Kinerja bursa & kapitalisasi perbankan

Senin, 02 Januari 2012 - 09:03 WIB
Kinerja bursa & kapitalisasi...
Kinerja bursa & kapitalisasi perbankan
A A A

Sindonews.com - Pasar modal Indonesia menorehkan sejarah sepanjang 2011. Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada 30 Desember 2011 ditutup pada level 3.821,99 atau naik 3,2 persen. Kenaikan ini menyebabkan bursa saham Indonesia berkinerja terbaik kedua di Asia-Pasifik sepanjang 2011, sedikit di bawah Filipina yang menguat 4,07 persen.

Di sepanjang 2011, hampir semua bursa saham di Asia-Pasifik mengalami koreksi, sebagian bahkan sangat tajam. Indeks bursa saham di India sepanjang 2011 melemah 24,7 persen, sedangkan bursa saham Shanghai turun 21,7 persen.

Bahkan kalau kita melihat perkembangan yang agak lebih panjang, yaitu sejak akhir Desember 2004, IHSG meningkat lebih dari 280 persen menjadi yang tertinggi di Asia-Pasifik.

Bursa saham India (Bombay) yang mengalami kejayaan hingga 2010 lalu, yaitu menguat 210 persen, pada 2011 justru turun 24,7 persen sehingga sejak akhir Desember 2004 kenaikan kumulatif bursa Bombay menjadi sebesar 134 persen, terpangkas cukup besar dibandingkan dengan kenaikan tahun sebelumnya. Di Asean, bursa saham yang mengalami koreksi cukup tajam adalah bursa Singapura.

Sepanjang 2011, bursa saham Singapura terkoreksi 17,1 persen. Secara kumulatif,kenaikan indeks saham bursa Singapura sejak akhir Desember 2004 hanya 28 persen, sepersepuluh kenaikan IHSG selama periode yang sama. Bursa saham Kuala Lumpur sepanjang tujuh tahun terakhir ini hanya mengalami kenaikan indeks sebesar 64 persen, kurang dari seperempat kenaikan IHSG, meskipun pada 2011 selisih perubahan indeksnya tidaklah terlalu signifikan.

Dengan perkembangan tersebut kapitalisasi pasar bursa Malaysia dan Indonesia pada akhir 2011 ini sudah sangat berhimpit setelah sebelumnya bursa Malaysia jauh melampaui Indonesia. Perkembangan ini memungkinkan Indonesia melampaui bursa Malaysia di 2012 sehingga akan menempatkan Indonesia menjadi bursa terbesar kedua di Asean setelah Singapura. Jika itu terjadi, tinggal masalah waktu saja untuk menempatkan Bursa Efek Indonesia menjadi bursa terbesar di Asean.

Dengan melihat perkembangan itu, kita mendapatkan pasar modal Indonesia berada dalam posisi yang sangat atraktif bagi investor global. Pada saat posisi peringkat Indonesia saja masih di bawah investment grade, ternyata indeks saham kita mengalami kinerja sangat baik selama tujuh tahun terakhir ini.

Bagaimanapun hal ini mengindikasikan fundamental perekonomian Indonesia yang sangat baik selain faktor mikro bursa, yaitu keseimbangan antara permintaan dan penawaran saham secara keseluruhan di tiap bursa.

Itulah sebabnya dalam keadaan bursa saham di seluruh dunia mengalami turbulensi yang besar, bursa saham Indonesia masih bisa menambah 25 emiten baru di 2011, termasuk emiten yang cukup besar, yaitu perusahaan penerbangan Garuda. Tahun 2012 mendatang ini direncanakan bursa saham Indonesia akan menambah lagi jumlah emiten baru sebanyak 25 perusahaan.

Namun bukan tidak mungkin dengan bullish-nya perekonomian Indonesia, jumlah emiten baru tersebut akan bertambah lebih besar lagi. Perkembangan di pasar modal tersebut ternyata berimbas pula ke industri perbankan Indonesia. Saya yakin sebagian besar masyarakat Indonesia pasti masih menganggap perbankan Indonesia sebagai yang paling terbelakang di Asean. Bahkan pendapat semacam itu dimiliki pula oleh pejabat cukup tinggi di Bank Indonesia.

Itulah sebabnya dalam percaturan perbankan di Asean kita sering “merendah” karena merasa tingkat kemajuan perbankan kita yang dianggap masih terbelakang. Bahkan kita melihat dengan perasaan iri hati masuknya perbankan negara tetangga ke Indonesia, terutama dari Singapura dan Malaysia.

Perbankan Indonesia dalam konteks Asean memang relatif masih “terbelakang”. Keadaan tersebut terutama jika kita membandingkan total aset perbankan Indonesia dengan total aset negara-negara tetangga.

Jika diukur dengan rasio aset dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB) negara masing-masing, rasio tersebut menempatkan Indonesia di bawah empat negara besar ASEAN, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Inilah yang menjadi kritik Gubernur Bank Indonesia baru-baru ini.

Namun, dari sisi yang lain, posisi tersebut justru menempatkan perbankan Indonesia sebagai industri yang memiliki potensi pertumbuhan paling tinggi.

Dalam hal ini sumber pertumbuhan perbankan Indonesia terutama berasal dari pertumbuhan PDB nominal Indonesia yang dewasa ini berkisar di sekitar 15 persen. Sementara itu rasio aset perbankan terhadap PDB yang rendah membuat Indonesia pasti akan melakukan catching up, yaitu meningkatkan rasio tersebut.

Itulah sebabnya jika pertumbuhan aset perbankan rata-rata tahunan antara 2004 sampai 2008 sebesar 16 persen (dibandingkan dengan Malaysia 14 persen dan Singapura sembilan persen), pada 2010 yang lalu pertumbuhan aset perbankan Indonesia meningkat menjadi 18 persen. Bahkan di 2011 sampai September lalu, pertumbuhan aset perbankan kita mencapai 22,2 persen.

Tingkat pertumbuhan perbankan Indonesia yang sangat tinggi dengan tingkat profitabilitas yang juga tinggi membuat begitu banyak investor, baik global maupun domestik, yang menginvestasikan dananya pada perbankan Indonesia. Keadaan inilah yang menempatkan Indonesia pada suatu anomali menarik.

Pada akhir 2010, jika ditilik dari total aset perbankan di Asean, perbankan Singapura menduduki tempat teratas, yaitu DBS dengan aset USD184 miliar, diikuti OCBC dengan USD138 miliar dan UOB dengan USD132 miliar.

Bank-bank di Malaysia menduduki posisi keempat sampai keenam, yaitu Maybank dengan USD88 miliar, CIMB dengan USD70 miliar, dan Public Bank dengan USD63 miliar. Bank-bank Thailand menyusul di belakangnya, yaitu Bangkok Bank dengan USD53 miliar, Krung Thai Bank dengan USD46 miliar. Bank-bank Indonesia seperti Bank Mandiri berada di posisi kesembilan, Bank BRI 12, dan Bank BCA 14.

Dengan hanya melihat indikator tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan (dan kemudian merasa minder), bank-bank kita sangat kecil di Asean. Namun, pada 30 Desember 2011, suara investor global menyatakan lain. Menurut mereka, Bank BCA adalah bank terkuat di Asean karena memiliki kapitalisasi pasar terbesar, yaitu USD21,615 miliar, melampaui tiga besar Singapura, yaitu DBS sebesar USD20,912 miliar, OCBC USD20,805 miliar,dan UOB sebesar USD18,632 miliar.

Bank-bank Malaysia memiliki kapitalisasi pasar sebesar USD19,730 miliar untuk Maybank, CIMB USD17,445 miliar, Public Bank sebesar USD14,908 miliar. Bank-bank di Thailand berada di bawah mereka,di mana yang tertinggi adalah Siam Commercial Bank yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar USD12,466 miliar, melampaui bank terbesar di Thailand, yaitu Bangkok Bank yang kapitalisasi pasarnya USD9,240 miliar.

Dengan melihat perkembangan tersebut, kita patut berbangga dan bersyukur, ternyata industri perbankan Indonesia justru sangat kuat di ASEAN di mata investor global. Kepercayaan ini haruslah menular ke industri lain sehingga Garuda Indonesia tidaklah kalah dibandingkan dengan Malaysian Airlines maupun Thai Airways dan memiliki kemampuan untuk menyusul kebesaran Singapore Airlines dalam waktu tidak terlalu lama. Selamat datang tahun 2012 yang saya prediksi akan menghasilkan kinerja yang tidak kalah dengan 2011.

CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0571 seconds (0.1#10.140)