Wisata Yogya masih di bawah kendali Bali

Selasa, 14 Februari 2012 - 10:22 WIB
Wisata Yogya masih di...
Wisata Yogya masih di bawah kendali Bali
A A A
Sindonews.com – Pengembangan pariwisata di Yogyakarta hingga kini sulit optimal. Pemicunya pengelolaan wisata di daerah ini masih didominasi agen-agen wisata dari Bali.

Kondisi ini semakin berat dengan terbatasnya fasilitas yang dimiliki Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Soal dominasi agen Bali ini diakui Ketua DPD Association of the Indonesia Tour and Travel (ASITA) DIY Edwin Ismed Himna. Menurut Ismed, mayoritas wisatawan mancanegara di Indonesia berasal dari Eropa dengan tujuan utama Pulau Bali. Objek wisata di Yogyakarta pun belum setenar yang dimiliki Bali.

Dari pengamatannya selama ini, para wisatawan yang datang menggunakan pesawat umumnya turun di Denpasar atau di Jakarta.Kondisi Bandara Adisutjipto yang mengalami keterbatasan runway menjadi kendala bagi pengembangan wisatawan.Barulah dari Jakarta dan Bali, mereka biasanya terbang ke Yogyakarta. “Bandara menjadi akses penting bagi wisatawan,” tuturnya, saat melakukan audiensi dengan Komisi B DPRD DIY,kemarin.

Perlu adanya kejelasan rencana dan tahapan pembangunan bandara baru di Yogyakarta. Menurutnya, lama tinggal wisatawan di Kota Gudeg juga hanya sekitar satu hari (one day trip). Mereka datang dari Bali pada pagi hari dan akan kembali menggunakan penerbangan terakhir. Ini tidak lepas dari kemampuan agen wisata di Bali dalam melakukan monopoli wisatawan.

Terkesan wisata di Yogyakarta masih di bawah kendali para agen di Bali. “Yogyakarta masih terkesan sebagai kaki tangan Bali,” tambahnya. Atas kondisi ini, ASITA yang menaungi seitar 150 agen wisata resmi membutuhkan regulasi berupa peraturan daerah (perda) dalam menangani wisatawan. Apalagi tingkat pertumbuhan hotel di Yogyakarta terus meningkat.

Jika tidak ada regulasi, dikhawatirkan akan muncul persaingan yang kurang sehat. Terlebih belakangan muncul agen wisata ilegal dalam menangani pariwisata. Dengan berbekal penawaran secara online agen wisata ilegal ini melakukan praktik layaknya agen pariwisata. Dengan melakukan penawaran kunjungan yang sama, mereka memainkan harga lebih murah. Praktis agen resmi kesulitan dalam permainan harga.

Tidak sedikit turis yang telantar karena tidak dijemput ketika turun di bandara. Padahal mereka telanjur membayar biaya akomodasi. “Kondisi ini akan memperburuk citra Yogyakarta sebagai kota wisata,” tandas Edwin. Keberadaan agen wisata juga terbebani sistem penerbangan di Indonesia,yakni kewajiban melakukan deposit untuk kebutuhan tiket penerbangan.

Dia mencontohkan beberapa maskapai bangkrut dan bubar, sementara banyak deposit yang sulit tertagih. Suhaili, turis asal Brunei Darussalam mengakui belum mengetahui banyak soal potensi wisata di Yogyakarta. Dia mengaku sangat ingin berkunjung ke Yogyakarta dan sekitarnya, namun sayangnya akses penerbangan tidak semudah seperti jika ke Jakarta atau Bali.

“Tahun depan kami ajak murid-murid kami ke Bali dan Jawa Timur, jika memungkinkan tahun berikutnya kami coba ke Yogyakarta. Saya tahu di Yogya terkenal keistimewaannya dan batik,” ujar guru olahraga sebuah SMP di Kampung Sungai Buluh, Brunei ini.

Wakil Ketua Bidang Organisasi ASITA DIY Edi Purnomo mengatakan perlu kerja sama yang baik dengan semua pihak untuk pengembangan wisata Yogya sebagai tujuan wisata terkenal di Asia Tenggara.

Ketua DPRD DIY Yoeke Agung Indra Laksana menyatakan, saat ini sedang disusun rancangan perda mengenai Rencana Induk Pariwisata Daerah (Riparda) sampai 2025. Untuk bandara, tahun ini akan dilakukan penambahan runway sekitar 300 meter. Sedangkan untuk lokasi baru di Kulonprogo dan Bantul masih dalam kajian. Ketua Pansus Riparda Ahmad Sumiyanto, mengatakan ukuran kesuksesan pariwisata ada tiga, yakni jumlah kunjungan, masa tinggal dan kemampuan berbelanja.

Pada raperda ini akan dibagi dalam tiga tahapan dengan visi yang sudah ditentukan. “Butuh komitmen bersama untuk mewujudkan visi menjadikan Yogyakarta sebagai pusat pariwisata yang terkenal di Asia Tenggara,” tegasnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0680 seconds (0.1#10.140)