BBM & TDL naik, pertumbuhan industri turun 0,26%

Rabu, 07 Maret 2012 - 17:31 WIB
BBM & TDL naik, pertumbuhan...
BBM & TDL naik, pertumbuhan industri turun 0,26%
A A A


Sindonews.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 33 persen dan tarif dasar listrik (TDL) 10 persen akan menyebabkan output sektor industri pengolahan nonmigas mengalami penurunan sekitar 0,26 persen.

Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kemenperin Dedi Mulyadi mengatakan, untuk menemukan seberapa besar dampak kenaikan harga BBM dan TDL terhadap kinerja industri, pihaknya menggunakan metode computable general equilibrium (CGE).

Adapun model CGE yang digunakan, kata dia, adalah comparative static. CGE, lanjutnya, juga digunakan untuk mengkaji seberapa besar dampak kenaikan harga BBM dan TDL terhadap kinerja ekonomi makro Indonesia.

Dia menyebutkan, dalam kajian tersebut dilakukan lima simulasi kebijakan yakni kenaikan harga BBM khususnya premium sebesar Rp1.500 atau 33 persen dari harga awal Rp4.500 menjadi Rp6.000, kenaikan harga BBM khususnya premium sebesar 2.000 atau 44 persen dari harga awal Rp4.500 menjadi Rp6.500, kenaikan TDL sebesar 10 persen, kombinasi kenaikan harga BBM sebesar 33 persen dan TDL 10 persen, serta kombinasi kenaikan harga BBM sebesar 44 persen dengan TDL 10 persen.

“CGE adalah analisa yang dimana dasarnya adalah Tabel Input-Output (IO) dari tahun 2008 yang diupdate dari 2005. Dari asumsi ini hasilnya apabila harga BBM nasik 33 persen maka industri akan turun 0,12 persen. Apabila harga BBM naik 44 persen, industri akan turun 0,14 persen. Dan TDL naik 10 persen maka industri akan turun 0,14 persen,” kata Dedi di Jakarta, Rabu (7/3/2012).

Kajian tersebut, kata dia, dilakukan pada sembilan sektor industri yakni makanan, minuman dan tembakau, tekstil, barang kulit dan alas kaki, barang kayu dan hasil hutan lainnya, kertas dan barang cetakan, pupuk, kimia dan barang dari karet, semen dan barang galian bukan logam, logam dasar besi dan baja, alat angkut, mesin dan peralatannya, serta barang lainnya.

Dari sembilan sektor tersebut, lanjutnya, makanan, minuman dan tembakau tetap bertumbuh positif yakni 0,13 persen apabila harga BBM naik 33 persen dan 0,14 persen apabila TDL naik 10 persen.

“Sektor makanan tidak terpengaruh. Ini sektor yang tidak rentan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi,” ucapnya.

Pasalnya, menurutnya, sektor tersebut mampu menguasai pasar dalam negeri, bahan bakunya terdapat di dalam negeri, serta memiliki peranan cukup tinggi terhadap pertumbuhan industri nasional dengan share sebesar 35,20 persen.

“Industri makanan pasarnya domestik, bahan baku ada di dalam negeri. Ini satu kondisi yang cukup menggembirakan. Industri ini yang dimana peranannya tinggi sekali 33 persen terhadap struktur industri. Yang tersirat dari angka pertumbuhan bahwa dia tidak rentan,” paparnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, kenaikan harga BBM sebesar 33 persen dan TDL 10 persen secara serentak akan menyebabkan PDB riil nasional turun 0,163 persen. Penurunan itu, kata dia, antara lain dipengaruhi oleh penurunan konsumsi rumah tangga 0,160 persen, penurunan investasi 0,160 persen, dan penurunan ekspor 0,221 persen, serta inflasi 0,429 persen.

Apabila kenaikan harga BBM 44 persen dan TDL 10 persen terjadi secara bersamaan, maka menurunkan PDB riil nasional 0,184 persen. Penurunan PDB riil dipengaruhi oleh turunnya konsumsi rumah tangga 0,179 persen, penurunan investasi 0,254 persen, dan penurunan ekspor 0,254 persen, serta inflasi 0,504 persen.

“Tahun ini pertumbuhan industri didorong konsumsi masyarakat dan investasi. Di 2011 cukup tinggi, termasuk penjualan lahan 1.250 hektara (ha) di Bekasi, Karawang, Tangerang, dan Serang. Tahun 2010 530 ha,” jelasnya.

Dedi menegaskan, kenaikan harga BBM dan TDL tidak akan mempengaruhi target pertumbuhan industri yang terdapat dalam Renstra Kemenperin yang sebesar 6,75 persen.

“Kita bisa aman. Penurunan akan diantisipasi dengan adanya tingginya investasi dan perbaikan infrastruktur dengan ditunjang antisipasi yang lebih keras lagi dari Kemenperin yakni program P3DN. Hampir 50 persen sektor industri didorong belanja masyarakat, belanja masyarakat atau income perkapita sekarang USD3.500,” ungkapnya.

Dia menambahkan, kajian tersebut tidak mencakup masalah psikologis akibat kenaikan harga BBM dan TDL.

“Tidak ada alasan dengan kenaikan BBM, maka produsen seenaknya menaikkan harga. Itu contoh psikologis di masyarakat. Itu diluar jangkauan kita. Diserahkan kepada mekanisme pasar. Yang kita takutkan adalah faktor psikologis. Ini suatu karakteristik dengan dapat keuntungan sebesar-besarnya dengan usaha sekecil-kecilnya,” tandas Dedi. (bro)

()
Berita Terkini
Dampak Perang Dagang,...
Dampak Perang Dagang, DPR Dorong Impor Gas Penuhi Kebutuhan Industri
55 menit yang lalu
3 Fakta Menarik Singapore...
3 Fakta Menarik Singapore Airlines, Beri Bonus Fantastis 8 Kali Gaji dalam Setahun
2 jam yang lalu
Benahi Truk ODOL, Aptrindo:...
Benahi Truk ODOL, Aptrindo: Jangan Sampai Omon-omon, Harus Ada Roadmap Jelas
2 jam yang lalu
Sanksi AS Gagal Runtuhkan...
Sanksi AS Gagal Runtuhkan Moskow, Rusia Catat Pertumbuhan Ekonomi 4,1%
3 jam yang lalu
Scooter Prix dan Pertamina...
Scooter Prix dan Pertamina Mandalika Racing Series Bisa Menjadi Katalisator Ekonomi
3 jam yang lalu
Kementerian BUMN Dorong...
Kementerian BUMN Dorong Penguatan Komunikasi Digital Lewat Workshop Media Sosial Berbasis AI
3 jam yang lalu
Infografis
Terinspirasi Perang...
Terinspirasi Perang Revolusi AS, Ribuan Demonstran Turun ke Jalanan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved