BP Migas: Gas Tangguh tak rugikan negara

Selasa, 24 Januari 2012 - 18:20 WIB
BP Migas: Gas Tangguh tak rugikan negara
BP Migas: Gas Tangguh tak rugikan negara
A A A
Sindonews.com - Badan Pelaksana kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menjelaskan proyek kilang LNG Tangguh tidak merugikan negara. Situasi saat lapangan Tangguh akan dikembangkan adalah buyer-market yaitu situasi di mana pembeli yang menentukan harga yang ditawarkan oleh penjual LNG.

Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana mengatakan, Indonesia telah mendapatkan harga yang terbaik untuk ekspor LNG ke provinsi Fujian, China karena kontrak tersebut didapat tanpa melalui tender.

Sebelum mendapatkan kontrak pasokan LNG ke Fujian, Indonesia kalah dalam tender pasokan LNG ke Guangdong dan Taiwan karena harga yang ditawarkan terlalu tinggi saat itu.

“Hitungan pengembangan lapangan migas pada dasarnya adalah hitungan investasi yang ditanam untuk pengembangan suatu lapangan migas. Saat itu harga jual LNG tentu lebih murah dari harga saat ini, karena biaya investasi seperti biaya pembangunan kilang, pengembangan sumur gas, dan lain-lain juga jauh lebih murah dari harga saat ini. Jika dihitung dengan nilai proyek pembangunan kilang LNG saat ini, maka harga pembangunan kilang LNG Tangguh Train-1 dan Train -2 adalah kilang termurah di dunia,” ujarnya dalam keterangan persnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (24/1/2012).

Selain itu, lanjut Gde, ternyata harga rata-rata ekspor gas yang selama ini dianggap murah ternyata masih jauh lebih mahal dari harga gas domestik. Karena itu, lanjutnya, Indonesia butuh perbaikan harga gas domestik untuk menjamin kesinambungan investasi dan mendukung ketersediaan energi domestik.

“Jika disparitas harga terlalu tinggi maka selain penerimaan negara jauh lebih rendah dari seharusnya. Investor tidak mau mengembangkan lapangannya jika harga gasnya dihargai sangat murah. Atau kalaupun lapangan dikembangkan, mereka lalu minta insentif," pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, harga jual rata-rata gas untuk ekspor setidaknya 60 persen lebih tinggi dibandingkan harga jual rata-rata untuk gas domestik. Hal ini membawa penerimaan negara dari ekspor gas bumi jauh melampaui penerimaan negara dari penjualan gas domestik. Harga gas domestik yang sangat murah seringkali membuat KKKS enggan untuk mengembangkan lapangan gasnya untuk memenuhi pasar domestik.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3948 seconds (0.1#10.140)