Menteri BUMN: Peminat saham Garuda belum spesifik
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyatakan pembelian sisa saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang masih ada di tiga penjamin emisi belum ada perkembangan yang begitu berarti. Terhitung sampai dengan saat ini belum ada juga pihak yang berminat secara spesifik.
"Sebelumnya kan sudah saya umumkan di media dan belum ada respon. Terus ada tiga perusahaan yang respon. Tapi masih responnya masih umum, belum spesifik," ujar Dahlan saat ditemui beberapa waktu lalu di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta, Senin 12 Maret 2012 malam.
Dahlan mengaku sedang mempelajari lebih lanjut dan kemungkinan dalam waktu dekat akan menghubungi sekuritas perusahaan tersebut.
Akan tetapi jika rencana tersebut tidak berhasil dan menolak pembelian saham Garuda, maka Dahlan akan mengkampanyekan ke publik.
"Kalau ketiganya menolak akan kita kampanyekan lagi lewat running text. Kalau menolak juga, ketiga sekuritas tersebut akan diselamatkan dan dijual sesuai dengan harga pasar,"jelasnya.
Harga pasar saat ini berlaku Rp570 per saham dan Dahlan menegaskan tidak akan memberikan diskon, karena hal tersebut hanya akan merugikan negara.
Sebagaimana diketahui, saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) di tiga sekuritas yang menjadi penjamin pelaksana emisi (underwriter) pada saat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) Garuda terancam dilepas ke investor asing. Pasalnya, investor lokal kurang berminat membeli saham Garuda yang diserap ketiga sekuritas pelat merah lantaran tidak laku di pasar.
Dahlan Iskan pun menyatakan keprihatinanya karena selama ini, saham Garuda di tiga sekuritas BUMN tidak diminati investor lokal. "Ada yang tertarik tapi dari asing. Harapan saya, yang beli dari dalam negeri," kata dia.
Adapun ketiga sekuritas yang menyerap sisa saham Garuda adalah PT Mandiri Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan Bahana Securities. Sementara, investor asing yang berminat membeli sisa saham Garuda berasal dari investor maskapai penerbangan di Hong Kong maupun Singapura. "Namun, investor tersebut masuk tidak langsung dari perusahaan penerbangan," imbuh Dahlan.
Seperti diketahui, Garuda menggelar IPO pada 11 Februari 2011 dengan melepas 6,34 miliar saham ke publik senilai Rp750 per saham.
Jumlah saham yang dilepas setara 26,67 persen dari total modal yang ditetapkan, dengan perolehan total sebesar Rp4,75 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,9 miliar lembar saham milik PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp1,45 triliun, sehingga jumlah dana segar yang dikantongi perusahaan BUMN aviasi itu sebesar Rp3,3 triliun.
Pada saat penutupan hari pertama gelaran IPO, harga saham GIAA langsung menurun menjadi Rp620 per saham. Sementara pada penutupan perdagangan kemarin di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI), saham GIAA ditutup terkoreksi 10 poin (1,7 persen) menjadi ke harga Rp570 per lembar saham. Adapun, ketiga sekuritas tersebut terpaksa menyerap sisa saham Garuda yang tidak laku di pasaran sebanyak 3.008.406.725 lembar dengan nilai Rp2,256 triliun.
"Sebelumnya kan sudah saya umumkan di media dan belum ada respon. Terus ada tiga perusahaan yang respon. Tapi masih responnya masih umum, belum spesifik," ujar Dahlan saat ditemui beberapa waktu lalu di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta, Senin 12 Maret 2012 malam.
Dahlan mengaku sedang mempelajari lebih lanjut dan kemungkinan dalam waktu dekat akan menghubungi sekuritas perusahaan tersebut.
Akan tetapi jika rencana tersebut tidak berhasil dan menolak pembelian saham Garuda, maka Dahlan akan mengkampanyekan ke publik.
"Kalau ketiganya menolak akan kita kampanyekan lagi lewat running text. Kalau menolak juga, ketiga sekuritas tersebut akan diselamatkan dan dijual sesuai dengan harga pasar,"jelasnya.
Harga pasar saat ini berlaku Rp570 per saham dan Dahlan menegaskan tidak akan memberikan diskon, karena hal tersebut hanya akan merugikan negara.
Sebagaimana diketahui, saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) di tiga sekuritas yang menjadi penjamin pelaksana emisi (underwriter) pada saat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) Garuda terancam dilepas ke investor asing. Pasalnya, investor lokal kurang berminat membeli saham Garuda yang diserap ketiga sekuritas pelat merah lantaran tidak laku di pasar.
Dahlan Iskan pun menyatakan keprihatinanya karena selama ini, saham Garuda di tiga sekuritas BUMN tidak diminati investor lokal. "Ada yang tertarik tapi dari asing. Harapan saya, yang beli dari dalam negeri," kata dia.
Adapun ketiga sekuritas yang menyerap sisa saham Garuda adalah PT Mandiri Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan Bahana Securities. Sementara, investor asing yang berminat membeli sisa saham Garuda berasal dari investor maskapai penerbangan di Hong Kong maupun Singapura. "Namun, investor tersebut masuk tidak langsung dari perusahaan penerbangan," imbuh Dahlan.
Seperti diketahui, Garuda menggelar IPO pada 11 Februari 2011 dengan melepas 6,34 miliar saham ke publik senilai Rp750 per saham.
Jumlah saham yang dilepas setara 26,67 persen dari total modal yang ditetapkan, dengan perolehan total sebesar Rp4,75 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,9 miliar lembar saham milik PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp1,45 triliun, sehingga jumlah dana segar yang dikantongi perusahaan BUMN aviasi itu sebesar Rp3,3 triliun.
Pada saat penutupan hari pertama gelaran IPO, harga saham GIAA langsung menurun menjadi Rp620 per saham. Sementara pada penutupan perdagangan kemarin di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI), saham GIAA ditutup terkoreksi 10 poin (1,7 persen) menjadi ke harga Rp570 per lembar saham. Adapun, ketiga sekuritas tersebut terpaksa menyerap sisa saham Garuda yang tidak laku di pasaran sebanyak 3.008.406.725 lembar dengan nilai Rp2,256 triliun.
()