2018, Merpati siap diprivatisasi

Jum'at, 09 Maret 2012 - 09:17 WIB
2018, Merpati siap diprivatisasi
2018, Merpati siap diprivatisasi
A A A
Sindonews.com – PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) menyatakan siap diprivatisasi pada 2018. Maskapai penerbangan perintis tersebut telah menyiapkan program transformasi seperti halnya maskapai PT Garuda Indonesia Tbk dengan program Quantum Leap-nya.

”Kami punya grand design, kalau Garuda punya Quantum Leap, kami juga punya. Titik puncak dari grand design itu adalah kami siap jika pemegang saham melakukan privatisasi atas Merpati, bisa dengan melakukan IPO (initial public offering/IPO), atau dengan investor strategis,” kata Direktur Utama Merpati Nusantara Airlines Sardjono Johnny Tjitrokusumo di Jakarta kemarin.

Perseroan membuat grand design penyehatan dan pengembangan Merpati yang sudah disetujui pemerintah.Dalam program itu, dipatok pencapaianpencapaian Merpati dari tahun ke tahunnya dalam periode 2010–2018. Pada 2010– 2011 Merpati masih dalam tahap berusaha bertahan (survival). Lalu, periode 2012 Merpati melakukan revitalisasi armada, periode 2013–2014 mereposisi pasar dan layanan, periode 2015–2017 mencapai laba, dan pada 2018 pemegang saham bisa melakukan privatisasi atas Merpati.

Direktur Keuangan Merpati Nusantara Airlines Muhammad Roem mengatakan, perusahaannya telah mendapat modal Rp61 miliar dari pemerintah dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN) untuk meraih target tersebut. Lebih dari 60 persen dari dana PMN itu telah dan sedang digunakan untuk revitalisasi armada, sisanya untuk membayar dan melunasi utang. Pada 2011 Merpati mengangkut sekitar 2,5 juta penumpang dengan pendapatan hanya Rp1,6 triliun.

Pada tahun ini maskapai pelat merah tersebut menargetkan pendapatan tumbuh 150 persen seiring kedatangan pesawat jet baru produksi Boeing. Sementara, anak perusahaan Merpati, PT Merpati Maintenance Facility (MMF), perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat atau maintenance, repair, dan overhoul (MRO) saat ini tengah menjajaki kerja sama dengan pihak ketiga yaitu perusahaan MRO asing.

Johnny mengatakan,perusahaan perawatan pesawat internasional yang telah dibidik oleh MMF untuk diajak kerja sama adalah Xian Tai Co dari China, Shandong TAECO Aircraft Engineering (STAECO) yang juga berasal dari China, dan terakhir Aero Turbin dari Amerika Serikat.

”Tujuan kerja sama dengan pihak ketiga ini yaitu pengembangan MMF dan tentu saja dengan harapan adanya peningkatan pendapatan, saat ini kami masih untung, tapi cuma sedikit,” kata Jhonny.

Saat ini MMF masih dalam tahap pembahasan dengan perusahaan MRO internasional. Dia menjanjikan, dalam tiga bulan ke depan,kerja sama antara MMF dengan perusahaan MRO asing akan disahkan dalam nota perjanjian kerja sama. Jhonny menjelaskan, tahun ini perseroannya telah mengucurkan dana sebesar Rp12 miliar untuk pengembangan MMF.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6386 seconds (0.1#10.140)