Produksi kakao & kopi Aceh masih minim

Rabu, 14 Maret 2012 - 19:31 WIB
Produksi kakao & kopi...
Produksi kakao & kopi Aceh masih minim
A A A
Sindonews.com - Produktivitas kakao dan kopi di Aceh dinilai masih rendah dibanding dengan luas lahan yang ada. Hal ini disebabkan belum optimalnya pengelolaan dan belum dibangunnya sistem mata rantai produksi (supply chain) yang kuat.

"Kondisi tersebut telah menyebabkan nilai tambah produksi serta ketersediaan lapangan kerja masih terbatas, sehingga menjadi salah satu penyebab rendahnya daya saing daerah," kata Kepala Bappeda Aceh Iskandar dalam Konferensi Kakao dan Kopi Aceh 2012 di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, Rabu (14/3/2012).

Saat ini diketahui produksi kakao Aceh per tahun berkisar 400 kilogram (kg) per hektare (ha). Angka ini lebih rendah dibanding produksi rata-rata nasional yang mencapai 700 kg per ha per tahun.

Dia berharap melalui forum ini para stakeholder yang mempunyai ketertarikan pada pengembangan kakao dan kopi dapat bertukar informasi sehingga melahirkan terobosan-terobosan terhadap pengembangan perkebunan dan industri kakao dan kopi di Aceh.

Selain itu rekomendasi yang dihasilkan nantinya dapat memberi masukan-masukan yang berharga pada Pemerintah Aceh dalam menyusun kebijakan terhadap pengembangan kakao dan kopi di Aceh secara berkelanjutan.

Kegiatan yang digelar Swisscontact dan International Organization for Migration (IOM) melalui program Aceh-Economic Development Financing Facility (EDFF), diharapkan mampu mendorong produksi kakao dan kopi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

"Kami terus mendorong agar petani dapat menghasilkan biji kakao yang berkualitas sesuai dengan permintaan buyer. Hal ini kami lakukan dengan memberikan pelatihan lewat sekolah lapang bagi petani kakao dan juga pelatihan kepada para pedagang," terang Project Manager Swisscontact, Manfred Borer.

Ketua Forum Kakao Aceh Hasanuddin Darjo menyebutkan, program Peningkatan Ekonomi Kakao Aceh (PEKA) di lima kabupaten saat ini, telah banyak memberi perubahan pada sikap petani dan pedagang kakao.

"Hal ini membawa dampak yang sangat signifikan bagi kualitas dan kuantitas kakao yang ada sekarang. Misalnya, pedagang sudah paham berapa jumlah biji kakao kering yang baik dalam 100 gram. Di tingkat petani juga paham, biji dengan kadar air berapa yang sesuai dengan kebutuhan pasar," sebut Darjo.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6245 seconds (0.1#10.140)