Permintaan kopi olahan meningkat
A
A
A
Sindonews.com - Permintaan terhadap kopi olahan yang berasal dari Sumatera Utara (Sumut) mengalami peningkatan baik untuk penjualan domestik maupun ekspor. Meski begitu, anjloknya tren harga kopi dunia, memberi kendala terhadap penjualan. Pengusaha memanfaatkan kenaikan permintaan, untuk menutupi rendahnya harga.
“Tren minum kopi di Sumut kini semakin tinggi, karena itu banyak permintaan kopi olahan ini,” ucap Wakil Ketua bidang Speciality dan Industri Kopi Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia (AEKI) Sumut Saidul Alam di Medan kemarin.
Saat ini,lanjut Saidul, harga kopi masih belum membaik. Untuk harga kopi domestik, menurutnya berkisar Rp50.000/kg (kilogram), padahal tahun lalu harga sempat mencapai Rp70.000/kg. Sementara untuk harga kopi untuk ekspor sebesar USD6,6/kg. Rendahnya harga kopi ini disebabkan tren harga kopi dunia yang menurun.
Namun, tingginya permintaan membuat pengusaha menaikkan penjualan dengan memperluas pasar ekspor. Dimana saat ini ekspor tidak hanya terbatas pada negara tradisional seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa, tetapi juga ke negara yang sebenarnya bukan pasar kopi, seperti China dan Jepang yang umumnya adalah peminum teh.
Eksportir biji dan kopi olahan asal Sumut, Irfan Anwar mengakui, adanya penguatan permintaan kopi olahan dalam beberapa waktu terakhir. Meski begitu, permintaan sebenarnya masih tergolong rendah di bandingkan potensi permintaan yang masih tinggi.
“Memang ada penguatan permintaan kopi, baik domestik dan ekspor. Namun ini masih belum maksimal, perlu promosi dan penjualan yang gencar untuk meningkatkan pangsa pasarnya,” kata Irfan.
Konsumsi domestik, lanjut Irfan meningkat didukung perkembangan ekonomi. Terutama banyak bermunculannya restoran maupun café yang menawarkan aneka kopi olahan, sebagai menu utama. Termasuk salah satunya kopi luwak, yang kini banyak di gemari.
Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut Fitra Kurnia mengatakan, kualitas kopi Sumut memang telah diakui dunia. Harga kopi yang sempat meningkat, membuat petani berlomba-lomba untuk menanam jenis kopi tersebut.
Sedangkan untuk realisasi ekspor kopi sepanjang 2011 menunjukan adanya peningkatan. Tahun ini, Fitra memperkirakan prospek permintaan kopi masih akan bagus. “Saya perkirakan pasar kopi tetap cerah diSumut,” tuturnya.
Berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut pada Februari 2012, permintaan kopi instan termasuk diantaranya kopi olahan mengalami kenaikan sebesar 20,92 persen menjadi 2,255 juta kg atau senilai USD8,81 juta di 2011. Pada tahun sebelumnya, volume ekspor tercatat hanya 2,113 juta kg atau senilai USD7,28 juta. (ank)
“Tren minum kopi di Sumut kini semakin tinggi, karena itu banyak permintaan kopi olahan ini,” ucap Wakil Ketua bidang Speciality dan Industri Kopi Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia (AEKI) Sumut Saidul Alam di Medan kemarin.
Saat ini,lanjut Saidul, harga kopi masih belum membaik. Untuk harga kopi domestik, menurutnya berkisar Rp50.000/kg (kilogram), padahal tahun lalu harga sempat mencapai Rp70.000/kg. Sementara untuk harga kopi untuk ekspor sebesar USD6,6/kg. Rendahnya harga kopi ini disebabkan tren harga kopi dunia yang menurun.
Namun, tingginya permintaan membuat pengusaha menaikkan penjualan dengan memperluas pasar ekspor. Dimana saat ini ekspor tidak hanya terbatas pada negara tradisional seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa, tetapi juga ke negara yang sebenarnya bukan pasar kopi, seperti China dan Jepang yang umumnya adalah peminum teh.
Eksportir biji dan kopi olahan asal Sumut, Irfan Anwar mengakui, adanya penguatan permintaan kopi olahan dalam beberapa waktu terakhir. Meski begitu, permintaan sebenarnya masih tergolong rendah di bandingkan potensi permintaan yang masih tinggi.
“Memang ada penguatan permintaan kopi, baik domestik dan ekspor. Namun ini masih belum maksimal, perlu promosi dan penjualan yang gencar untuk meningkatkan pangsa pasarnya,” kata Irfan.
Konsumsi domestik, lanjut Irfan meningkat didukung perkembangan ekonomi. Terutama banyak bermunculannya restoran maupun café yang menawarkan aneka kopi olahan, sebagai menu utama. Termasuk salah satunya kopi luwak, yang kini banyak di gemari.
Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut Fitra Kurnia mengatakan, kualitas kopi Sumut memang telah diakui dunia. Harga kopi yang sempat meningkat, membuat petani berlomba-lomba untuk menanam jenis kopi tersebut.
Sedangkan untuk realisasi ekspor kopi sepanjang 2011 menunjukan adanya peningkatan. Tahun ini, Fitra memperkirakan prospek permintaan kopi masih akan bagus. “Saya perkirakan pasar kopi tetap cerah diSumut,” tuturnya.
Berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut pada Februari 2012, permintaan kopi instan termasuk diantaranya kopi olahan mengalami kenaikan sebesar 20,92 persen menjadi 2,255 juta kg atau senilai USD8,81 juta di 2011. Pada tahun sebelumnya, volume ekspor tercatat hanya 2,113 juta kg atau senilai USD7,28 juta. (ank)
()