Pengusaha Jawa Tengah fokus pasar domestik
A
A
A
Sindonews.com - Krisis Eropa dan Amerika Serikat (AS) membuat pengusaha lokal memfokuskan diri pada penggarapan pasar domestik mengingat potensinya yang masih sangat besar.
“Dengan kondisi pasar internasional seperti sekarang ini, mau enggak mau kita harus membidik pasar domestik,” kata Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi, Senin (9/1/2012).
Imbauan agar mengalihkan perdagangan ekspor ke negara lain selain Eropa dan AS yang sedang mengalami krisis dinilai bukan pekerjaan mudah. Pasalnya, kompetitor juga akan melakukan hal yang sama.
“Untuk ke pasar nontradisional itu tidak gampang. Mengalihkan ekspor ke negara lain tidak semudah yang kita bayangkan. Karena negara-negara lain juga membidik pasar yang sama, jadi lebih baik pasar lokal saja,” katanya mengingatkan.
Dia menuturkan, meski pasar domestik potensinya sangat besar, tapi tetap ada beberapa hambatan yang diharapkan pemerintah bisa ikut membantu memecahkannya. Misalnya, keberadaan barang impor yang masuk secara ilegal.
“Yang tidak kalah pentingnya adalah anggapan masyarakat yang keliru tentang barang impor juga harus diluruskan. Selama ini masyarakat menganggap barang impor misal dari China lebih baik dari barang kita sendiri. Itu kan salah,” tuturnya.
Mengubah perilaku dan pemikiran masyarakat terhadap barang impor itu sudah sewajarnya dilakukan pemerintah. Tentunya, bersama dengan swasta. Masyarakat harus didorong bangga menggunakan barang-barang produksi dalam negeri. Frans beralasan, sebenarnya barang-barang lokal kualitasnya tidak kalah dengan impor. Karena sumber daya manusia (SDM) lokal juga berkualitas dibandingkan SDM asing.
“Kita ini di Jawa Tengah bisa bikin yang standarnya sama dengan barang di luar negeri. Tidak hanya standar SNI, kita juga bisa bikin barang sama seperti yang dibikin China, Thailand, dan negara tetangga lainnya,” jelasnya.
Upaya untuk memfokuskan pasar domestik tersebut juga seiring terus melemahnya permintaan pasar ekspor, terutama dari negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. “Order dari buyer asing dari akhir tahun kemarin juga sudah semakin berkurang,” keluhnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Lukito Praptoprijoko mengatakan, krisis yang terjadi di Eropa dan AS pasti akan berimbas pada perdagangan ekspor Jateng.
Apalagi selama ini perdagangan ekspor provinsi ini menuju Amerika Serikat cukup besar. Tercatat ekspor Jateng hingga Oktober 2011 mencapai USD3,87 miliar atau tumbuh 22 persen dibanding periode sama tahun lalu. (bro)
“Dengan kondisi pasar internasional seperti sekarang ini, mau enggak mau kita harus membidik pasar domestik,” kata Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi, Senin (9/1/2012).
Imbauan agar mengalihkan perdagangan ekspor ke negara lain selain Eropa dan AS yang sedang mengalami krisis dinilai bukan pekerjaan mudah. Pasalnya, kompetitor juga akan melakukan hal yang sama.
“Untuk ke pasar nontradisional itu tidak gampang. Mengalihkan ekspor ke negara lain tidak semudah yang kita bayangkan. Karena negara-negara lain juga membidik pasar yang sama, jadi lebih baik pasar lokal saja,” katanya mengingatkan.
Dia menuturkan, meski pasar domestik potensinya sangat besar, tapi tetap ada beberapa hambatan yang diharapkan pemerintah bisa ikut membantu memecahkannya. Misalnya, keberadaan barang impor yang masuk secara ilegal.
“Yang tidak kalah pentingnya adalah anggapan masyarakat yang keliru tentang barang impor juga harus diluruskan. Selama ini masyarakat menganggap barang impor misal dari China lebih baik dari barang kita sendiri. Itu kan salah,” tuturnya.
Mengubah perilaku dan pemikiran masyarakat terhadap barang impor itu sudah sewajarnya dilakukan pemerintah. Tentunya, bersama dengan swasta. Masyarakat harus didorong bangga menggunakan barang-barang produksi dalam negeri. Frans beralasan, sebenarnya barang-barang lokal kualitasnya tidak kalah dengan impor. Karena sumber daya manusia (SDM) lokal juga berkualitas dibandingkan SDM asing.
“Kita ini di Jawa Tengah bisa bikin yang standarnya sama dengan barang di luar negeri. Tidak hanya standar SNI, kita juga bisa bikin barang sama seperti yang dibikin China, Thailand, dan negara tetangga lainnya,” jelasnya.
Upaya untuk memfokuskan pasar domestik tersebut juga seiring terus melemahnya permintaan pasar ekspor, terutama dari negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. “Order dari buyer asing dari akhir tahun kemarin juga sudah semakin berkurang,” keluhnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Lukito Praptoprijoko mengatakan, krisis yang terjadi di Eropa dan AS pasti akan berimbas pada perdagangan ekspor Jateng.
Apalagi selama ini perdagangan ekspor provinsi ini menuju Amerika Serikat cukup besar. Tercatat ekspor Jateng hingga Oktober 2011 mencapai USD3,87 miliar atau tumbuh 22 persen dibanding periode sama tahun lalu. (bro)
()