Target pembangunan rumah di Jateng naik tipis

Senin, 06 Februari 2012 - 11:51 WIB
Target pembangunan rumah...
Target pembangunan rumah di Jateng naik tipis
A A A
Sindonews.com – Real Estate Indonesia (REI) tahun ini mencoba realistis dalam menetapkan target pembangunan rumah. Mengingat kebijakan pemerintah belum all out mendukung pengadaan rumah.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) REI Jawa Tengah (Jateng) tahun ini hanya mematok target pembangunan rumah di provinsi ini sebanyak 12 ribu unit. Jumlah ini naik tipis dibanding realisasi tahun lalu. Tahun lalu, REI merealisasikan pembangunan rumah sebanyak 11.169 unit. Dengan rincian 7.483 unit rumah tipe bawah, 3.343 unit rumah tipe menengah, dan 343 unit rumah mewah.

Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan DPD REI Jateng Djoko Santoso mengatakan kebijakan yang mengganjal pembangunan perumahan adalah ketentuan mengenai batas luas rumah sejahtera tapak minimal 36 meter persegi. Ketentuan itu sulit diterapkan di lapangan karena daya beli masyarakat berpenghasilan rendah hanya mampu menjangkau harga rumah di bawah tipe 36.

Di sisi lain, pengembang tidak sanggup menekan harga hingga di bawah Rp100 juta/ unit demi memenuhi kualitas bangunan.“Karena itu, target kami tidak begitu besar dibanding tahun lalu karena berbagai kendala yang kami hadapi,” ujar Djoko kemarin.

Kendala lainnya,lanjut dia, adalah aturan yang mewajibkan konsumen pembeli rumah mewah senilai lebih dari Rp500 juta untuk melapor ke Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

Kewajiban itu akan mengganggu permintaan karena konsumen enggan membeli rumah di atas Rp500 juta. “Sekarang rumah dengan harga Rp500 juta itu paling tipe rumah menengah. Kami berharap angkanya dinaikkan jadi Rp1 miliar,jangan Rp500 juta,” pinta Djoko. Dengan berbagai kendala itu, DPD REI Jateng tahun ini hanya menargetkan pembangunan sebanyak 12 ribu unit.

Di mana rinciannya adalah 7.900 unit rumah tipe bawah, 3.500 unit rumah tipe menengah, dan sisanya rumah tipe mewah. Begitu juga secara nasional, REI juga tidak ambisius dalam mematok target pembangunan rumah.

Ketua Badan Diklat DPP REI Sudjadi menuturkan secara umum jika dalam satu tahun organisasi mampu membangun 120.000 unit secara nasional, maka awal tahun ini pasokan akan berkurang 10 ribu unit selama penghentian program Fasilitas Likuiditas Pemilikan Perumahan (FLPP).

Belum adanya dukungan perbankan dalam memberikan suku bunga juga menjadi kendala pertumbuhan pengadaan rumah. Dikatakan,saat ini suku bunga Kredit Perumahan Rakyat (KPR) di Indonesia adalah yang termahal di Asia Tenggara. Dia mencontohkan,suku bunga kredit rumah bersubsidi di Malaysia hanya 2,5 persen. Sedangkan suku bunga komersial hanya sekitar tujuh persen

Menanggapi Bank BTN yang mempertimbangkan ikut kembali dalam program FLPP atau tidak, Sudjadi mengaku tidak khawatir.Kendati selama ini bank BUMN itu menjadi pemimpin pasar dalam pembiayaan perumahan.

“Patah tumbuh, hilang berganti. Pemimpin saja bisa berganti. Jangan khawatir. Tidak mungkin negara ini bergantung (pada satu bank),”tandasnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7750 seconds (0.1#10.140)