Menu sehat peluang baru usaha kuliner
A
A
A
Sindonews.com - Ingin merasakan sensasi makanan yang lain dari biasanya, Jateng-DIY adalah gudangnya. Di wilayah ini banyak kuliner kreatif.
Bahannya sederhana namun mampu diolah menjadi makanan yang lezat dan sehat. Di Yogyakarta misalnya, ada makanan serba jamur, di Semarang ada menu ceker merdjon yang menonjolkan sensasi pedas. Sementara di Solo ada serba ikan patin yang diklaim mengandung lemak tak jenuh dan omega 3 yang dikenal baik bagi kesehatan. Jamur, siapa yang kenal dengan bahan pangan yang satu ini.
Di Yogyakarta tepatnya di Sleman, salah satu pengenalan makanan yang berbahan dasar jamur ialah Ratidjo. Dia adalah pengusaha sekaligus pembudi daya jamur. Hampir 15 tahun Ratidjo menekuni usaha budi daya jamur dengan puluhan petani jamur binaannya.
Berangkat dari hobinya bertani, Ratidjo mencoba memperkenalkan jamur sebagai salah satu bahan pangan sehat bagi masyarakat.
“Awalnya kami menemui kendala pada pemasaran. Akhirnya kami mulai mencoba menciptakan pasar sendiri dengan mengolah jamur hasil produksi menjadi makanan jadi,” katanya.
Saat itulah Ratidjo bersama sang istri mulai menciptakan beberapa menu yang terbuat dari jamur seperti sate jamur, gudeg jamur, tongseng jamur, dan rendang jamur. Penjualan yang dilakukan keliling dari rumah ke rumah inilah yang menjadi awal berdirinya rumah makan Jejamuran miliknya.
"Semakin hari orang semakin mengenal jamur,” ujarnya. Saat ini dia membudidayakan 20 jenis jamur yang diolah menjadi 20 jenis makanan.
“Masyarakat menengah ke atas saat ini mulai berpikir mengenai bahan makanan yang sehat untuk kehidupan mendatang. Mereka inilah yang menjadi sasaran konsumen jamur kami,” ungkapnya. Untuk mengelola rumah makan jejamuran, Ratidjo menomorsatukan kualitas rasa.
Oleh karena itu, jamur yang digunakan selalu jamur yang baru dipetik dan langsung diolah. Jika sudah memasuki musim liburan, rumah makannya ramai dikunjungi orang.
Setiap hari Ratidjo memerlukan sekitar 600 kg jamur dengan berbagai jenis untuk diolah. Tak hanya lezat dimakan, bermacam jamur yang dibudidayakan oleh Ratidjo ini juga bermanfaat bagi kesehatan. Misalnya, jamur tiram cokelat yang bisa menurunkan kadar kolesterol, jamur shitake untuk menurunkan kadar gula darah dan hipertensi, serta jamur kuping untuk penyakit panas dalam dan anemia.
Di Semarang ada juga menu kuliner kreatif. Bahannya dari ceker (kaki) ayam. Adalah Budi Purwanto yang menggagas menu ceker merdjon. Ceker Merdjon berdiri 1 Mei 2009 di Pujasera Menoreh No 49 Sampangan Semarang.
Budi mengaku awalnya memulai usahanya ini, belum terkonsep secara matang saat membuka salah satu stan di Pujasera. “Menu awal adalah stan siomai dan aneka juice. Namanya pun dahulu masih Raja Siomay dan Juice. Dalam perkembangan selama sebulan perjalanan, ada pemikiran penambahan menu makan berat," ungkapnya.
Kemudian tercetuslah ide untuk menambah menu, yakni ceker merdjon, cumi maupun udang. Saat itu belum banyak warung menyediakan menu makanan pedas yang kini sedang menjamur.
“Kami melihat peluang bisnis kuliner yang menyajikan makanan pedas masih sedikit,” ucapnya. Bagi Anda yang tidak suka makanan pedas tapi ingin mencoba, janganlah khawatir. Sajian di ceker merdjon masih fresh dari kompor.
Begitu konsumen pesan, baru saja dimasak. Disediakan empat pilihan, yakni pedas banget, pedas biasa, sedang, dan tidak pedas sama sekali. “Alhasil, pelanggan yang enggak doyan pedas pun masih bisa menikmati sajian ceker merdjon,” ungkapnya.
Meskipun membuat bibir jontor, cekermerdjon selalu ramai dikunjungi penggemarnya. Dalam satu hari rata-rata dikunjungi 40–50 orang.
Agar pengunjung tidak bosan, variasi menu dikembangkan untuk memanjakan lidah. Menunya juga bervariasi seperti ayam, kepiting, telur, dan tahu tempe merdjon.
Budi mengaku optimistis dengan persaingan bisnis kuliner yang maju pesat. Berbekal nama ceker merdjon, dipandang orang sebagai makanan unik yang membuat orang penasaran mencobanya. Hal ini sudah menjadi daya tarik tersendiri.
Ke depan, menu ceker merdjon diharapkan identik dengan Kota Semarang. Jejaring sosial tak luput dimanfaatkan untuk mempopulerkan menu ceker merdjon. “Melalui facebook dan twitter, menu ceker merdjon terus dishare di dunia maya agar masyarakat dari kota lain mencoba menu ini,” ungkapnya.
Bagi Anda yang mengutamakan masakan sehat, menu serba ikan patin ala The LHM’s Restaurant di Jalan Dr Rajiman No 200 Serengan Solo ini juga wajib dicoba.
Ikan patin ternyata mengandung lemak tak jenuh dan omega 3 tinggi yang dapat menambah kecerdasan para penikmatnya. Owner Palmyra The LHM’s Restaurant Suharto menjelaskan, ikan patin memiliki kandungan protein yang sangat tinggi dan lebih bagus dibandingkan dengan ikan tipe serupa lainnya. Dia melihat pangsa pasar yang ada di masyarakat, terutama Kota Solo terbuka lebar untuk memasarkan ikan patin.
”Awalnya kita sering mengirim stok ikan patin ke restoran-restoran yang ada di Solo dan sekitarnya, namun saya berpendapat mengapa tidak membuka restoran sendiri saja,” katanya.
Public Relations Manager Wening Damayanti mengatakan, setidaknya ada sekitar 60 menu varian makanan, seperti ikan patin bakar, patin lada hitam, bimo bungkus yaitu patin yang dibalut dengan goresan kremes, yin yang yaitu ikan patin fillet yang dipadukan dengan saus lemon dan potato.
Ada juga sosis patin, bakso patin, hingga keripik kulit patin menjadi menu favorit bagi para pencinta kuliner. Harganya pun sangat terjangkau, mulai dari Rp10.000 hingga Rp65.000 per porsinya.
”Pelanggan dapat memilih sendiri ikan patin segar yang masih hidup untuk dimasak,” ujarnya. Salah satu pengunjung restonya, Nanda, 20, mengatakan, sekilas bakso ikan patin ini mirip dengan bakso ikan tenggiri.
Rasanya juga tidak kalah enak dengan bakso daging atau ikan lainnya. ”Mirip dengan bakso tenggiri, tetapi ternyata rasanya lumayan enak juga. Harganya pun terjangkau,” ucapnya.
Menurut pengamat kuliner dari Solo, Suraji, banyaknya kuliner kreatif seperti menu serba ikan patin dapat membantu masyarakat memilih berbagai macam olahan makanan yang sehat dan dimodifikasi dengan baik.
”Makin banyak menu sehat yang bisa menjadi pilihan masyarakat,” kata dosen Food Product Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Sahid Surakarta ini. (ank)
Bahannya sederhana namun mampu diolah menjadi makanan yang lezat dan sehat. Di Yogyakarta misalnya, ada makanan serba jamur, di Semarang ada menu ceker merdjon yang menonjolkan sensasi pedas. Sementara di Solo ada serba ikan patin yang diklaim mengandung lemak tak jenuh dan omega 3 yang dikenal baik bagi kesehatan. Jamur, siapa yang kenal dengan bahan pangan yang satu ini.
Di Yogyakarta tepatnya di Sleman, salah satu pengenalan makanan yang berbahan dasar jamur ialah Ratidjo. Dia adalah pengusaha sekaligus pembudi daya jamur. Hampir 15 tahun Ratidjo menekuni usaha budi daya jamur dengan puluhan petani jamur binaannya.
Berangkat dari hobinya bertani, Ratidjo mencoba memperkenalkan jamur sebagai salah satu bahan pangan sehat bagi masyarakat.
“Awalnya kami menemui kendala pada pemasaran. Akhirnya kami mulai mencoba menciptakan pasar sendiri dengan mengolah jamur hasil produksi menjadi makanan jadi,” katanya.
Saat itulah Ratidjo bersama sang istri mulai menciptakan beberapa menu yang terbuat dari jamur seperti sate jamur, gudeg jamur, tongseng jamur, dan rendang jamur. Penjualan yang dilakukan keliling dari rumah ke rumah inilah yang menjadi awal berdirinya rumah makan Jejamuran miliknya.
"Semakin hari orang semakin mengenal jamur,” ujarnya. Saat ini dia membudidayakan 20 jenis jamur yang diolah menjadi 20 jenis makanan.
“Masyarakat menengah ke atas saat ini mulai berpikir mengenai bahan makanan yang sehat untuk kehidupan mendatang. Mereka inilah yang menjadi sasaran konsumen jamur kami,” ungkapnya. Untuk mengelola rumah makan jejamuran, Ratidjo menomorsatukan kualitas rasa.
Oleh karena itu, jamur yang digunakan selalu jamur yang baru dipetik dan langsung diolah. Jika sudah memasuki musim liburan, rumah makannya ramai dikunjungi orang.
Setiap hari Ratidjo memerlukan sekitar 600 kg jamur dengan berbagai jenis untuk diolah. Tak hanya lezat dimakan, bermacam jamur yang dibudidayakan oleh Ratidjo ini juga bermanfaat bagi kesehatan. Misalnya, jamur tiram cokelat yang bisa menurunkan kadar kolesterol, jamur shitake untuk menurunkan kadar gula darah dan hipertensi, serta jamur kuping untuk penyakit panas dalam dan anemia.
Di Semarang ada juga menu kuliner kreatif. Bahannya dari ceker (kaki) ayam. Adalah Budi Purwanto yang menggagas menu ceker merdjon. Ceker Merdjon berdiri 1 Mei 2009 di Pujasera Menoreh No 49 Sampangan Semarang.
Budi mengaku awalnya memulai usahanya ini, belum terkonsep secara matang saat membuka salah satu stan di Pujasera. “Menu awal adalah stan siomai dan aneka juice. Namanya pun dahulu masih Raja Siomay dan Juice. Dalam perkembangan selama sebulan perjalanan, ada pemikiran penambahan menu makan berat," ungkapnya.
Kemudian tercetuslah ide untuk menambah menu, yakni ceker merdjon, cumi maupun udang. Saat itu belum banyak warung menyediakan menu makanan pedas yang kini sedang menjamur.
“Kami melihat peluang bisnis kuliner yang menyajikan makanan pedas masih sedikit,” ucapnya. Bagi Anda yang tidak suka makanan pedas tapi ingin mencoba, janganlah khawatir. Sajian di ceker merdjon masih fresh dari kompor.
Begitu konsumen pesan, baru saja dimasak. Disediakan empat pilihan, yakni pedas banget, pedas biasa, sedang, dan tidak pedas sama sekali. “Alhasil, pelanggan yang enggak doyan pedas pun masih bisa menikmati sajian ceker merdjon,” ungkapnya.
Meskipun membuat bibir jontor, cekermerdjon selalu ramai dikunjungi penggemarnya. Dalam satu hari rata-rata dikunjungi 40–50 orang.
Agar pengunjung tidak bosan, variasi menu dikembangkan untuk memanjakan lidah. Menunya juga bervariasi seperti ayam, kepiting, telur, dan tahu tempe merdjon.
Budi mengaku optimistis dengan persaingan bisnis kuliner yang maju pesat. Berbekal nama ceker merdjon, dipandang orang sebagai makanan unik yang membuat orang penasaran mencobanya. Hal ini sudah menjadi daya tarik tersendiri.
Ke depan, menu ceker merdjon diharapkan identik dengan Kota Semarang. Jejaring sosial tak luput dimanfaatkan untuk mempopulerkan menu ceker merdjon. “Melalui facebook dan twitter, menu ceker merdjon terus dishare di dunia maya agar masyarakat dari kota lain mencoba menu ini,” ungkapnya.
Bagi Anda yang mengutamakan masakan sehat, menu serba ikan patin ala The LHM’s Restaurant di Jalan Dr Rajiman No 200 Serengan Solo ini juga wajib dicoba.
Ikan patin ternyata mengandung lemak tak jenuh dan omega 3 tinggi yang dapat menambah kecerdasan para penikmatnya. Owner Palmyra The LHM’s Restaurant Suharto menjelaskan, ikan patin memiliki kandungan protein yang sangat tinggi dan lebih bagus dibandingkan dengan ikan tipe serupa lainnya. Dia melihat pangsa pasar yang ada di masyarakat, terutama Kota Solo terbuka lebar untuk memasarkan ikan patin.
”Awalnya kita sering mengirim stok ikan patin ke restoran-restoran yang ada di Solo dan sekitarnya, namun saya berpendapat mengapa tidak membuka restoran sendiri saja,” katanya.
Public Relations Manager Wening Damayanti mengatakan, setidaknya ada sekitar 60 menu varian makanan, seperti ikan patin bakar, patin lada hitam, bimo bungkus yaitu patin yang dibalut dengan goresan kremes, yin yang yaitu ikan patin fillet yang dipadukan dengan saus lemon dan potato.
Ada juga sosis patin, bakso patin, hingga keripik kulit patin menjadi menu favorit bagi para pencinta kuliner. Harganya pun sangat terjangkau, mulai dari Rp10.000 hingga Rp65.000 per porsinya.
”Pelanggan dapat memilih sendiri ikan patin segar yang masih hidup untuk dimasak,” ujarnya. Salah satu pengunjung restonya, Nanda, 20, mengatakan, sekilas bakso ikan patin ini mirip dengan bakso ikan tenggiri.
Rasanya juga tidak kalah enak dengan bakso daging atau ikan lainnya. ”Mirip dengan bakso tenggiri, tetapi ternyata rasanya lumayan enak juga. Harganya pun terjangkau,” ucapnya.
Menurut pengamat kuliner dari Solo, Suraji, banyaknya kuliner kreatif seperti menu serba ikan patin dapat membantu masyarakat memilih berbagai macam olahan makanan yang sehat dan dimodifikasi dengan baik.
”Makin banyak menu sehat yang bisa menjadi pilihan masyarakat,” kata dosen Food Product Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Sahid Surakarta ini. (ank)
()