Semen Gresik cetak laba Rp3,9 T
A
A
A
Sindonews.com - PT Semen Gresik Tbk (Tbk) sepanjang tahun lalu berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp3,9 triliun. Jumlah tersebut hanya naik 8 persen dibandingkan laba bersih perseroan 2010 sebesar Rp3,6 triliun.
Direktur Keuangan Semen Gresik Ahyanizzaman mengatakan, naiknya laba bersih didorong naiknya pendapatan sebesar Rp16,38 triliun pada tahun lalu. Pendapatan tersebut naik 14,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Semen Gresik pada tahun lalu membukukan pendapatan sebesar Rp16,38 triliun, sedangkan pada 2010 sebesar Rp14,34 triliun,” kata dia Jakarta kemarin.
Menurut Ahyanizzaman, tahun lalu volume penjualan Semen Gresik tidak in-line dengan pertumbuhan semen nasional. Kalau industri tumbuh sekitar 17,7 persen, Semen Gresik hanya naik 14 persen. “Penyebabnya, kapasitas kita terbatas sehingga tidak bisa mengikuti demand,” tegas dia.
Meski pendapatan tidak tumbuh sesuai dengan industri, lanjut Ahyanizzaman, perseroan melakukan efisiensi dari dua sisi yaitu bahan bakar dan logistik. Yang bahan bakar, perseroan melakukan shifting coal dari kalori tinggi ke kalori rendah.
“Kita sudah bikin coal mill di Tuban, rencananya akan bangun di Padang dan Tonasa, mudahmudahan tahun depan selesai. Shiftingini memang belum maksimal, karena baru mulai tahun lalu. Tapi kita sudah berhasil menghemat sekitar USD1–2 per ton truknya,” paparnya.
Untuk logistik, dia menuturkan perseroan melakukan penghematan dengan menambah packing plant. Saat ini Semen Gresik sudah memiliki 19 packing plant. Rencananya dalam lima tahun dibangun 17 packing plant. “Ini cukup efisien karena kita bisa distribusikan semen dalam bentuk curah, nanti di-pack diplant itu. Tidak perlu lewat darat, jadi lebih efisien,” tegasnya.
Meski pendapatan perusahaan semen pelat merah tersebut naik, beban pokok pendapatan juga naik sebesar 10,06 persen menjadi Rp8,89 triliun dari posisi 2010 senilai Rp7,53 triliun. Selain beban pokok, beban penjualan, umum dan administrasi, serta operasi juga mengalami peningkatan sepanjang tahun lalu.
Beban penjualan perseroan tercatat mengalami kenaikan 12,2 persen menjadi Rp1,38 triliun dari tahun sebelumnya Rp1,23 triliun. Beban umum dan administrasi bertambah 16,5 persen menjadi Rp1,27 triliun dibandingkan 2010 senilai Rp1,09 triliun, sedangkan pendapatan operasi mengalami kenaikan sebesar 146 persen dari Rp6,3 miliar pada 2010 menjadi Rp15,5 miliar akhir tahun lalu.
Kendati demikian, perseroan berhasil membukukan pendapatan operasi mencapai 157,1 persen menjadi Rp69,98 miliar dari tahun sebelumnya senilai Rp27,22 miliar.
Dengan demikian, laba usaha yang berhasil diperoleh perusahaan tahun lalu sebesar Rp4,89 triliun atau naik 8,4 persen dari capaian 2010 senilai Rp4,51 triliun. Pendapatan keuangan perseroan mengalami penurunan 8,36 persen menjadi Rp210,35 miliar dibandingkan tahun sebelumnya Rp229,54 miliar.
Meski menurun, bagian laba entitas asosiasi naik 63,1 persen menjadi Rp15,07 miliar dari tahun sebelumnya Rp9,24 miliar. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, laba tahun berjalan tercatat sebesar Rp3,96 triliun atau naik 8,2 persen dari posisi 2010 senilai Rp3,6 triliun, sedangkan laba bersih perseroan yang berhasil dibukukan badan usaha milik negara (BUMN) semen itu sebesar Rp3,9 triliun.
Angka laba bersih ini naik 8,3 perseb dibanding tahun sebelumnya Rp3,6 triliun. Naiknya laba bersih menyebabkan laba per saham dasar yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk, naik 8 persen menjadi Rp662 dari posisi 2010 senilai Rp613 per lembar saham.
Perseroan tahun ini menargetkan produksi semen sebesar 25 juta ton. Tahun lalu produksi semen perseroan sedikit meleset dari target 20 juta ton, sedangkan yang terealisasi 19,8 juta ton.
Sementara untuk kinerja tahun ini, Direktur Utama Semen Gresik Dwi Sutjipto sempat menargetkan pendapatan perseroan bisa tumbuh sekitar 10–12 persen, sedangkan laba bersih naik sekitar 8–10 persen dibandingkan tahun lalu.
Guna mengejar target tersebut, perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sebesar Rp5,5 triliun, dengan perincian dari eksternal sekitar Rp3,3 triliun dan sisanya senilai Rp2,2 triliun dari kas internal. Pendanaan dari eksternal, perseroan berencana untuk menerbitkan obligasi berdenominasi rupiah pada semester II tahun ini. Dana belanja modal tersebut dialokasikan untuk menyelesaikan dua pabrik dan pembangkit listrik (power plant) di Sulawesi dan Jawa.
Analis dari Samuel Sekuritas Adrianus Bias dalam risetnya menyebutkan, saham SMGR memiliki prospek yang menjanjikan. SMGR dipertahankan sebagai pilihan utama sektor semen mengingat potensi out perform jangka panjang di industri semen domestik, brand positioningyang kuat di pasar luar Jawa, dan kinerja keuangan yang solid.
Menurut dia, SMGR dalam jangka panjang tidak akan lagi mengalami capacity constraint seiring tambahan kapasitas 5 juta ton dari dua pabrik barunya, sehingga akan menurunkan utilisasi pabriknya menjadi hanya 90 persen dan 95 persen pada 2012 dan 2013.
“Selain itu, dengan ekses kapasitas SMGR setelah beroperasinya dua pabrik barunya, perseroan mampu laut perform produsen lain dan kembali meningkatkan pangsa pasar ke kisaran 45 persen,” kata dia. (ank)
Direktur Keuangan Semen Gresik Ahyanizzaman mengatakan, naiknya laba bersih didorong naiknya pendapatan sebesar Rp16,38 triliun pada tahun lalu. Pendapatan tersebut naik 14,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Semen Gresik pada tahun lalu membukukan pendapatan sebesar Rp16,38 triliun, sedangkan pada 2010 sebesar Rp14,34 triliun,” kata dia Jakarta kemarin.
Menurut Ahyanizzaman, tahun lalu volume penjualan Semen Gresik tidak in-line dengan pertumbuhan semen nasional. Kalau industri tumbuh sekitar 17,7 persen, Semen Gresik hanya naik 14 persen. “Penyebabnya, kapasitas kita terbatas sehingga tidak bisa mengikuti demand,” tegas dia.
Meski pendapatan tidak tumbuh sesuai dengan industri, lanjut Ahyanizzaman, perseroan melakukan efisiensi dari dua sisi yaitu bahan bakar dan logistik. Yang bahan bakar, perseroan melakukan shifting coal dari kalori tinggi ke kalori rendah.
“Kita sudah bikin coal mill di Tuban, rencananya akan bangun di Padang dan Tonasa, mudahmudahan tahun depan selesai. Shiftingini memang belum maksimal, karena baru mulai tahun lalu. Tapi kita sudah berhasil menghemat sekitar USD1–2 per ton truknya,” paparnya.
Untuk logistik, dia menuturkan perseroan melakukan penghematan dengan menambah packing plant. Saat ini Semen Gresik sudah memiliki 19 packing plant. Rencananya dalam lima tahun dibangun 17 packing plant. “Ini cukup efisien karena kita bisa distribusikan semen dalam bentuk curah, nanti di-pack diplant itu. Tidak perlu lewat darat, jadi lebih efisien,” tegasnya.
Meski pendapatan perusahaan semen pelat merah tersebut naik, beban pokok pendapatan juga naik sebesar 10,06 persen menjadi Rp8,89 triliun dari posisi 2010 senilai Rp7,53 triliun. Selain beban pokok, beban penjualan, umum dan administrasi, serta operasi juga mengalami peningkatan sepanjang tahun lalu.
Beban penjualan perseroan tercatat mengalami kenaikan 12,2 persen menjadi Rp1,38 triliun dari tahun sebelumnya Rp1,23 triliun. Beban umum dan administrasi bertambah 16,5 persen menjadi Rp1,27 triliun dibandingkan 2010 senilai Rp1,09 triliun, sedangkan pendapatan operasi mengalami kenaikan sebesar 146 persen dari Rp6,3 miliar pada 2010 menjadi Rp15,5 miliar akhir tahun lalu.
Kendati demikian, perseroan berhasil membukukan pendapatan operasi mencapai 157,1 persen menjadi Rp69,98 miliar dari tahun sebelumnya senilai Rp27,22 miliar.
Dengan demikian, laba usaha yang berhasil diperoleh perusahaan tahun lalu sebesar Rp4,89 triliun atau naik 8,4 persen dari capaian 2010 senilai Rp4,51 triliun. Pendapatan keuangan perseroan mengalami penurunan 8,36 persen menjadi Rp210,35 miliar dibandingkan tahun sebelumnya Rp229,54 miliar.
Meski menurun, bagian laba entitas asosiasi naik 63,1 persen menjadi Rp15,07 miliar dari tahun sebelumnya Rp9,24 miliar. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, laba tahun berjalan tercatat sebesar Rp3,96 triliun atau naik 8,2 persen dari posisi 2010 senilai Rp3,6 triliun, sedangkan laba bersih perseroan yang berhasil dibukukan badan usaha milik negara (BUMN) semen itu sebesar Rp3,9 triliun.
Angka laba bersih ini naik 8,3 perseb dibanding tahun sebelumnya Rp3,6 triliun. Naiknya laba bersih menyebabkan laba per saham dasar yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk, naik 8 persen menjadi Rp662 dari posisi 2010 senilai Rp613 per lembar saham.
Perseroan tahun ini menargetkan produksi semen sebesar 25 juta ton. Tahun lalu produksi semen perseroan sedikit meleset dari target 20 juta ton, sedangkan yang terealisasi 19,8 juta ton.
Sementara untuk kinerja tahun ini, Direktur Utama Semen Gresik Dwi Sutjipto sempat menargetkan pendapatan perseroan bisa tumbuh sekitar 10–12 persen, sedangkan laba bersih naik sekitar 8–10 persen dibandingkan tahun lalu.
Guna mengejar target tersebut, perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sebesar Rp5,5 triliun, dengan perincian dari eksternal sekitar Rp3,3 triliun dan sisanya senilai Rp2,2 triliun dari kas internal. Pendanaan dari eksternal, perseroan berencana untuk menerbitkan obligasi berdenominasi rupiah pada semester II tahun ini. Dana belanja modal tersebut dialokasikan untuk menyelesaikan dua pabrik dan pembangkit listrik (power plant) di Sulawesi dan Jawa.
Analis dari Samuel Sekuritas Adrianus Bias dalam risetnya menyebutkan, saham SMGR memiliki prospek yang menjanjikan. SMGR dipertahankan sebagai pilihan utama sektor semen mengingat potensi out perform jangka panjang di industri semen domestik, brand positioningyang kuat di pasar luar Jawa, dan kinerja keuangan yang solid.
Menurut dia, SMGR dalam jangka panjang tidak akan lagi mengalami capacity constraint seiring tambahan kapasitas 5 juta ton dari dua pabrik barunya, sehingga akan menurunkan utilisasi pabriknya menjadi hanya 90 persen dan 95 persen pada 2012 dan 2013.
“Selain itu, dengan ekses kapasitas SMGR setelah beroperasinya dua pabrik barunya, perseroan mampu laut perform produsen lain dan kembali meningkatkan pangsa pasar ke kisaran 45 persen,” kata dia. (ank)
()