Usaha mebel terancam tutup

Jum'at, 16 Maret 2012 - 10:29 WIB
Usaha mebel terancam...
Usaha mebel terancam tutup
A A A


Sindonews.com - Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) per 1 April 2012 mengancam keberlangsungan industri mebel di Jawa Tengah. Pemerintah diminta memperhatikan bidang usaha ini agar tidak gulung tikar.

Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jateng, Anggoro Rahmadiputro mengatakan, kenaikan harga BBM memicu bertambahnya biaya produksi mebel. Kondisi ini tentu mengkhawatirkan para pengusaha, terutama yang modalnya terbatas.

Saat ini anggota Asmindo Jateng ada sekitar 2.000. Di mana 10 persen di antaranya tergolong pengusaha yang skalanya kecil dan menengah. “Itu (kenaikan harga BBM) akan mengancam pengusaha yang modalnya tidak kuat,” katanya, Kamis 15 Maret 2012.

Ancaman terhadap pengusaha mebel itu karena mayoritas anggotanya melayani ekspor ke mancanegara dengan kontrak pembelian barang berlaku jangka panjang yang sudah ditanda tangani sebelumnya. Jika harga BBM naik, maka biaya operasioanal perusahaan mebel meningkat minimal 10 persen.

“Pengusaha hanya memiliki marjin 10 persen, kalau harga jual di pasar lokal juga dinaikkan 10 persen berarti tidak ada untungnya. Tapi, jika nantinya imbas kenaikan BBM lebih dari 10 persen berarti pengusaha akan terus rugi,” tuturnya.

Padahal, kata Aggoro, untuk menyesuaikan harga mebel di pasar internasional sangat alot. Apalagi saat ini pasar Eropa sedang terimbas krisis.

“Selain itu, hubungan baik yang terjalin sejak lama tidak mudah menaikkan harga, mengingat mencari pembelinya saja susah. Namun kami juga akan terus mencari pasar atau menjalin kemitraan baru,” katanya.

Anggoro berharap dampak kenaikan harga BBM tidak berlangsung lama. Sehingga kelangsungan usaha mebel secara keseluruhan tidak terganggu.

Ketua Apindo Jateng Frans Kongi menuturkan, komoditas mebel selama ini menjadi andalan Jateng baik dalam perdagangan lokal maupun internasional. Sehingga diharapkan ada perhatian yang lebih kepada pengusaha mebel.

“Pemerintah harus memberikan perlindungan agar usaha dari mereka itu tetap berjalan dengan baik. Kalau tidak, maka itu akan mengganggu perekonomian Jateng secera keseluruhan,” ujarnya.

Menurutnya, peran industri mebel sama pentingnya dengan industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Sehingga keberadaan industri mebel pun harus terus didorong oleh pemerintah. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0476 seconds (0.1#10.140)