Belajar dari Airbus, PT DI siap bikin 12 pesawat CN
Jum'at, 28 Oktober 2011 - 09:35 WIB

Belajar dari Airbus, PT DI siap bikin 12 pesawat CN
A
A
A
Sindonews.com - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) tidak main-main untuk serius menggarap pesawat jenis CN untuk memenuhi permintaan dari negara-negara pemesan. PT DI pun optimistis mampu memproduksi 12 pesawat jenis CN untuk memenuhi kebutuhan pasar Asia Pasifik. Kesiapan ini berdasar kemampuan dan pengalaman yang dimiliki tenaga ahli perusahaan yang berbasis di Bandung tersebut menggarap pesawat jenis itu, termasuk pesawat jenis CN-235.
Direktur Aerostructure PT DI Andi Alisjahbana mengungkapkan, produksi CN-295 akan terlebih dulu dibuat di pabrik Airbus Military Industry di Spanyol. Selain untuk melatih teknisi, langkah tersebut diambil untuk memberi kesempatan bagi PT DI mempersiapkan investasi bahan baku dan alat.
Baru kemudian produksi bisa dilakukan di Indonesia. “Nantinya, PT DI akan bertanggung jawab pada proses final essambly CN-295 dengan komposisi bahan baku 50 persen oleh PT DI dan 50 persen oleh Airbus Military. Namun, untuk membuat CN-295, PT DI juga masih membutuhkan bahan baku dari negara lain. Seperti engine dari Kanada, avionik dari Amerika Serikat, dan beberapa komponen lain dari Spanyol dan negara lain,” jelasnya.
Menurut dia, membuat CN-295 nyaris sama dengan membuat CN-235. Yang membedakan adalah CN-295 lebih panjang tiga meter. Adapun produksi CN-295 pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) sendiri tidak ada perbedaan mendasar dengan struktur CN sejenis. Perbedaan hanya terdapat pada struktur tempat duduk yang dibuat memanjang mengikuti panjang pesawat, sehingga bisa membawa 70 pasukan serta barang dalam jumlah besar.
Seperti diberitakan sebelumnya, perusahaan pesawat terbang berpelat merah itu secara resmi memulai kerjasama dengan Airbus Military pesawat CN-295. Pada tahap awal, PT DI akan memproduksi sembilan pesawat CN-295 untuk memenuhi pesanan TNI AU dengan nilai kontrak mencapai USD325 juta.
Perjanjian kerja sama produksi CN-295 antara PT DI dan Airbus Military disaksikan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Selasa 26 Oktober lalu. Presiden berharap kerjasama ini menjadi tonggak kebangkitan perusahaan yang pernah jaya di masa kepemimpinan BJ Habibie. Andi menggariskan, kerjasama PT DI dengan Airbus Military bukan hanya pada produksi dan pemasaran CN-295, tapi juga pada beberapa tipe CN lainnya, CN-235, CN-212–200, dan CN-219.
Dia optimistis empat tipe pesawat tersebut akan diserap pasar, karena tiap tipe memiliki kelebihan berdasarkan kebutuhan suatu negara. Negara yang butuh pesawat dengan daya angkut kecil, tapi lincah bisa memesan CN-219 dengan kapasitas 19 penumpang atau CN-212–200 dengan kapasitas 24 penumpang. Sementara bila kebutuhannya lebih besar lagi, bisa memesan CN-235 (42 penumpang) atau CN-295 (70 penumpang).
“Tapi kita akan lebih fokus memasarkan tipe CN-219. Selain investasinya tidak terlalu besar, hanggar yang kami miliki juga cukup untuk memproduksi beberapa pesawat sekaligus,” tegas dia.
Ekonom dari Universitas Padjadjaran Acuviarta Kurtubi mengatakan, pesanan sembilan pesawat CN-295 oleh Kemhan akan sangat membantu PT DI untuk bangkit dari keterpurukan sejak beberapa tahun silam.
Terlebih, dalam kurun waktu beberapa waktu ke depan, pemerintah akan membelanjakan sekira Rp150 triliun untuk keperluan alat utama sistem senjata (alutsista). Peluang tersebut semestinya dimanfaatkan BUMN dalam negeri.
“Namun, karena yang dijual adalah pesawat, pemerintah tetap harus campur tangan. Seperti halnya yang dilakukan AS. Penjualan pesawat tempur dilakukan pada pembicaraan tingkat tinggi,” jelasnya.
Salah satu hal yang bisa dikerjakan Pemerintah Indonesia adalah dengan menyertakan penjualan pesawat pada paket kerjasama ekonomi dengan negara lain seperti Afrika.
Direktur Aerostructure PT DI Andi Alisjahbana mengungkapkan, produksi CN-295 akan terlebih dulu dibuat di pabrik Airbus Military Industry di Spanyol. Selain untuk melatih teknisi, langkah tersebut diambil untuk memberi kesempatan bagi PT DI mempersiapkan investasi bahan baku dan alat.
Baru kemudian produksi bisa dilakukan di Indonesia. “Nantinya, PT DI akan bertanggung jawab pada proses final essambly CN-295 dengan komposisi bahan baku 50 persen oleh PT DI dan 50 persen oleh Airbus Military. Namun, untuk membuat CN-295, PT DI juga masih membutuhkan bahan baku dari negara lain. Seperti engine dari Kanada, avionik dari Amerika Serikat, dan beberapa komponen lain dari Spanyol dan negara lain,” jelasnya.
Menurut dia, membuat CN-295 nyaris sama dengan membuat CN-235. Yang membedakan adalah CN-295 lebih panjang tiga meter. Adapun produksi CN-295 pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) sendiri tidak ada perbedaan mendasar dengan struktur CN sejenis. Perbedaan hanya terdapat pada struktur tempat duduk yang dibuat memanjang mengikuti panjang pesawat, sehingga bisa membawa 70 pasukan serta barang dalam jumlah besar.
Seperti diberitakan sebelumnya, perusahaan pesawat terbang berpelat merah itu secara resmi memulai kerjasama dengan Airbus Military pesawat CN-295. Pada tahap awal, PT DI akan memproduksi sembilan pesawat CN-295 untuk memenuhi pesanan TNI AU dengan nilai kontrak mencapai USD325 juta.
Perjanjian kerja sama produksi CN-295 antara PT DI dan Airbus Military disaksikan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Selasa 26 Oktober lalu. Presiden berharap kerjasama ini menjadi tonggak kebangkitan perusahaan yang pernah jaya di masa kepemimpinan BJ Habibie. Andi menggariskan, kerjasama PT DI dengan Airbus Military bukan hanya pada produksi dan pemasaran CN-295, tapi juga pada beberapa tipe CN lainnya, CN-235, CN-212–200, dan CN-219.
Dia optimistis empat tipe pesawat tersebut akan diserap pasar, karena tiap tipe memiliki kelebihan berdasarkan kebutuhan suatu negara. Negara yang butuh pesawat dengan daya angkut kecil, tapi lincah bisa memesan CN-219 dengan kapasitas 19 penumpang atau CN-212–200 dengan kapasitas 24 penumpang. Sementara bila kebutuhannya lebih besar lagi, bisa memesan CN-235 (42 penumpang) atau CN-295 (70 penumpang).
“Tapi kita akan lebih fokus memasarkan tipe CN-219. Selain investasinya tidak terlalu besar, hanggar yang kami miliki juga cukup untuk memproduksi beberapa pesawat sekaligus,” tegas dia.
Ekonom dari Universitas Padjadjaran Acuviarta Kurtubi mengatakan, pesanan sembilan pesawat CN-295 oleh Kemhan akan sangat membantu PT DI untuk bangkit dari keterpurukan sejak beberapa tahun silam.
Terlebih, dalam kurun waktu beberapa waktu ke depan, pemerintah akan membelanjakan sekira Rp150 triliun untuk keperluan alat utama sistem senjata (alutsista). Peluang tersebut semestinya dimanfaatkan BUMN dalam negeri.
“Namun, karena yang dijual adalah pesawat, pemerintah tetap harus campur tangan. Seperti halnya yang dilakukan AS. Penjualan pesawat tempur dilakukan pada pembicaraan tingkat tinggi,” jelasnya.
Salah satu hal yang bisa dikerjakan Pemerintah Indonesia adalah dengan menyertakan penjualan pesawat pada paket kerjasama ekonomi dengan negara lain seperti Afrika.
()