Mendulang untung dari bisnis aksesoris

Jum'at, 17 Februari 2012 - 10:05 WIB
Mendulang untung dari...
Mendulang untung dari bisnis aksesoris
A A A


Sindonews.com - Deretan aksesoris cantik tertata rapi di salah satu stan peserta Pasar Indonesia Goes to Mall, yang diselenggarakan Bank Mandiri di Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat, pekan lalu.

Dibantu anak dan seorang karyawan, Nurhayati, sang pemilik stan sibuk menata jualannya yang terdiri atas aksesoris, seperti peniti juntai, cincin, gelang, kalung, dan baju wanita. Selanjutnya dengan terampil, ibu tiga anak itu menyematkan peniti juntai batu sebagai aksesoris pemanis jilbab pada manekin.

Kurang dari lima menit, Nurhayati berhasil mengubah penampilan manekin menjadi sosok wanita berjilbab nan gaya. Tak dapat dipungkiri, tren jilbab dewasa ini semakin berkembang, mulai dari model klasik hingga modern. Tren aksesoris jilbab itulah yang menjadi pintu masuk bisnis bagi Nurhayati. Semula ia membuat peniti juntai sebagai aksesoris jilbab hanya untuk keperluan sendiri dan sebagai pengisi waktu luang di rumah.

Berbeda dengan peniti biasa, peniti juntai dilengkapi bahan kristal swarovski atau batu-batu alam mini lainnya yang disusun hingga menjuntai sepanjang 7-12 sentimeter. Saat ada acara seperti arisan, resepsi atau acara resmi lainnya, Nurhayati dengan percaya diri mengenakan produk buatannya itu. Tanpa dinyana, teman-temannya banyak yang suka dan akhirnya minta dibuatkan aksesoris serupa.

“Karena banyak permintaan dari teman-teman, saya makin sering bikin peniti juntai,” ujarnya.

Menyadari potensi bisnis aksesoris, Nurhayati pun kian bersemangat menambah variasi produknya. Tahun 2009, ia mengikuti kursus pembuatan bros batu wire. Aksesoris ini dikenal dengan sebutan wire lantaran terbuat dari bahan batu alam, seperti kristal swarovski dan batu akik yang dililit kawat (wire) tembaga keemasan.

Lilitan kawat ini didesain sedemikian rupa dan variatif, sehingga hasil akhirnya adalah bros wire yang unik dan elegan.

“Bros batu wire ini bisa dipakai sebagai aksesoris pelengkap busana dan jilbab, atau untuk liontin,” ucapnya.

Dengan dua produk andalannya, yaitu peniti juntai dan bros batu wire, Nurhayati mulai gencar mempromosikan produknya. Antara lain dengan mengikuti pameran di Mal Bekasi Square pada 2009. Selepas pameran, Nurhayati memutuskan berjualan aksesoris dengan menyewa sebuah counter di mal tersebut.

Untuk peniti juntai, Nurhayati mematok harga Rp25 ribu-Rp50 ribu, sedangkan harga bros batu wire berkisar

Rp75 ribu-Rp200 ribu. Selain kedua produk handmade itu, ia juga menambah koleksi produknya dengan kalung, gelang, cincin dan baju wanita.

Untuk membantu operasional usaha, Nurhayati mempekerjakan dua karyawan. “Dalam sehari, omzet yang saya dapat di counter sekitar Rp500 ribu-Rp1juta,” bebernya.

Untuk lebih mengembangkan usaha, pada Juli 2011, Nurhayati pun menjalin kemitraan dengan Bank Mandiri dan mendapat pinjaman Program Kemitraan. Dana tersebut dimanfaatkan untuk membeli bahan baku dan menambah koleksi usahanya.

Baru tiga bulan menjadi Mitra Binaan, Bank Mandiri langsung mengajak Nurhayati ikut pameran. “Sudah dua kali ini saya ikut pameran bersama Bank Mandiri,” ungkapnya.

Mengawali usaha dengan hanya modal Rp5juta, Nurhayati kini bisa meraup omzet sekitar Rp16 juta-Rp26 juta per bulan. Jika ada pameran, omzet bisa meningkat sampai Rp28juta per bulan.

Selain penjualan langsung, setiap bulan Nurhayati juga mendapat pemasukan dari para resellernya. Biasanya resellermemesan atau membeli produk buatannya untuk kemudian dijual lagi. Namun saat ini, produk bros batu wire kreasi Nurhayati sudah banyak ditiru dan pemain bisnis aksesoris seperti miliknya juga semakin banyak.

Untuk bertahan di tengah persaingan, kunci utamanya adalah terus berinovasi. Setiap minggu, Nurhayati menciptakan model-model bros wire baru. Uniknya dalam menciptakan wire model baru, Nurhayati tidak pernah mencari referensi di buku atau majalah, melainkan mengandalkan feeling.

Menurut Nurhayati, untuk membuat kreasi desain model wire, unsur ketelitian dan feeling harus kuat. Itulah sebabnya, meski dibantu dua karyawan dan tiga anaknya yang masih remaja, Nurhayati menciptakan produk bros wire dengan kedua tangannya sendiri.

Dalam sehari, rata-rata ia membuat dua atau tiga bros batu wire. “Asal sudah tahu metode dasarnya, kita bisa mengembangkan sendiri desainnya,” ujarnya.

Pasar Indonesia Goes to Mall

Demi mendukung perkembangan usaha Mitra Binaan, seperti Nurhayati, Bank Mandiri menggelar pameran Pasar Indonesia Goes to Mall. Pameran yang telah di-launching di Cilandak Town Square pada tanggal 8–11 Desember 2011 ini, merupakan bagian dari komitmen Bank Mandiri untuk memajukan UMKM dan kewirausahaan di Indonesia.
Selain Cilandak Townsquare 8–11 Desember 2011 dan Mal Taman Anggrek 8–12 Februari 2012, saat ini sedang berlangsung Pasar Indonesia Goes to Mall di Margocity Depok.

Acara berlangsung selama empat hari dari tanggal 16–19 Februari 2012. Bulan depan Pasar Indonesia Goes to Mall akan digelar di Kelapa Gading Mall dari tanggal 15 – 18 Maret 2012. PesertaPasar Indonesia Goes to Mall merupakan Mitra Binaan dan Wirausaha Muda Mandiri binaan Bank Mandiri.

Mereka menggelar berbagai jenis produk, seperti kain batik dan tenun, busana muslim, aksesoris dan perhiasan, handycraft dan houseware product, kerajinan sepatu dan sandal, serta fashion batik.

Selama acara, selain berkunjung ke pameran, pengunjung dapat mengikuti talkshow dan workshop menarik antara lain, fengshui untuk bisnis, fotografi, making cute handycraft, dan masih banyak lagi.

Selain itu juga ada lomba liputan Pasar Indonesia via Twitter @wrausahamandiri yang berhadiah Samsung Galaxy Note. Pasar Indonesia Goes to Mall terbuka untuk masyarakat umum dan tanpa dipungut biaya. (bro)

Inda Susanti
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0529 seconds (0.1#10.140)