Ekonomi Eropa masih suram

Selasa, 03 April 2012 - 09:50 WIB
Ekonomi Eropa masih suram
Ekonomi Eropa masih suram
A A A
Sindonews.com - Memasuki bulan keempat tahun ini, perekonomian zona euro belum beranjak dari keterpurukan. Data terakhir menyebutkan, pengangguran di kawasan itu mencapai rekor tertinggi sejak mata uang euro diluncurkan pada 1999 lalu.

Pada Februari lalu tingkat pengangguran di 17 negara pengguna euro naik menjadi 10,8 persen, dibanding bulan sebelumnya yang hanya 10,7 persen. Tingkat pengangguran tertinggi terjadi di Spanyol yang mencapai 23,6 persen. Pada laporan terpisah, aktivitas negara-negara Eropa juga disebutkan mengalami penurunan karena di bulan yang sama indeks manufakturnya terkontraksi di bawah 50 poin.

Ini merupakan penurunan kedelapan kalinya berturut-turut sehingga menegaskan bahwa aktivitas manufaktur di Benua Biru masih belum pulih. “Manufaktur di zona euro terpengaruh begitu dalam pada Maret ini setelah produksi mengalami penurunan di dua bulan pertama tahun ini,” kata Kepala Ekonom Markit Chris Williamson seperti dikutip BBC kemarin.

Dia menambahkan, dengan kondisi ekonomi yang masih terganggu, bukan tidak mustahil zona euro akan kembali mengalami resesi. Ekonom lainnya dari IHS Global Insight Howard Archer juga sependapat bahwa produk domestik bruto (PDB) pada kuartal pertama bakal terkontraksi. “Jika resesi lagi (di kuartal II) outloook sepanjang tahun ini akan berat,” katanya.

IMF Perlu Penambahan Dana

Di bagian lain, keputusan zona euro menambah dana penanggulangan krisis membuka kesempatan negara-negara lain untuk memberikan kontribusi pendanaan kepada Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan, setelah IMF memberikan dana talangan (bailout) ke negara anggota zona euro seperti Yunani, pihaknya telah meminta Eropa untuk memberikan dana tambahan sebesar 500 miliar euro sebagai antisipasi bailout di masa-masa mendatang.

“Kesepakatan meningkatkan sumber pendanaan IMF akan memperkuat perlindungan keuangan Eropa dan mendukung upaya IMF untuk menambah sumber dana yang tersedia untuk kepentingan semua anggota kami,” imbuh Lagarde.

Peluang pendanaan krisis Eropa diperkirakan berasal dari kelompok 20 negara ekonomi maju berkembang (G-20) yang sebelumnya menyatakan hanya akan memberikan kontribusi kepada IMF jika zona euro telah memberikan bantuan terlebih dahulu.

Lampu hijau bertambahnya dana krisis Eropa akhirnya muncul setelah satu bulan kawasan tersebut berselisih karena Jerman menolak ide tersebut. Jumat (31/3) lalu zona euro menyetujui menambah dana penanggulangan krisis menjadi 700 miliar euro dari sebelumnya 500 miliar euro.

Pejabat Eropa mengungkapkan, zona euro telah melakukan apa yang perlu dilakukan sebagai pembuka jalan bagi G-20 untuk memberikan dana bantuan kepada IMF. “Saya rasa setelah ada persetujuan penambahan dana krisis, kini kita dapat melakukan perjalanan ke Washington, Amerika Serikat (AS) untuk menghadiri pertemuan Bank Dunia dan IMF,” ujar anggota dewan eksekutif Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) Joerg Asmussen seperti dilansir AFP,kemarin.

Di bagian lain, ekonom senior Berenberg Bank Christian Schulz mengecam kesepakatan penambahan dana krisis. Menurutnya, dengan menyerah pada tekanan internasional guna meningkatkan dana, para menteri keuangan Eropa kemungkinan akan mendapat tambahan komitmen dari IMF dan G-20. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3602 seconds (0.1#10.140)