Dahlan: Pembelian pesawat China, Merpati jangan seperti MA-60

Kamis, 23 Februari 2012 - 17:06 WIB
Dahlan: Pembelian pesawat China, Merpati jangan seperti MA-60
Dahlan: Pembelian pesawat China, Merpati jangan seperti MA-60
A A A
Sindonews.com - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku pemerintah menyetujui rencana Merpati Airlines untuk membeli pesawat jet dari China. Namun, skema pembelian pesawat dari BUMN yang hampir kolaps ini harus berbeda dengan skema pembelian MA-60 yang sempat bermasalah.

"Saya setuju Merpati beli pesawat. Namun saya mau lihat skema pembeliannya, saya tidak mau skemanya kayak MA-60 atau SLA, atau kalau pemerintah yang jadi jaminan peminjamannya. Jadi kemarin saya ke Singapura karena kehadiran saya mungkin akan menegaskan niat mereka," ungkap Menteri BUMN Dahlan Iskan di kantornya, Jalan Merdeka Selatan, Kamis (23/2/2012).

Menurut Dahlan, pihaknya menyetujui jika skema pembelian pesawat yang direncanakan Merpati dilakukan dengan cara bisnis ke bisnis atau leasing. "Skema pembeliannya saya setuju kalau leasing atau bisnis to bisnis, yang jelas jangan pakai skema MA-60. Itu bagus pesawatnya, tapi tidak bagus bagi Merpati," lanjut dia.

Sebelumnya, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) menginvestasikan USD1,2 miliar (sekira Rp10,8 triliun) untuk pengadaan 40 unit pesawat jet berkapasitas 100 kursi jenis ARJ 21-700.

Direktur Utama Merpati Nusantara Airlines Sardjono Jhony Tjitrokusumo mengatakan, penambahan pesawat yang dibuat oleh konsorsium pabrikan pesawat asal China, Commercial Aircraft of China (Comac) dan Avic International Holding Corporation itu untuk mendukung operasi dan pengembangan bisnis Merpati.

Dengan tambahan 40 pesawat itu, maskapai pelat merah ini menargetkan memiliki 75 pesawat pada 2017. "Pesawat-pesawat ini untuk menghidupkan kembali rute-rute yang sempat ditinggalkan akibat kekurangan armada,” kata Jhony.

Menurut Jhony, nota kesepahaman pembelian 40 pesawat berkapasitas 100 tempat duduk ini telah ditandatangani oleh Merpati dan konsorsium pabrikan pesawat Comac dan Avic International Holding, dan juga PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dalam ajang pameran dirgantara Singapore Airshow 2012 pekan lalu.

Dalam pembelian 40 unit pesawat ini, perseroan mempersyaratkan adanya hak untuk PT DI dilibatkan dalam produksinya, yakni penyediaan 40 persen komponen lokal berupa paket kerja yang nantinya akan disepakati dalam kontrak antara Avic International dan Comac dan Merpati.

Jhony menjelaskan, salah satu alasan dipilihnya pesawat buatan China ini adalah karena kesediaan ARJ melibatkan PT DI dan menyerahkan 40 persen komponen pesawatnya dari dalam negeri.

"Kami sudah jalani sejumlah pabrikan, baik Embraer, Mitsubishi, ARJ maupun Sukhoi. Hanya ARJ yang menyanggupi komponen 40 persen dari Indonesia melalui PT DI," tuturnya.

Pihaknya juga tidak memilih pesawat dari pabrikan besar seperti Boeing atau Airbus karena panjangnya antrean untuk memperoleh pesawat.

Sejumlah maskapai, termasuk maskapai Tanah Air, kata dia, sudah memesan armada ke kedua pabrikan itu hingga 2020. "Kalau kami beli Boeing dan Airbus, bisa-bisa kami baru dapat pesawat setelah 2020," ujar dia.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5149 seconds (0.1#10.140)