Kondisi cuaca, produksi kerupuk merosot 30%
A
A
A
Sindonews.com – Produksi kerupuk di sentra industri kerupuk Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu mengalami penurunan sebesar 30 persen akibat kondisi cuaca.
Puluhan pengusaha kerupuk mengaku, mereka tidak bisa memproduksi secara maksimal sejak sebulan terakhir. Sebab, proses pengeringan yang seharusnya bisa dilakukan selama dua hari selalu terganggu dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi.
H Saein, 45, pengusaha kerupuk di Blok Dukuh,Desa Kenanga, mengatakan penurunan produksi kerupuk bukan disebabkan dari penurunan stok bahan baku, tapi akibat proses pengeringan yang terhambat dengan cuaca.
“Proses pengeringan masih dilakukan secara tradisional. Biasanya untuk mengeringkan kerupuk dengan penjemuran sinar matahari hanya membutuhkan dua sampai dengan tiga hari saja.Tapi, saat ini bisa memakan waktu hingga empat hari,” kata dia.
Proses pengeringan secara tradisional memang masih menjadi andalan utama pengrajin kerupuk di sentra industri tersebut. Meski beberapa pengusaha telah memiliki mesin pengering (blower),namun kapasitasnya masih sangat terbatas.“Memang ada mesin untuk proses pengeringan namun kapasitasnya terbatas,” ungkapnya.
Dalam satu bulan, pengrajin kerupuk bisa memproduksi puluhan ton kerupuk yang dijual ke sejumlah kota besar di Indonesia. Namun, karena kondisi cuaca, jumlah produksi mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Selama ini pemasaran kerupuk dilakukan di sejumlah daerah seperti Jakarta; Surabaya; Lampung bahkan sejumlah provinsi di Kalimantan dan Sulawesi. “Biasanya ada agen besar yang datang sendiri ke pabrik,namun ada juga yang kami kirim langsung sebagai agen pemasaran tetap,” tambah dia.
Sejumlah pengusaha kerupuk di Blok Dukuh, Desa Kenanga mengaku,naiknya harga bahan baku juga berimbas pada kenaikan harga hasil produksi. Semula harganya per kilonya mencapai Rp23 ribu, kini menjadi Rp25 ribu/kg. Kaswita, pengusaha kerupuk lainnya, mengakui hal tersebut.
Menurut dia, kenaikan harga bahan baku membuat sejumlah pengrajin juga ikut menaikkan harga jual.“Kalau harga jual tidak dinaikkan, kami tidak akan mendapatkan keuntungan,” tandas dia.
Puluhan pengusaha kerupuk mengaku, mereka tidak bisa memproduksi secara maksimal sejak sebulan terakhir. Sebab, proses pengeringan yang seharusnya bisa dilakukan selama dua hari selalu terganggu dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi.
H Saein, 45, pengusaha kerupuk di Blok Dukuh,Desa Kenanga, mengatakan penurunan produksi kerupuk bukan disebabkan dari penurunan stok bahan baku, tapi akibat proses pengeringan yang terhambat dengan cuaca.
“Proses pengeringan masih dilakukan secara tradisional. Biasanya untuk mengeringkan kerupuk dengan penjemuran sinar matahari hanya membutuhkan dua sampai dengan tiga hari saja.Tapi, saat ini bisa memakan waktu hingga empat hari,” kata dia.
Proses pengeringan secara tradisional memang masih menjadi andalan utama pengrajin kerupuk di sentra industri tersebut. Meski beberapa pengusaha telah memiliki mesin pengering (blower),namun kapasitasnya masih sangat terbatas.“Memang ada mesin untuk proses pengeringan namun kapasitasnya terbatas,” ungkapnya.
Dalam satu bulan, pengrajin kerupuk bisa memproduksi puluhan ton kerupuk yang dijual ke sejumlah kota besar di Indonesia. Namun, karena kondisi cuaca, jumlah produksi mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Selama ini pemasaran kerupuk dilakukan di sejumlah daerah seperti Jakarta; Surabaya; Lampung bahkan sejumlah provinsi di Kalimantan dan Sulawesi. “Biasanya ada agen besar yang datang sendiri ke pabrik,namun ada juga yang kami kirim langsung sebagai agen pemasaran tetap,” tambah dia.
Sejumlah pengusaha kerupuk di Blok Dukuh, Desa Kenanga mengaku,naiknya harga bahan baku juga berimbas pada kenaikan harga hasil produksi. Semula harganya per kilonya mencapai Rp23 ribu, kini menjadi Rp25 ribu/kg. Kaswita, pengusaha kerupuk lainnya, mengakui hal tersebut.
Menurut dia, kenaikan harga bahan baku membuat sejumlah pengrajin juga ikut menaikkan harga jual.“Kalau harga jual tidak dinaikkan, kami tidak akan mendapatkan keuntungan,” tandas dia.
()