Demi utang baru, BNBR gadaikan saham Bumi Plc
A
A
A
Sindonews.com – PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) kembali menggadaikan saham anak usaha Bumi Plc guna mendapatkan utang baru. BNBR bersama Long Haul Holding Ltd menyepakati utang baru dengan Credit Suisse AG senilai USD437 juta atau Rp3,933 triliun.
Dari jumlah kredit tersebut, bagian kredit yang diterima perusahaan investasi milik keluarga Bakrie sebesar USD193,969 juta atau senilai Rp1,745 triliun. “Pinjaman tersebut memiliki tenor satu tahun yang akan kami gunakan untuk pembayaran kembali (refinancing) utang lama. Jaminannya berupa saham Bumi Plc,”ujar Direktur Keuangan BNBR Eddy Suparno di Jakarta kemarin.
Seperti diketahui, BNBR telah melakukan penjualan 23,8 persen saham Bumi Plc kepada PT Borneo Lumbung Energy Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) senilai USD1 miliar, guna mempercepat pembayaran utang lama terhadap Credit Suisse.
Berdasarkan laporan keuangan BNBR, total utang yang dimiliki perseroan bersama Long Haul Holding kepada Credit Suisse AG Cabang Singapura mencapai USD1,3 miliar atau Rp12,15 triliun yang dijaminkan dengan menggunakan saham Bumi Plc.
Dari utang tersebut,BNBR memiliki fasilitas kredit sebesar USD597 juta,hingga 30 Juni 2011, yang telah digunakan sebesar USD542 juta,dan akan mengalami jatuh tempo pada 2 Maret 2012.
Namun, jatuhnya harga saham Bumi Plc di bursa London secara signifikan, yaitu mencapai 12,42 persen menjadi 8,45 poundsterling pada 4 Oktober 2011, membuat Credit Suisse meminta BNBR melakukan pelunasan lebih awal.
Langkah divestasi Bumi Plc terpaksa dilakukan guna menutup utang tersebut. Pascapenjualan 23,8 persen itu,BNBR masih memiliki saham Bumi Plc, tetapi jumlahnya hanya tersisa 23,8 persen dari 47,6 persen kepemilikan sebelumnya.
Terkait transaksi tersebut, BORN diketahui juga menggunakan pinjaman bank yang berasal dari Standard Chartered Bank senilai USD1 miliar guna membeli saham Bumi Plc.
Uniknya, BORN juga menyertakan saham Bumi Plc yang nantinya akan dimiliki sebagai bagian dari jaminan transaksi utang. Saat ini, lanjut Eddy,BNBR masih menunggu pembayaran transaksi tersebut dilakukan BORN.
Dia berharap transaksi bisa selesai secepatnya. “Kami harapkan (transaksi) bisa selesai minggu ini, sehingga nanti dananya akan digunakan untuk melunasi utang ke Credit Suisse,”katanya.
Menurutnya,transaksi jualbeli antara BNBR dan BORN sebenarnya bisa selesai tahun lalu.Namun karena adanya penundaan dalam pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang hendak dilakukan BORN, transaksi itu tertunda.
BORN baru mendapat persetujuan pemegang saham pada 30 Desember 2011. Saat ini BORN tengah memfinalisasi transaksi baik dengan Standard Chartered maupun BNBR.
Eddy menuturkan tahun ini BNBR fokus dalam pengurangan utang yang dimiliki. Langkah tersebut dilakukan dengan melepas sebagian aset yang dimiliki. Selain menjual sebagian saham Bumi Plc, BNBR juga melepas sebagian saham di PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dan PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) senilai Rp1,51 triliun.
VP Research & analyst PT Valbury Asia Securities Nico Omer mengatakan, aksi gali lubang tutup lubang yang dilakukan BNBR memang merupakan bagian dari strategi perseroan selama ini. Pinjaman yang terlalu besar inilah yang membuat kinerja BNBR tidak berkembang.
Baru-baru ini BNBR juga telah melakukan pembersihan defisit saldo negatif melalui kuasi reorganisasi. Jika melihat posisi utang dan kewajiban BNBR yang sangat tinggi, potensi rugi juga sangat mungkin kembali dialami perseroan.
“Investor tentu menanamkan dananya kepada perusahaan yang bisa memberinya laba. Selama itu tidak terpenuhi, tentu investor akan meninggalkan saham emiten tersebut,” kata dia.
Dari jumlah kredit tersebut, bagian kredit yang diterima perusahaan investasi milik keluarga Bakrie sebesar USD193,969 juta atau senilai Rp1,745 triliun. “Pinjaman tersebut memiliki tenor satu tahun yang akan kami gunakan untuk pembayaran kembali (refinancing) utang lama. Jaminannya berupa saham Bumi Plc,”ujar Direktur Keuangan BNBR Eddy Suparno di Jakarta kemarin.
Seperti diketahui, BNBR telah melakukan penjualan 23,8 persen saham Bumi Plc kepada PT Borneo Lumbung Energy Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) senilai USD1 miliar, guna mempercepat pembayaran utang lama terhadap Credit Suisse.
Berdasarkan laporan keuangan BNBR, total utang yang dimiliki perseroan bersama Long Haul Holding kepada Credit Suisse AG Cabang Singapura mencapai USD1,3 miliar atau Rp12,15 triliun yang dijaminkan dengan menggunakan saham Bumi Plc.
Dari utang tersebut,BNBR memiliki fasilitas kredit sebesar USD597 juta,hingga 30 Juni 2011, yang telah digunakan sebesar USD542 juta,dan akan mengalami jatuh tempo pada 2 Maret 2012.
Namun, jatuhnya harga saham Bumi Plc di bursa London secara signifikan, yaitu mencapai 12,42 persen menjadi 8,45 poundsterling pada 4 Oktober 2011, membuat Credit Suisse meminta BNBR melakukan pelunasan lebih awal.
Langkah divestasi Bumi Plc terpaksa dilakukan guna menutup utang tersebut. Pascapenjualan 23,8 persen itu,BNBR masih memiliki saham Bumi Plc, tetapi jumlahnya hanya tersisa 23,8 persen dari 47,6 persen kepemilikan sebelumnya.
Terkait transaksi tersebut, BORN diketahui juga menggunakan pinjaman bank yang berasal dari Standard Chartered Bank senilai USD1 miliar guna membeli saham Bumi Plc.
Uniknya, BORN juga menyertakan saham Bumi Plc yang nantinya akan dimiliki sebagai bagian dari jaminan transaksi utang. Saat ini, lanjut Eddy,BNBR masih menunggu pembayaran transaksi tersebut dilakukan BORN.
Dia berharap transaksi bisa selesai secepatnya. “Kami harapkan (transaksi) bisa selesai minggu ini, sehingga nanti dananya akan digunakan untuk melunasi utang ke Credit Suisse,”katanya.
Menurutnya,transaksi jualbeli antara BNBR dan BORN sebenarnya bisa selesai tahun lalu.Namun karena adanya penundaan dalam pelaksanaan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang hendak dilakukan BORN, transaksi itu tertunda.
BORN baru mendapat persetujuan pemegang saham pada 30 Desember 2011. Saat ini BORN tengah memfinalisasi transaksi baik dengan Standard Chartered maupun BNBR.
Eddy menuturkan tahun ini BNBR fokus dalam pengurangan utang yang dimiliki. Langkah tersebut dilakukan dengan melepas sebagian aset yang dimiliki. Selain menjual sebagian saham Bumi Plc, BNBR juga melepas sebagian saham di PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dan PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) senilai Rp1,51 triliun.
VP Research & analyst PT Valbury Asia Securities Nico Omer mengatakan, aksi gali lubang tutup lubang yang dilakukan BNBR memang merupakan bagian dari strategi perseroan selama ini. Pinjaman yang terlalu besar inilah yang membuat kinerja BNBR tidak berkembang.
Baru-baru ini BNBR juga telah melakukan pembersihan defisit saldo negatif melalui kuasi reorganisasi. Jika melihat posisi utang dan kewajiban BNBR yang sangat tinggi, potensi rugi juga sangat mungkin kembali dialami perseroan.
“Investor tentu menanamkan dananya kepada perusahaan yang bisa memberinya laba. Selama itu tidak terpenuhi, tentu investor akan meninggalkan saham emiten tersebut,” kata dia.
()