Berani berwirausaha saat masih muda
A
A
A
Sindonews.com - Terjun menjadi seorang pengusaha di usia muda memang menjadi sebuah pilihan yang sulit. Terkadang terlalu banyak kendala yang dipikirkan, kecenderungan hanya akan membuat seseorang pesimistis untuk berinovasi, kreatif, dan berwirausaha.
Lain halnya dengan Sovina, di usianya yang baru 20 tahun ini sudah berani menjadi pengusaha dengan mengolah produk tradisional menjadi sesuatu yang lebih modern dengan penuh kreativitas. Songket yang awalnya hanya sebuah kain panjang yang merupakan ciri khas masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, ini berhasil dikreasikan menjadi produk tas, sepatu, kalung, dan jilbab.
"Ini kan produk khas Minangkabau yang merupakan daerah asal saya juga, jadi kenapa enggak kita lestarikan aja. Padahal ini sangat unik karena dilihat dari pembuatannya saja secara manual dan produksinya cukup lama untuk satu kain songket namun sangat indah," ungkapnya kepada Sindonews, Sabtu, (28/1/2012).
Usaha ini dimulai kurang lebih satu tahun yang lalu, di mana saat itu Sovina tertarik melanjutkan usaha milik orangtuanya ini dengan memodifikasi produk dan label miliknya sendiri, yaitu Pusaka Accessoris.
Selama satu tahun menjalani bisnis ini, Sovina mengungkapkan omzet yang dihasilkan Rp3 juta per bulan. Harga yang ditawarkan untuk sepasang sendal contohnya, di kisaran Rp350 ribu, tas Rp400 ribu-Rp600 ribu dan kalung Rp120 ribu-Rp300 ribu. Harga biasanya tergantung dari tingkat kesulitan pembuatannya.
Mahasiswi jurusan Sistem Informasi Universitas Putra Indonesia Padang ini mengungkapkan, fokus pemasaran masih berada di kawasan Sumatera Barat dan Jakarta. Sampai saat ini Sovina memanfaatkan toko di Jalan Baruah, Pandai Sikek, Padang Panjang, Sumatera Barat, dan satu toko lagi yang siap bekerja sama untuk memasarkan barangnya di Jakarta.
"Pemasaran kita masih di dua tempat itu saja. Saya lebih mengandalkan kualitas produk pelayanan ke konsumen saja karena saya masih kuliah, sehingga pemasaran masih terbatas. Terkadang saya menawarkan ke teman-teman kuliah dan dosen-dosen yang ada di kampus juga," jelasnya.
Lebih lanjut Sovina mengungkapkan, kendala yang masih dihadapi hingga saat ini adalah pengelolaan sumber daya manusia untuk menjadi pekerja. Karena peminatnya sedikit dan kecenderungan lebih memilih pekerjaan lain dibandingkan memproduksi produk tradisonal tersebut.
"Ya, anak-anak sekarang juga susah untuk diajak bekerja, lebih mementingkan hura-hura dari pada produktif", tuturnya.
Melihat kondisi anak muda sekarang, menurut Sovina masih sangat bisa untuk menciptakan inovasi dan berkreativitas sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
"Kita memiliki banyak produk tradisional yang bisa dikreasikan dan dengan usia yang masih muda dan mampu untuk lebih produktif dan menjadi inspirasi, masa kalah sama ibu-ibu," pungkasnya. (bro)
()