukan intervensi tiga lapis atau triple intervention.
Perry juga mengutarakan, pasar keuangan saat ini sedang menghadapi tekanan yang tinggi akibat kekhawatiran pandemi virus corona. Bursa saham AS anjlok dan premi risiko melonjak.
"Semua negara menghadapi investor global melepas aset, sekarang adalah cash is the king, mereka pindah ke aset aman. Bukan masalah fundamental dan ekonomi tapi kepanikan," ujar Perry dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur melalui streaming video.
Sementara inflasi diterangkan olehnya tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian. Inflasi IHK pada Februari 2020 tercatat 0,28% (mtm), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,39% (mtm).
Perkembangan ini dipengaruhi oleh kelompok inflasi inti yang rendah, kelompok administered prices yang kembali mencatat deflasi, serta inflasi volatile food yang melambat. "Inflasi inti yang tetap rendah tidak terlepas dari konsistensi Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya," jelasnya
Ke depan, Dia menekankan Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengendalikan inflasi tetap rendah dan stabil dalam kisaran sasaran 3,0% ±1% pada 2020 dan 2021.
(akr)