Thailand diharapkan tingkatkan investasi petrokimia

Rabu, 15 Februari 2012 - 09:40 WIB
Thailand diharapkan...
Thailand diharapkan tingkatkan investasi petrokimia
A A A
Sindonews.com – Pemerintah Indonesia berharap negeri Gajah Putih, Thailand, bisa meningkatkan investasi di sektor petrokimia nasional. Saat ini industri petrokimia di negara tersebut terbilang lebih unggul ketimbang industri serupa di dalam negeri.

”Saya harap, Thailand bisa memindahkan industri petrokimia ke Indonesia. Kami menginginkan Thailand bisa menambah investasi di sektor petrokimia di Indonesia karena mereka unggul di sektor itu,” kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di Jakarta kemarin.

Selain petrokimia, Thailand diakui masih lebih unggul di sektor automotif dan pertanian. Sekjen Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (INAplas) Fajar Budiyono mengatakan, Indonesia sebenarnya pernah unggul di sektor petrokimia di tingkat Asia Tenggara pada tahun 1985.

Namun, industri ini terus mengalami penurunan di tahun 1995 hingga 2005. Sebaliknya, dalam periode itu sektor petrokimia Thailand, Singapura, dan Malaysia terus meningkat. Fajar menyebutkan, total kapasitas produksi petrokimia di Thailand saat ini adalah tiga juta ton per tahun.Sedangkan, Indonesia baru mencapai 1,5 juta ton per tahun. Padahal, kebutuhan petrokimia Thailand hanya sekitar dua juta ton. Jumlah itu masih di bawah kebutuhan Indonesia yang mencapai tiga juta ton.

Industri petrokimia di Thailand, kata dia, bisa berkembang pesat karena terintegrasi dari hulu sampai hilir. Selain itu, Pemerintah Thailand juga memberi dukungan secara penuh pada industri petrokimianya. ”Jadi, sektor petrokimia di Thailand, mulai dari iklim industri, infrastruktur, hingga ketersediaan lahan, semuanya didukung oleh pemerintahnya,” ungkapnya.

Saat ini, kata dia, setidaknya ada dua pemain besar di sektor petrokimia Thailand yakni Siam Cement Group (SCG) dan PTT Public Company Limited. SCG, sudah berinvestasi di Indonesia melalui kerja sama dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) untuk mengembangkan serta meningkatkan kapasitas crackernafta dari 1,6 juta ton menjadi 2,6 juta ton.

”Setelah bencana banjir Thailand, mereka mempertimbangkan untuk berinvestasi di negara yang paling dekat yakni Indonesia. Itu investasi baru. Korea dan China juga sedang melirik untuk berinvestasi di petrokimia kita,” paparnya.

Fajar menuturkan, investasi di sektor petrokimia nasional memiliki potensi yang cukup besar. Dia mencontohkan, untuk membangun satu kilang petrokimia membutuhkan dana investasi sekitar USD8 miliar. ”Potensinya masih besar sekali. Terutama, dengan pemberian fasilitas tax allowance dan tax holiday itu membantu sekali. Meski, implementasi pemberian insentif itu masih belum lancar,” tuturnya.

Dia menambahkan, peningkatan investasi di sektor petrokimia juga harus diikuti dengan pengawasan impor barang-barang plastik yang saat ini didominasi dari China. Sektor petrokimia Indonesia mulai kembali bangkit pada 2008. Kebangkitan itu didorong oleh pembangunan sejumlah proyek petrokimia baru. Fajar mengatakan, pihaknya kini telah mengusulkan roadmap mengenai pengembangan sektor petrokimia.

Di antaranya, usulan agar PT Pertamina (Persero) bisa membangun kilang bahan bakar sekaligus petrokimia. Apabila hal itu bisa direalisasikan, maka kebutuhan Nafta di dalam negeri sebesar 3,6 juta ton di 2015 diharapkan bisa terpenuhi secara bertahap.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0481 seconds (0.1#10.140)