Sulsel minati pesawat N-219 buatan PT DI
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) berminat menggunakan pesawat N-219 rancangan PT Dirgantara Indonesia (DI), untuk melayani rute penerbangan perintis di daerah ini.
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, ketertarikannya terhadap N-219 dikarenakan tipe pesawat yang sangat cocok dan andal untuk menerbangi wilayah perintis di Tanah Air.
Terlebih, kata dia, pesawat yang berpenumpang 19 orang tersebut merupakan hasil pembuatan anak negeri sendiri. Namun, Syahrul menggarisbawahi, ada jaminan dari PT DI kalau pesawat ini aman digunakan dalam segala medan.
"Sulsel siap jadi percontohan dari pesawat buatan PT DI ini. Tunjukkan saya jalannya. Yang penting, pesawat ini aman dan telah diuji keselamatannya," akunya saat menghadiri Sosialisasi Program Pembuatan Pesawat Perintis di Baruga Sangiaseri Kompleks Rujab Gubernur Sulsel, Rabu (29/2/2012).
Turut hadir dalam pertemuan itu Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin Budi Darmadi dan Direktur Utama PT DI Budi Santoso.
Syahrul menyebutkan, di Sulsel terdapat 10 bandara perintis yang bisa dilalui pesawat N-219 tersebut. "Saya akan back up untuk pembelian pesawat ini nantinya," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengatakan, N-219 adalah pesawat multifungsi bermesin dua yang dirancang oleh PT DI dengan tujuan untuk dioperasikan di daerah-daerah terpencil.
Pesawat ini, kata dia, terbuat dari logam dan dirancang untuk mengangkut penumpang maupun kargo. Pesawat yang dibuat dengan memenuhi persyaratan FAR 23 ini dirancang memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan pintu fleksibel yang memastikan bahwa pesawat ini bisa dipakai untuk mengangkut penumpang dan juga kargo.
Dia juga mengklaim, biaya produksi satu unit pesawat berkapasitas 19 penumpang ini termurah dibanding pesawat sejenis dari negara lain. Satu unitnya diperkirakan membutuhkan USD4 juta.
"Di Sulsel ada 10 penerbangan perintis yang disubsidi pemerintah. Harganya paling murah hanya USD4 juta. Sedangkan pesawat yang ada sekarang rata-rata adalah desain lama buatan 1970-an," akunya.
Terpisah, Dirjen IUBTT Kemenperin Budi Darmadi menjelaskan, pesawat ini dirancang untuk mengisi penerbangan perintis yang rata-rata dilalui oleh pesawat yang cukup tua. (bro)
()