Dicari, ikon kuliner wisata Indonesia
A
A
A
Sindonews.com - Kalau bicara pariwisata, potensi Indonesia sangat besar. Dalam peta daya saing dibandingkan 139 negara lain di dunia, Indonesia menempati rangking keempat bila ditilik dari kompetisi harga.
Premis itu dikemukakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu dalam keynote speaker-nya pada sesi seminar di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) II di Ballroom Grand Clarion Hotel, Makassar, Jumat (10/2/2012).
Saat ini salah satu prioritas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dipaparkan Mari, ialah mencari ikon kuliner bagi pariwisata Indonesia. "Apakah itu rendang atau nasi goreng akan kita jadikan ikon kuliner untuk pariwisata kita," kata dia.
Namun Mari memperingatkan, adanya faktor kontraproduktif bagi pariwisata. "Pola turisme dunia (selalu seragam) bila di satu destinasi ada bom atau SARS (wabah penyakit tertentu), maka angka kunjungan pun langsung anjlok," urai Mari.
Rakernas PHRI di Makassar berlangsung dua hari, 9-10 Februari 2012, diikuti 27 badan pengurus daerah se-Indonesia dan dihadiri lebih 500 peserta. Mengambil tema "Penguatan peran PHRI dalam membangun daerah untuk kemajuan ekonomi nasional", rangkaian Rakernas ditautkan perayaan ulang tahun PHRI ke-43 yang diwarnai prosesi potong tumpeng.
Di tempat yang sama, Ketua Umum PHRI Yanti Sukamdani menyebutkan PHRI dari sektor hotel dan restoran menyumbang pajak negara sebesar Rp50 triliun pada 2010 dan selalu menempati posisi lima besar pembayar pajak di Indonesia. "Di kota Makassar sendiri, sektor hotel dan restoran menyumbang pajak Rp50 miliar tahun lalu," imbuh ketua PHRI Sulsel, Anggiat Sinaga.
Pembukaan Rakernas PHRI kali ini ditandai pula dengan dianugerahkannya penghargaan PHRI kepada Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo. "Pariwisata sendiri di Indonesia memiliki kontribusi di nomor lima dibandingkan sektor ekspor yang lain," tandas Mari Pangestu.
Premis itu dikemukakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu dalam keynote speaker-nya pada sesi seminar di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) II di Ballroom Grand Clarion Hotel, Makassar, Jumat (10/2/2012).
Saat ini salah satu prioritas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dipaparkan Mari, ialah mencari ikon kuliner bagi pariwisata Indonesia. "Apakah itu rendang atau nasi goreng akan kita jadikan ikon kuliner untuk pariwisata kita," kata dia.
Namun Mari memperingatkan, adanya faktor kontraproduktif bagi pariwisata. "Pola turisme dunia (selalu seragam) bila di satu destinasi ada bom atau SARS (wabah penyakit tertentu), maka angka kunjungan pun langsung anjlok," urai Mari.
Rakernas PHRI di Makassar berlangsung dua hari, 9-10 Februari 2012, diikuti 27 badan pengurus daerah se-Indonesia dan dihadiri lebih 500 peserta. Mengambil tema "Penguatan peran PHRI dalam membangun daerah untuk kemajuan ekonomi nasional", rangkaian Rakernas ditautkan perayaan ulang tahun PHRI ke-43 yang diwarnai prosesi potong tumpeng.
Di tempat yang sama, Ketua Umum PHRI Yanti Sukamdani menyebutkan PHRI dari sektor hotel dan restoran menyumbang pajak negara sebesar Rp50 triliun pada 2010 dan selalu menempati posisi lima besar pembayar pajak di Indonesia. "Di kota Makassar sendiri, sektor hotel dan restoran menyumbang pajak Rp50 miliar tahun lalu," imbuh ketua PHRI Sulsel, Anggiat Sinaga.
Pembukaan Rakernas PHRI kali ini ditandai pula dengan dianugerahkannya penghargaan PHRI kepada Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo. "Pariwisata sendiri di Indonesia memiliki kontribusi di nomor lima dibandingkan sektor ekspor yang lain," tandas Mari Pangestu.
()