Nasib mobnas tergantung pasar

Rabu, 11 Januari 2012 - 13:50 WIB
Nasib mobnas tergantung pasar
Nasib mobnas tergantung pasar
A A A
Sindonews.com - Pasar akan menjadi penentu kelangsungan mobil nasional (mobnas). Karena itu, pemerintah mengingatkan, butuh perjuangan bagi mobil Kiat Esemka untuk masuk pasar automotif di Indonesia.

"Pada prinsipnya pemerintah akan membantu apa yang bisa dilakukan. Tapi pada akhirnya nanti kompetisi di pasar yang akan membuat mereka bisa survive,” tutur Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat di Jakarta, Rabu, (11/1/2012).

Wacana pengembangan mobnas belakangan kembali mencuat setelah siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Solo, Jawa Tengah, mampu memproduksi mobil Kiat Esemka. Mobil yang menjadi perhatian publik setelah digunakan Wali Kota Solo Joko Widodo (Jokowi) sebagai kendaraan dinas ini banjir pesanan.

MS Hidayat menjelaskan, hingga kini belum ada kekhawatiran dari para principal automotif terhadap besarnya dukungan masyarakat terhadap Esemka. Mereka belum menganggap mobil karya siswa SMK di Solo, Jawa Tengah, itu sebagai ancaman.
"Saya kira semua pihak menyadari, meng-introduce mobnas itu suatu yang wajar terjadi di setiap negara,” tandasnya.

Demi mendukung pengembangan mobnas, Kementerian Perindustrian akan menggelar pameran khusus mobnas. Pameran diharapkan akan diikuti enam mobnas, termasuk GEA, Tawon, Kancil, serta Inobus.

"Saya mungkin akan bikin pameran mobil-mobil yang sudah selesai uji kelayakan, bikinan anak bangsa,” ujarnya.

Khusus Kiat Esemka, Hidayat mengutarakan, Kemenperin telah memberikan bantuan sejak 2010. Bantuan itu berupa pemberian nomor induk kendaraan (NIK) yang kemudian dijadikan penunjang untuk mendapatkan sertifikat uji kelayakan dan izin jalan dari Kementerian Perhubungan.

"Dulu kita bantu dalam rangka dia menjadikan perakitan itu sebagai suatu pendidikan teknik. Tapi, setelah mereka meningkat menjadi komersial, mereka belum bicara lagi dengan kita,” ucapnya.

Hidayat menilai, jika telah mendapatkan sertifikat kelayakan, pengembangan Esemka harus menggandeng investor berdana besar lantaran industri automotif merupakan industri padat modal. "Saya sarankan sih dengan BUMN,” ujarnya.

Di tempat terpisah, mantan Menristek Rahardi Ramelan menilai, PT Industri Kereta Api (Inka) mampu membuat mobnas. Inka memiliki kapasitas untuk memproduksi mobnas secara massal.

"Saya ikut membina Inka sejak 1979. Karena itu, saya tahu persis Inka punya fasilitas manufacturing yang luar biasa,” ujarnya seusai mengunjungi PT Inka di Madiun Senin 9 januari 2012.

Setelah mengunjungi bengkel Sukiyat di Klaten dan melihat mobil Esemka, dia yakin seluruh sasis mobil Rajawali Esemka bisa dibuat di Inka. Keyakinannya bertambah lantaran Inka tidak hanya mengembangkan dari sisi bodi dan sasis, tapi juga mesin.

"Buat bodi kereta saja bisa, masa membuat mobil tidak bisa,” ucapnya.

Ramelan mengatakan, antusiasme publik terhadap mobnas harus dijaga sehingga produk automotif nasional benar-benar bisa dihadirkan.

Sebelumnya pemerintah berencana menggabungkan empat BUMN di bidang permesinan untuk mendukung pengembangan mobnas. Empat perusahaan pelat merah yang akan digabung yakni PT Inka, PT Barata Indonesia, PT Boma Bisma Indra, dan PT Dirgantara Indonesia (DI).

Ini membutuhkan dukungan semua elemen bangsa. Kemarin Ramelan juga melihat mobil buatan PT Inka, GEA. Menurutnya, mobil berkapasitas mesin 650 cc ini bisa didorong menjadi mobnas seperti Rajawali Esemka. "Hanya segmen GEA berbeda. Mesinnya kecil dan sasarannya adalah mobil rakyat dengan harga Rp50 jutaan,” ujarnya. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5463 seconds (0.1#10.140)